Ruangan yang megah dan mewah, lampu-lampu ada di setiap sudut dan dapat menerangi ruangan luas ini. Clarie terkagum-kagum. Ini kali pertamanya dia datang ke acara seperti ini. Semua orang memakai gaun dan setelan jas yang bergaya, menambah pesona mereka. Beberapa orang nampak sangat dekat, mereka bercakap-cakap dan sesekali tertawa.
Clarie ikut duduk bersama dengan Mamanya, ternyata Papanya sudah memesan meja untuk satu keluarga. Papa, Mama, Clarie, dan Rena, tapi tunggu. Dean? Kenapa dia ada di sini? Kenapa juga Dean harus duduk di sebelah Rena pula. Clarie menatap Dean lekat, tatapan curiga. Apa yang dia inginkan?
"Clarie, ini pertama kalinya buatmu kan sayang? Santai saja, di sini kita hanya akan duduk dan menikmati suasana dan hidangan. Tidak ada hal yang harus kamu kerjakan atau kita. Ini hanya sebuah perayaan persatuan organisasi saja. Santai ya sayang," ucap Papa Clarie kemudian. Karena Clarie hanya mengangguk dan tatapannya tidak pernah putus, Papanya berkata lagi, "Oh, Papa lupa. Papa mengajak Dean, temanmu, karena Rena akan segera menikah dengannya. Wah tidak bisa Papa sangka, teman Clarie akan menjadi menantu kita ya Ma?"
Mama Clarie tersenyum dan menggenggam tangan suaminya. "Iya Pa, Mama seneng banget akhirnya kita bisa segera punya cucu,"
Grek! "Pa, Ma, Clarie mau ke toilet dulu ya," tanpa menunggu jawaban lagi Clarie pergi. Senyum tipis muncul di bibir Rena. Puas. Melihat kakaknya sedih karena pacarnya akan menikah dengan adiknya sendiri.
"Kakak pasti sedih, maaf ya Ma, Pa, Rena buat kakak jadi sedih. Kak Dean kan temennya Kak Clarie, mungkin Kak Dean bisa jelasin," Dean pun ikut beranjak dari tempat duduk, dia menyusul Clarie. Walau tidak disuruhpun Dean pasti akan mengejar Clarie sesegera mungkin.
Air mata Clarie tumpah, mengalir deras membasahi pipi. Sesekali punggung tangannya digunakan untuk menghapus air mata yang tidak mau berhenti mengalir. Dean, laki-laki yang sangat dia percayai. Dan setelah sekian lama akhirnya mereka bisa berkencan. Tapi apa? Sekarang dia akan menikah dengan Rena, apa Dean hanya mengejar harta? Manusia yang licik!!!
Grep! Tangan Clarie ditahan dari belakang. Dean, siapa lagi? "Lepaskan aku, sebentar lagi kamu akan menikah. Apa lagi ha? Ingin meminta restuku? Aku sudah merestui kalian tanpa kalian memintanya,"
"Bukan begitu, aku hanya ingin menje..."
"Kita putus, aku tidak mau menjadi barang bekas milikmu. Kamulah yang harus menjadi barang bekas milikku, dasar menjengkelkan," Dean tidak percaya dengan apa yang dikatakan Clarie, kata-katanya sangat menusuk hati. Sakit. Clarie tidak pernah berkata sekasar ini, atau belum pernah. "Clarie, aku hanya ingin hubungan di antara kita baik-baik saja. Kumohon jangan marah padaku,"
"Kamu pikir saya akan selamanya baik terhadap Anda? Saya tahu Anda hanya ingin harta kekayaan milik keluarga saya, maka dari itu Anda mencoba menjalin hubungan dengan saya. Namun saat Anda tahu bahwa bukan saya yang paling berkuasa, Anda mencampakkan saya dan memilih berpindah pohon inang kan? Anda benar-benar hebat, saya mengaguminya," gaya bicara yang formal menandakan ada sebuah batasan. "Saya tidak akan kembali ke meja itu lagi. Jika Anda kembali bilang bahwa saya pulang. Dan ini kunci mobil saya, ambil dan bersenang-senang dengan calon istri Anda,"
Ajaibnya, air mata sudah tidak mengalir lagi. Rasanya sudah cukup untuk meluapkan semua kekesalan yang dikurung selama ini. Dunia tidak pernah memberikan hal manis, mereka memberikan hal yang pahit terus menerus. Seperti kehidupannya memang tidak cocok untuk hidup bahagia. Clarie melepas genggaman Dean dan menyuruhnya pergi. Clarie benci.
