Prak! Ponsel papa Clarie dilempar kasar ke atas meja di dekatnya, dia marah karena putrinya baru saja tidak mengangkat panggilan yang dia lakukan. Istrinya menatap gusar melihat kemarahan yang jelas terpatri di wajah suaminya. "Sayang, tenang. Aku yakin Clarie pasti sedang sibuk menonton televisi di rumah, jangan terlalu emosional," katanya berusaha menenangkan.
"Sedang menonton televisi? Baik, berapa lama dia menonton televisi? Ini hari kelima kita tidak di rumah, dan saat aku ingin menanyakan keadaan di rumah dengan menelepon putriku, dia tidak mengangkatnya. Ini sudah hari kelima dan aku sudah melakukan panggilan hampir 20 kali dan hampir 20 kali juga Clarie, putri kita tidak mengangkat panggilanku,"
"Tenanglah, kalau begitu bagaimana jika kita pulang saja besok? Kamu bisa melihat langsung, bisa kan sayang?" katanya sambil memegang tangan suaminya. Raut marah perlahan menghilang dari muka papa Clarie, kepalanya mengangguk beberapa kali. Namun kemudian, kekhawatiran mulai tampak di wajah orang tua itu,
"Tapi aku takut sayang, aku takut Tuan Muda dari keluarga Xiao datang lagi ke rumah kita. Aku yakin dia pasti ingin putri kita, aku dengar dia disuruh cepat-cepat menikah,"
"Sudahlah, jika...Tuhan memang mempertemukan mereka, kita sama sekali tidak bisa mencegahnya. Tapi bukankah mereka terlihat cocok? Waktu kita diam-diam mengawasi Clarie waktu itu, aku merasa hubungan mereka lumayan dekat..."
"Tapi aku tidak suka dengan jawabannya. Terlebih lagi dia itu licik sama seperti neneknya, tidak bisakah kamu bayangkan sayang, kita berbicara dengan orang licik,"
......................
Ruangan gelap, sempit, pengap, penuh dengan serangga seperti kecoa. Di situlah Clarie berada, duduk di atas kursi, diikat, dan mulutnya disumpal dengan kain. Setelah keluar dari cafe kampus Clarie tidak bisa mengingat kejadian selanjutnya, kesadarannya hilang dan saat membuka mata dia sudah ada di dalam tempat ini. Entah di mana lokasinya.
Orang yang menculiknya pun juga tidak kunjung datang, tapi punggung Clarie terasa sakit. Mungkin saat dia tidak sadarkan diri, pastinya dia dipukuli habis-habisan. Tubuhnya lemas, matahari sudah melakukan perjalanannya selama empat kali dan bulan selama lima kali. Jika dikira-kira Clarie berada di dalam tempat pengap ini hampir lima hari lamanya.
Aku harus pergi dari sini, aku sudah tidak kuat lagi kalau tetap menunggu bantuan. Aku harus berusaha. Simpul tali yang digunakan untuk mengikat pergelangan tangan sangat acak-acakan dan ini mudah sekali untuk dilepas. Dalam hitungan menit Clarie bebas dari ikatan tali, tinggal buka pintu dan keluar dari sini.
"Kamu yakin dia akan sekarat?"
"Kenapa tidak? Kita kan sudah menyekapnya di ruangan pengap seperti itu dan tidak memberinya makan, mana mungkin dia tidak akan segera sekarat,"
Gawat!! Mereka datang ke sini, aku tidak bisa berlari, melawan, atau yang lainnya. Apa ini akhir dari hidupku? Kriet! Mereka datang!
"Clarie!!!"
...---...
"Kamu mendapat telepon dari Martin? Bagaimana kamu bisa tahu kalau aku ada di dalam ruangan yang mengerikan itu?" pertanyaan demi pertanyaan Clarie tanyakan sepanjang perjalanan. Tuhan memberkatinya, sangat memberkatinya. Ben datang di waktu yang sangat tepat dan akhirnya dia bisa kembali ke rumah. Dia sangat senang.
"Berhenti bertanya dan simpan tenagamu, sudah berapa hari kamu tidak makan? Lima hari, dan masih sempat-sempatnya mengeluarkan banyak kata-kata? Hahaha, Clarie kurasa kamu banyak bicara," kata Ben khawatir, tapi sekaligus senang karena Clarie pasti sudah mau membuka diri untuknya. Clarie tersipu malu, apakah dia memang banyak bicara? Bagaimana bisa.
