...Halo semua, terima kasih sudah mampir ke karya ini. Happy Reading❤...
...****************...
"Jangan...kumohon, kumohon...hentikan..." bisik Clarie, dia masih terbaring di ranjang. Jarinya menggenggam erat seprai.
Ben, Deo, Martin, Diena, dan Lena berada di sekeliling ranjang, melihat tingkah Clarie yang sungguh sangat aneh. Apa yang ssda2ng gadis ini mimpikan? Seberapa buruk mimpi itu?
"Kurasa dia sedang bermimpi buruk," kata Ben masih dengan menatap Clarie tajam.
"Jangan...jangan...kumohon," rintih Clarie semakin menjadi-jadi.
"Kakak, gadis ini semakin menjadi-jadi. Apa yang harus kami lakukan?"
"Biar aku yang urus, gadis seperti dia...akan sangat menarik bukan?" Senyuman miring terukir di wajah tampan milik Ben. "Nona, anda harus bangun sekarang."
"JANGAN!!"
PLAK...
Clarie kaget bukan main, dia barus sadar bahwa dia baru saja menampar pipi seseorang. "Ya ampun...ma...maafkan aku. Aku tidak sengaja sungguh, tolong maafkan aku," pinta Clarie dengan kepanikan tingkat tinggi.
😧😧😧
"Hah, sudahlah nona. Aku tidak apa-apa," kata Ben sambil memegang pipi kanannya yang sedikit memerah.
Saat Ben melepaskan tangannya, Clarie semakin merasa bersalah. "Tuan, pi...pipi anda merah karena tamparan saya. Maafkan saya maafkan saya,"
"Nona sudah kukatakan bukan? Aku baik-baik saja, lagi pula tingkat ketampananku tidak akan berkurang,"
...
"Tidak ada yang tertawa? Barusan aku bercanda...ah sudahlah. Lena, sudah kamu siapkan bukan?" Lena mengangguk. "Baiklah nona, segera bersihkan tubuh anda lalu datanglah ke ruang makan. Kita akan sarapan," Setelah mengatakan hal itu, Ben dan yang lain kecuali Lena meninggalkan Clarie.
"Nona Clarie, mari saya antarkan Anda ke kamar mandi, saya sudah menyiapkan pakaian Anda." kata Lena dengan sopan. Clarie melakukan hal yang tadi diperintahkan oleh Ben dengan patuh.
Sementara itu...
"Kakak, apa kamu yakin tidak membuat keputusan yang salah? Aku merasakan ada kejanggalan pada diri Clarie," Diena memprotes keputusan Ben.
"Hah..." Ben menghela napas, lalu berkata, "Diena, apa kamu tidak lihat betapa dalamnya rasa benci yang Clarie miliki? Bahkan tuan muda dari perusahaan besar bisa kalah hanya dengan pukulan dari seorang gadis. Aku yakin tidak membuat keputusan yang salah,"
"Wow!!! Lihat siapa yang datang, apa aku akan dibawa ke surga? Kenapa malaikat mendatangi kita?" kata bocah berusia 14 tahun, membuat seluruh pandangan menuju ke satu arah, Clarie.
Clarie yang kurang percaya diri dengan penampilannya menjadi semakin menciut ketika semua orang melihat ke arahnya. "Apa...aku terlihat aneh...dengan baju ini?" Tanyanya gugup sambil menggaruk leher bagian belakangnya.
"Nona Clarie anda terlihat seperti malaikat, bahkan jantungku berdetak cepat sekali. Saya merasa akan segera kehilangan kesadaran," Gombal bocah 14 tahun tadi yang dapat membuat pipi Clarie merona. Jika kalian tahu, gombalan yang baru saja kalian baca itu membuat orang-orang disana merasa geli.
"Martin, kurasa mulutmu semakin lihai. Tapi jangan sembarangan menggunakannya, tindakanmu barusan termasuk kurang sopan. Apa ini yang aku ajarkan kepadamu selama ini?" kata Ben dengan nada dingin.
"Hehehe kakak, kumohon jangan marah. Barusan aku hanya bercanda, aku benar-benar minta maaf,"
"Baguslah, Lena dan nona Clarie silahkan duduk. Makanan sudah menunggu kalian,"
Lena dan Clarie duduk lalu mulai menyantap sarapan. Sarapan berlangsung dengan canggung bagi Clarie. Bagaimana tidak?! Saat baru saja membuka matanya dia sudah menampar pipi seorang lelaki tampan. Setelah itu dia diundang untuk sarapan bersama dengan keluarga yang sama sekali belum dia kenal. Apalagi, Clarie memakai baju yang khusus disiapkan untuknya, seakan-akan kedatangannya memang sangat dinanti-nantikan.
......................
