Tik tik tik! Jemari Deo menari di atas papan keyboard miliknya, dari pagi sampai siang dia belum juga beranjak dari depan layar. Pria yang sibuk. Martin, Diena, dan Lena juga ada di sana dengan kesibukan masing-masing. Makan cemilan, tiduran, dan bermain game. Martin meletakkan bungkus makanan ringan di meja dan mengambil makanan ringan lainnya, kemudian membukanya. "Kak Deo tidak mau makan?" tanyanya basa-basi.
"Tidak, aku sedang mengerjakan tugas dari Kak Ben. Makanlah sampai kenyang," mata Deo menelusuri data-data di depan layar. Martin memalingkan wajahnya, "Lebih baik aku di rumah saja. Di sini terasa dipenjara tahu tidak?"
"Pulanglah, tapi fisikmu harus kuat. Kak Ben akan menghukummu jika dia tahu kamu tidak di sini bersama dengan kami," timpal Lena. Terkurung di dalam ruangan Ben di perusahaan tidak seburuk yang Lena kira, lumayan ada yang mau melayani, semua cemilan tersedia, ditambah dia bebas bermain game. Namun Martin kebalikan dari dirinya, dia lebih suka berada di rumah. Lebih luas dan terasa bebas untuk berlarian kesana kemari.
Yang paling tenang di ruangan selain Deo adalah Diena. Membaca majalah sudah cukup untuk menghilangkan kebosanan, kalau sudah bosan dia bisa membuka aplikasi-aplikasi di dalam Handphonenya, kemudian makan cemilan, berjalan-jalan. Asal masih bisa bergerak bagi Diena itu sudah cukup. Tapi anehnya, ini adalah kali pertama Ben meminta bantuan yang melibatkan mereka berempat. Mencari identitas seseorang.
Ben meminta Deo untuk mencari seluruh informasi mengenai Clarie yang akan menjadi sasaran Ben, sasaran untuk bekerja sama. Dan biasanya Deo akan mencarinya sendiri, di dalam ruangannya sendiri. Namun kali ini, mereka disuruh berada di ruangan Ben dan Ben pergi entah kemana.
Itu untuk jawaban beberapa waktu, sampai akhirnya Ben mau menjawab kemana dia pergi selama ini. Kediaman Lin, di mana Clarie Lin tinggal. Dan lebih mengejutkannya lagi, kakak mereka, Ben menginap di sana.
"Kira-kira apa yang Kak Ben lakukan di rumah Clarie? Apa yang membuatnya bertahan di sana?" Diena bertanya kepada ketiga saudaranya. Pandangannya beralih, menatap satu persatu dari mereka. "Apa kalian merasa aneh? Kakak kita tidak pernah sepeduli ini, dia dijuluki sebagai pria tanpa hati oleh semua orang. Tidakkah kalian merasa aneh?"
Semua berhenti dari kegiatan masing-masing dan memusatkan perhatian ke arah Diena. Diena tahu ini saatnya untuk dia bicara, memberi tahu hal yang dia pikirkan selama Ben lama tidak berada di rumah. "Aku rasa Kak Ben tertarik dengan Clarie,"
"APA?!" teriak Deo, Lena, dan Martin bersamaan. Hal yang disampaikan oleh Diena sangat mustahil terjadi. Sudah berkali-kali mereka berempat menyaksikan Ben terus gagal dalam hal wanita. Bukan Ben yang gagal mengejar wanita, tapi wanita yang berusaha menggoda Ben. Seberapa banyak wanita itu terus bergelayut, berkata manja, mencari perhatian, dan perbuatan yang lainnya lagi, Ben tidak pernah merespon. Malahan Ben terus menatap wanita itu.
Tidak tertarik dengan wanita, tidak segan-segan menghukum orang yang berbuat salah atau melanggar perjanjian dengan dirinya. Dia pantas disebut sebagai pria tanpa hati. Deo Diena, Lena, dan Martin juga tahu kalau nenek mereka terus memaksa Ben untuk bertemu dengan banyak wanita. Sayangnya, mereka semua gugur.
"Kak Ben selalu melakukan suatu hal dengan alasan, seperti dia membawa kita masuk ke dalam keluarganya. Dia punya alasan. Deo, ahli dalam menerobos sistem sehingga dia bisa mempermudah pencarian data yang diinginkan oleh Kak Ben. Aku sebagai penjaga keamanan rumah karena aku pandai dalam bela diri. Martin yang pintar ini bisa menyelamatkan Kak Ben dari pemutar balikan fakta. Dan Diena, menjaga club," jelas Lena panjang lebar, setelah itu dia diam, berpikir.
"Apa...Kak Ben ingin Clarie sebagai senjatanya?"
......................
Di ruang tamu Kediaman Lin, ada dua orang laki-laki. Ben dan Dean. Sebenarnya Dean lah yang datang tiba-tiba, karena dia mendapat kabar dari salah satu temannya yang dekat dengan tukang gosip kampus. Ada gosip kalau Clarie disekap beberapa hari di dalam gudang olahraga lama. Tanpa pikir panjang, Dean segera mengunjungi Clarie. Sayangnya dia malah harus berhadapan dengan kakaknya.
Ben menatap Dean dengan datar, pose badannya saat ini layaknya seorang tuan rumah. "Kenapa kemari?" tanya Ben dengan pandangan menusuk.
"Aku ingin menjenguk Clarie, Kak,"
Ben mendengus mendengar panggilannya, kak? "Sudah saya bilang berapa kali, kita tidak punya hubungan apa-apa walaupun dikandung di dalam rahim wanita yang sama. Ingat itu,"
"Baik, tapi bolehkah aku menjenguk Clarie? Aku benar-benar khawatir,"
Khawatir, kata yang...sedikit tidak cocok untuk pria yang akan menikah. Dia khawatir dengan calon kakak iparnya sendiri? Konyol.
"Dengar baik-baik, Nona Lin cukup dengan keberadaan saya. Kondisinya lebih baik dibanding bersama dengan Anda, dan Anda tidak perlu khawatir. Saya benar-benar tahu apa yang Nona Lin inginkan,"
"Apa...yang dia inginkan?"
"Yakin ingin tahu? Dia menginginkan saya,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
semangat💪
asisten dadakan hadir lagi
mampir juga yuk😉
2021-02-20
2
🫧Alinna 🫧
Semangat terus
2021-01-06
0
RN
aini mampir lagi kk like hari an 🙈🙏
2021-01-02
0