Mobil menepi di depan apotek, Ben turun dan segera membeli beberapa barang yang dibutuhkan, obat demam, vitamin, dan salep. Kemudian dia membawa Clarie ke rumah keluarga Lin. Tidak enak jika dia terus membawa ke rumah miliknya jika ada pelayan yang mengkhawatirkan nonanya bukan?
Jalanan yang padat membuat jalanan sedikit macet, dan artinya persediaan kesabaran harus dalam keadaan full. Sore hari adalah waktunya para orang dewasa untuk pulang kembali ke rumah masing-masing, terlebih lagi orang yang bekerja di kantor.
15 menit kemudian Ben sampai. "Saya akan menggendong Anda nona, mohon untuk tidak kaget," ucap Ben saat membuka pintu sebelah. Clarie tertawa sebentar mendengar kalimat yang diucapkan Ben.
Saat bel pintu ditekan dan pintu dibuka oleh pelayan. Wajah pelayan itu berseri dan terharu melihat nona mereka sudah kembali walau keadaannya tidak terlalu bagus. "Nona!! Anda sudah kembali!!" begitu teriaknya. "Terima kasih Tuan, jika Tuan tidak menolong nona kami mungkin saja dia tidak akan kembali sampai selama-lamanya," lanjutnya lagi. Pelayan itu mempersilahkan Ben untuk meletakkan Clarie di dalam kamar.
Setelah Clarie mandi dan berpakaian, terdengar suara ketukan pintu. Ben masuk dan meletakkan nampan berisi sup di meja dekat tempat tidur Clarie. Diambilnya kursi belajar Clarie dan ditaruh di dekat tempat tidur. "Ayo makan, setelah itu minum obat dan beristirahatlah," Ben mengambil mangkuk dan mulai menyuapi Clarie. "Apa rasanya enak?"
"Maaf, tapi lidahku sedang tidak berfungsi dengan baik,"
Setelah selesai makan Clarie meminum obat penurun demam. Sedangkan Ben kembali ke dapur, mencuci piring kotor. Pelayan di sana sedang berkerumun membisikkan sesuatu. "Ini sudah keterlaluan, ini pasti jebakan Nona Rena. Kenapa dia masih saja menjahili Nona Clarie sih?"
"Entahlah, kukira nona akan mendapat ketentraman walau hanya sebentar. Eh ternyata malah lebih parah. Dia demam dan di punggungnya banyak sekali luka lebam,"
Samar-samar Ben mendengar, tidak salah dia masuk ke kediaman Lin. Rena, kalau tidak salah dia hanya anak angkat, hebat sekali bisa mengambil semua yang dimiliki oleh Clarie. Bahkan setelah memiliki semua itu dia masih tetap menindas, tidak punya hati. "Apa kalian sudah makan?" tanya Ben ke pelayan.
"Belum Tuan, tapi kami akan makan nanti," jawab mereka serentak, Ben tersenyum. Dia ingin mendapat informasi lebih dari pelayan-pelayan di rumah ini, "Kita makan bersama saja, kebetulan porsi sup yang saya buat pas untuk kita nanti," Ben berjalan kembali ke kamar Clarie.
Di dalam kamar Clarie sedang menonton film kartun. Sejak kecil dia sangat suka dengan film khusus anak-anak, tampilan dan suara yang lucu, sangat imut. Sayangnya dulu saat kecil, Clarie tidak bisa menikmati film kartun karena mama dan Rena selalu mengganti saluran TV dan melihat film dengan gender drama.
"Belum mengantuk?" Clarie sedikit tersentak akan kedatangan Ben, dia membenahi posisi duduknya.
"Belum, belum mengantuk,"
"Oh, bisa berbalik dan buka bajumu sebentar?" Clarie melongo, buka baju? Selimut digenggaman Clarie ditarik sampai menutupi bagian hidung. "Kenapa...kenapa aku harus membuka baju? Meskipun aku ini lemah tapi aku tidak semudah itu menyerah, kita baru saja kenal beberapa minggu,"
"Hei ini pasti salah paham, aku tidak bermaksud untuk melakukan apapun terhadapmu," dengan gerakan spontan Ben melangkah mendekati Clarie.
"Jangan mendekat!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
pinnacullata pinna
aku mampir Dan memberikan like this dukung juga novelku cinta adalah sebuah perjalanan yang indah 🙏
2021-03-14
0
Ferly Ina
🖒
2021-02-18
1
Caramelatte
eyo author hebat! aku mampir🤗 semangat upnya! 💪
2021-01-28
0