Tawaran yang diberikan, harus dipikirkan dengan baik-baik. Keputusan harus sesuai dengan apa yang akan terjadi nantinya. Jadi, ini bisa saja menjadi sebuah dunia baru yang penuh dengan cahaya atau sebuah dunia baru dengan penuh kegelapan. Clarie berpikir bahwa Ben adalah orang yang baik dan pastinya dia bertanggung jawab, dan juga pasti selalu menepati kata-katanya.
Sudah tiga hari lamanya setelah kedatangan Ben, Clarie terus mempertimbangkan semua kemungkinan. Untung saja anggota keluarga yang lain sedang tidak ada di rumah untuk beberapa lama.
"Nona Clarie pasti kepikiran tuan yang itu kan? Pastilah! Kalian lihatkan tiga hari yang lalu!!" kata salah satu bibi pelayan dengan sedikit girang. Di mata para pelayan, Clarie terlihat seperti tersisihkan di keluarga. Tuan dan nyonya besar mereka malah lebih terfokus kepada Renata yang hanyalah seorang gadis yatim piatu yang haus perhatian dan menyebalkan, suka memerintah orang sembarangan pula.
"Bi, Clarie mau keluar dulu ya. Tadi calon adik ipar pengin bicara katanya," ucap Clarie, dia sudah siap dengan pakaian yang dulu, sweater, jeans, dan sepatu bertali.
"Tapi Nona Clarie, Anda seharusnya tidak mengiyakan permintaan Tuan Dean. Dia kan...termasuk satu komplotan dengan Nona Rena. Bagaimana jika Anda kenapa-kenapa?"
"Jika dalam waktu lima hari aku tidak memberi kabar apapun, kalian bisa menelepon nomor ini. Gunakan telepon rumah, jangan gunakan ponsel. Aku pergi dulu ya," Clarie berpamitan, untuk berjaga-jaga saja dia memberikan nomor telepon milik Martin, mungkin dia butuh sebuah bantuan lagi.
Jalanan kota sangat padat, sinar matahari yang terik menambah tingkat emosi para pengendara. Suara klakson mobil maupun motor memekakkan telinga. Sedikit aneh, Dean meminta Clarie untuk menemuinya di kampus? Untuk apa? Padahal kemarin Clarie baru saja memutuskan hubungan mereka, yang penuh dengan kebohongan.
Setelah keluar dari dalam taksi dan membayar biayanya, Clarie melangkahkan kaki ke dalam kampus. Entahlah, mungkin dia tidak akan mendapatkan nilai terbaik di angkatannya seperti apa yang dia janjikan kepada papa. Kampus ini juga tidak memiliki kenangan yang indah, Clarie tidak punya teman yang bisa diajak mengobrol, paling-paling hanya seputar tugaslah obrolannya.
Cafe sangat sepi, dijam segini pastinya banyak yang sibuk dengan jam pelajaran mereka. Dilihatnya Dean telah duduk di dekat jendela. Penampilannya sedikit berubah, dan dia sedikit...kacau. "Sudah menunggu lama?" tanya Clarie setelah duduk di hadapan Dean. Dean menggelengkan kepalanya pelan.
"Terlihat kacau, bagaimana rasanya hah?" tanya Clarie lagi dengan sedikit senyum tanpa rasa bersalah.
"Entah aku merasa kalau kamu menang sedikit mirip dengannya atau memang mirip dengannya. Tapi yang pasti, kalian benar-benar kejam,"
"Anda tahu, cinta pertama itu sangat sulit untuk dilupakan dan sayangnya Anda adalah cinta pertama saya. Saya pasti akan selalu mengingat momen-momen di mana Anda menghianati saya,"
Dan kalau aku kejam lebih baik aku akan membuatmu malu dengan semua kebohongan, aku juga akan menyiksamu secara mental dan dalam hal ekonomi tentunya.
Tatapan datar yang dilontarkan oleh Clarie hampir mirip dengan milik Ben, begitulah yang dirasakan oleh Dean. Calrie hampir mirip dengan kakaknya. Aura ketidaksukaan dan tatapan yang menghunus bagai pedang. Sebenarnya ini semua salah siapa? Siapa akar dari semua permasalahan ini?
Dean tidak menyampaikan hal penting dari tadi, Calrie sudah cukup melihat wajah lusuh Dean yang tidak enak dipandang. Menyebalkan.
"Saya akan pulang, karena Anda tidak akan mengatakan apa-apa bukan?"
"Berhati-hatilah, Rena pasti tidak akan berhenti sampai di sini saja. Dia pasti akan membuat ulah lagi," Clarie berhenti sejenak, kepalanya ditolehkan ke belakang. "Tentu,"
......................
Renata Lin dan gengnya sedang berpesta di sebuah villa mewah milik ayahnya. Pelayanan yang maksimal dan gratis, memang sebuah surga di dalam dunia. Selagi lepas dari pengawasan orang tua, Rena tidak segan-segan memanfaatkan kesempatan ini, jika disalahkan dia akan membuangnya ke Clarie. Sangat mudah bukan?
"Rena, itu ada yang meneleponmu,"
Rena mengambil teleponnya dan menjawab panggilan. "Halo," sapanya.
"Rena, kakakmu masih saja bertemu dengan Dean. Mau kubantu mengurusnya? Aku punya ide yang bagus," suara seorang gadis dari seberang terdengar amat licik. Rena tersenyum, jemarinya menyisir lembut rambut panjang miliknya. "Terserah, buat dia menderita sampai sekaratpun boleh. Aku akan membayarnya,"
Telepon dimatikan secara sepihak. Rena tersenyum licik, tidak disangka dia akan terus membutuhkan ide-ide gila dari salah satu mahasiswi yang dianggap sedikit kurang waras. Dia sangat membantu, terlebih lagi dalam urusan seperti ini. Masalah sudah teratasi, saatnya untuk kembali menikmati kemewahan dan kenyamanan yang diberikan untuknya. Waktunya menunggu kabar sambil bersantai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
NinLugas
10 like ku mndet dn rate ⭐5 kk😘
2021-07-12
0
Inhe
maaf thor,tpi eari awal aku bacanya ngk ngerti,,tpi penasaran jga sih😁😁
2021-04-05
2
pinnacullata pinna
semangat othor
btw aku mampir Dan memberikan like dukung juga novelku cinta adalah sebuah perjalanan yang indah
2021-03-09
0