Clarie masih seperti orang linglung, bahkan sekarang saja dia sedang berada di dalam mobil pria tadi. Ya, mobil milik Ben, pria yang sama sekali belum dia kenal. "Ja...jadi tuan, kemana kalian akan membawaku?" tanya Clarie lirih. Mendengar pertanyaan lirih dari Clarie, Ben sengaja tidak menjawab. Dan membuat wajah gadis itu semakin pucat.
20 menit, 20 menit lamanya wajah Clarie pucat dan terdapat beberapa keringat di dahinya. Melihat itu, Ben merasa sedikit bersalah.
"Nona, kau sakit? Atau tidak biasa menaiki mobil? Atau kau lebih suka mengendarai motor? Wajahmu pucat sekali,"
"Ah...ti...tidak, saya hanya bingung kemana anda akan membawa saya? Tidak ada niatan jahat bukan?" jawab Clarie masih dengan suara yang lirih.
Ben tersenyum sebentar lalu berkata; "Bicaralah lebih keras sedikit, telingaku tidak bisa mendengar apa yang diucapkan oleh bibir mungil milikmu,"
"Kak, sejak kapan kamu bisa mengatakan hal semanis itu dari bibir pahitmu?" Diena berkata tiba-tiba dengan penuh penekanan.
"Sejak dulu, kalau tidak tau jangan asal bicara," jawab Ben ketus tanpa mengalihkan pandangannya. Dan Diena langsung melegoskan wajahnya ke arah Lena yang sedang asik bermain ponsel. "Lena, kamu tau sejak kapan kakak bisa berkata semanis itu?" bisik Diena pada Lena.
"Hem, entahlah. Singkirkan wajahmu, jangan dekat-dekat," jawab Lena sama ketusnya seperti Ben. Diena pun mendengus kesal mendapat perlakuan seperti itu.
Keadaan kembali tenang. Lalu, tiba-tiba...
"Kakak!!! Lihat apa yang Martin lakukan!!!" teriak Diena sambil menunjuk ke arah luar jendela mobil. Sontak seluruh pandangan mengarah ke arah yang ditunjuk oleh Diena. Terkecuali Ben, dia sedang menyetir saat ini.
"Katakan padaku apa yang bocah kecil itu lakukan," perintah Ben dengan nada tenang.
"Dia sedang melakukan sebuah atraksi mungkin. Anak laki-laki itu sedang berdiri di tempat duduk bagian belakang motor," kata Clarie kepada Ben, tapi malah dibalas dengan sebuah anggukan kecil.
"Tuan, anda tidak khawatir dengan adik anda? Itu perbuatan yang berbahaya, anda harus menghentikannya segera. Sebelum dia jatuh dan terluka," ucap Clarie, kali ini dengan lantang dan tegas.
Ben tersenyum, jadi gadis ini bisa setegas saat ini? Ketika dia mengkhawatirkan sesuatu? Sangat menarik, sebaiknya aku harus mendapatkan gadis ini, secepatnya.
"Tuan kenapa anda hanya tersenyum?! Cepat suruh mereka berhenti!! Siapapun yang ada di sini, bisa buat mereka berhenti sebentar?"
"Nona, anda terlalu khawatir. Kenapa anda mengkhawatirkan bocah itu? Apa karena dia memujimu tadi?"
"Anda tidak mengerti, jika dia jatuh mungkin dia bisa tiada,"
"Asalkan pakai helm tidak apa-apa bukan?"
"Tuan tapi..."
"Suruh Deo berhenti," Ben memotong perkataan Clarie yang belum selesai.
Setelah Diena mengatakan kepada Deo untuk berhenti sebentar, Clarie buru-buru turun dari dalam mobil.
"Namamu Martin bukan? Jangan ulangi hal barusan ok? Kalau kamu jatuh..."
"Wow kakak cantik mengkhawatirkanku? Aku sangat tersanjung, oh, jantungku akan meledak sebentar lagi," Potong Martin. Semua yang mendengar, hanya bisa melakukan satu hal. Menghela napas.
"Sudah merasa baikan nona? Lihat dia bahkan merasa senang," ucap Ben sambil melirik ke arah Martin.
Bagaiman bisa sebagai kakak dia sangat santai saat melihat adiknya melakukan hal yang berbahaya? Kurasa dia kurang waras. Kata Clarie dalam hati. "Bisakah Martin ikut di dalam mobil? Aku..."
"Tidak," tolak Ben mentah-mentah. "Dia akan membuat kacau seisi mobil, dan bisa membuat mobil itu mengalami kecelakaan," tambahnya.
"Martin, kamu tau bukan barusan kakak cantik itu mengkhawatirkanmu? Jadi jangan ulangi lagi," ucap Lena tiba-tiba.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
pinnacullata pinna
semangat thor 💪
btw aku mampir dan memberikan like dukung juga novelku cinta adalah sebuah perjalanan yang indah 🙏
2021-02-22
4
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
semangat
2020-12-31
0
🫧Alinna 🫧
Keren thor, i like
2020-12-27
0