"Nona Clarie, Anda ternyata di sini. Sedang apa berduaan dengan seorang pria? Apa dia kekasih Anda?" Dean terkejut bukan main, suara ini adalah suara kakaknya.
"Oh, selamat malam. Bukan, tentu saja bukan. Ini adalah calon adik ipar saya dan yah, dia juga mantan saya,"
"Oh, tapi kenapa wajahnya terlihat sangat...terluka..."
"Jangan dipikirkan, dia memang seperti ini. Saya permisi," Clarie melewati Dean dan Ben. Ben melirik sekilas ke arah Dean. "Baru saja menjadi barang bekas, Tuan Dean?" sindir Ben sambil tertawa mengejek.
......................
Ben merasa aneh dengan dirinya sendiri. Clarie membuat dirinya ingin melindungi apapun yang berkaitan dengan gadis itu, dia seperti sudah mengenal lama, lama sekali. Ben terus memandang Clarie yang tengah menengguk minumannya, dia terlihat cantik.
"Jadi, ini...apa? Kenapa Anda mengajak saya kemari, padahal kan, saya ingib segera pulang," tanya Clarie. Mereka masih di tempat tadi, tempat dimana perkumpulan keluarga perusahaan yang masuk dalam sebuah organisasi.
"Saya hanya ingin meratakan kemenangan Anda,"
Alis sebelah kiri milik Clarie terangkat. "Bermaksud menyindir?"
"Tentu tidak, Anda sangat keren tadi. Luar biasa,"
"Haha, terima kasih. Seharusnya saya lebih peka dengan keadaan sekitar bukan, dan saya rasa Anda juga menginginkan sesuatu dari saya. Benar?" terka Clarie. Setelah kejadian yang menyakitkan ini dia merasa harus membangun tembok yang tinggi dan tebal. Supaya dia tidak tersakiti lagi. Ben lebih memilih diam dari pada menjawab pertanyaan itu. Matanya melihat ke sekeliling, mencari kesibukan sendiri. Memberikan ruang dan waktu untuk gadis yang baru saja mengalami putus cinta adalah sebuah toleransi.
Acara ini baru saja dimulai dan banyak orang yang memanfaatkan mencari perhatian supaya bisa menjalin kerjasama yang lebih menguntungkan. Namun, Ben adalah pemilik sebuah perusahaan juga dan tidak ada orang yang mendekati dirinya. Kenapa kira-kira?
"Tuan, tidak ada orang yang mendekati Anda sama sekali, kenapa?" tanya Clarie, ingin tahu apakah Ben sangat buruk dalam mengelola sebuah perusahaan?
"Tanpa mereka, saya dan keluarga saya mampu memperkaya diri dalam sekejap mata. Kenapa? Apa Anda ingin menjalin bekerjasama dengan perusahaan kami?" Clarie mengangkat kedua bahunya sebagai jawaban, kemudian kembali menengguk wiski. Itu adalah gelas wiski kelima Calrie. Minuman beralkohol tidak terlalu buruk, apa lagi di saat dia sedang dalam keadaan sedih seperti sekarang. "Hei, kamu sudah minum berapa gelas? Jangan terlalu banyak," peringat Ben yang mendapat terguran dari orang di belakangnya.
"Baru gelas kelima," jawab Clarie dengan santai. Yang menerima jawaban langsung membulatkan mata. Apa perlu banyak minum gara-gara putus dengan kekasih? Sangat aneh.
"Hei, sudah berhenti minum. Kamu bisa mabuk dan aku tidak mau ya kalau terkena muntahanmu. Ayo kuantar kembali ke rumahmu, ini sudah mulai masuk jam tidur,"
"Ok, uhm, kepalaku...juga sedikit pusing. Mohon bantuannya,"
Sayangnya ada mata yang terus mengawasi pergerakan Ben. Mata yang tajam dan memincing, bibir orang itu bergetar, dan tangannya terkepal kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
pinnacullata pinna
siapa itu?
btw aku mampir Dan memberikan like dukung juga novelku cinta adalah sebuah perjalanan yang indah 🙏
2021-03-02
1
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
lanjut like
2021-01-09
0
🫧Alinna 🫧
semangat terus nulisnya thor
2021-01-01
0