Telepon dari Ayah

Gendis memberikan obat itu untuk Tuannya, dengan telaten Ia memberikan wedang jahe yang masih hangat itu untuk Agam. Setelah Agam minum obatnya, Gendis pun menyuruh sang majikan untuk istirahat, seolah-olah apa yang sudah terjadi diantara mereka perlahan hilang, sebenarnya Gendis masih sangat kesal karena Agam melarangnya bertemu dengan Arif, tapi melihat pria itu lemas dan tak pucat, jiwa empati Gendis muncul.

"Baiklah, Tuan! Anda istirahat saja, saya permisi keluar!" pamit Gendis sembari membawa nampan. Di saat Gendis hendak beranjak berdiri, Agam berkata dengan mengucapkan terima kasih kepada sang pembantu, Gendis pun membalikkan badannya dan menganggukkan kepalanya. Di saat yang bersamaan tiba-tiba ponsel Gendis berbunyi, ia pun meminta izin untuk menerima telepon yang rupanya itu adalah telepon dari sang ayah.

"Permisi Tuan, saya mau angkat telepon, sepertinya Ayah sedang menelepon," ucapnya kepada Agam.

"Hmm ... silahkan!" Agam mengizinkan Gendis untuk berbicara dengan kedua orang tuanya, Gendis keluar dari kamar Agam tanpa menutup pintu kamar Agam dengan benar, sehingga Agam masih bisa melihat Gendis yang sedang berbicara dengan pak Sulaiman.

"Halo, Yah? Ada apa Ayah menelepon Gendis?"

"Halo Gendis! Maaf Nak, ayah terpaksa menelfon kamu, ini Ibumu sakit, dari semalam demam tinggi, udah ayah beri obat tapi tetap aja panasnya nggak turun-turun, Ibumu sepertinya rindu sama kamu, Gendis! Ayah mau bawa ke Puskesmas, tapi ayah nggak ada uang, ayah bingung harus cari hutang di mana, ayah sudah meminta tolong sama bu Sukoco, dia malah maki-maki ayah, ya sudahlah! Ibumu ayah rawat seadanya," Gendis terlihat sangat bersedih saat mendengar sang ibu yang sedang sakit, ia pun menyandarkan tubuhnya pada dinding luar kamar sang majikan.

Sementara itu Agam yang tanpa sengaja melihat Gendis yang sedang bersandar pada dinding, ia pun beranjak untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi, sejenak Agam mengintip pembicaraan Gendis dan orang tuanya.

"Terus gimana dong, Yah! Gendis bisa apa? Ya Tuhan, maafin Gendis, Yah! Gendis nggak bisa bantu Ayah, emmm ... biar nanti Gendis minta tolong sama Tuan Agam saja, mudah-mudahan dia mau nolongin kita." Mendengar ucapan dari sang anak, pak Sulaiman melarang putrinya untuk meminta bantuan lagi kepada pria itu, pak Sulaiman takut jika Agam akan memberikan hukuman yang lebih berat lagi kepada putrinya.

"Jangan, Nak! Jangan minta tolong lagi kepadanya, Ayah takut dia akan lebih menyengsarakan mu, Ayah nggak mau mendapatkan hukuman atas apa yang tidak kamu lakukan," ungkap pak Sulaiman yang semakin membuat Gendis serba salah.

Agam yang mendengar keluhan dari Gendis, ia pun segera menghubungi sekretaris nya untuk menyiapkan mobil untuk menjemput Ibu Gendis yang sedang sakit untuk dibawa ke rumah sakit terbaik dan Agam yang akan menanggung biayanya. Entah kenapa pria itu tiba-tiba iba melihat penderitaan gadis itu, keluarga Gendis merupakan keluarga yang cukup terintimidasi dari sekitarnya. Sehingga orang-orang memandangnya dengan sebelah mata.

Gendis menutup ponselnya dan Ia pun kembali untuk mengetuk pintu kamar sang majikan, berharap Agam akan membantunya untuk meringankan beban keluarganya, ia tidak perduli jika harus membayarnya dengan waktu yang lebih lama.

'Tok tok tok'

Agam mendengar suara ketukan pintu dari luar, dan ia sangat yakin jika itu adalah sang pembantu yang akan meminta bantuan kepadanya.

"Masuk!"

Mendengar titah Agam, Gendis pun masuk ke dalam kamar dengan membuka pintu itu secara perlahan. Dengan menundukkan wajahnya Gendis memberanikan diri untuk berkata.

"Maaf Tuan Agam, sa-saya ke sini ingin min-minta tolong sama Tuan!" seru Gendis dengan terbata-bata. Agam yang sebenarnya sudah tahu jika sang pembantu ingin berhutang kepadanya, ia pun memilih untuk diam sejenak pura-pura tidak tahu.

"Hmm ada apa? Apa yang bisa ku tolong?" tanya sang majikan sembari menatap wajah Gendis yang manis.

"Oh God! Bagaimana bisa gadis ini membuatku berdebar seperti ini, pesona apa yang dia miliki? Dia hanya gadis kecil yang masih lugu, aku bisa mendapatkan banyak wanita yang lebih cantik dan lebih segalanya jika aku mau, tapi kenapa Gendis yang berhasil menggoda hatiku?" Agam bermonolog dalam hati sembari beranjak mendekati gadis yang sudah membuat dunianya jungkir balik.

Gendis melihat sang majikan yang berjalan menghampirinya, sejenak gadis itu menatap kedua bola mata sang majikan. Ada sesuatu yang membuat Gendis sejenak terhenyak, dibalik sikap arogan yang selama ini Agam tunjukkan, ternyata pria itu memiliki bola mata yang indah, tentu saja Gendis baru menyadarinya karena selama ini Gendis tidak pernah menatap wajah sang majikan secara langsung.

"Tuan Agam sebenarnya nggak tua-tua banget, aku lihat bola mata itu sangat indah. Oh ya Tuhan! Gendis, jangan bilang kamu mulai mengagumi majikanmu ini, ingat! Kamu itu pembantu dan kamu ke sini hanya untuk membayar hutang-hutang ayahmu!!!" Gendis tampak bermonolog dalam hati. Saat tatapan mata sang majikan membuat dirinya gugup dan salah tingkah.

...BERSAMBUNG...

Terpopuler

Comments

Diesi Desi

Diesi Desi

kok lagakayah nya gendis rada ngeselin ya????

2023-05-17

0

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

𝘮𝘶𝘭𝘢𝘪 𝘢𝘥𝘢 𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘯𝘪𝘩 𝘴𝘪 𝘎𝘦𝘯𝘥𝘪𝘴 😊😊😊

2023-04-23

1

🌟æ⃝᷍𝖒ᵐᵉN^W^NH^Ti᭄💫

🌟æ⃝᷍𝖒ᵐᵉN^W^NH^Ti᭄💫

perlahan rasa itu mulai hadir😇

2023-03-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!