16. Seorang Perempuan

Suara musik pop terdengar di dalam mobil yang berisi empat orang, obrolan tidak berlangsung lama, karena itu papa Clarie memutuskan untuk menyalakan musik. Renata yang duduk di belakang bersama dengan Dean terlihat sedikit marah, tapi dia berusaha menutupinya dengan berpura-pura melihat pemandangan luar lewat kaca mobil.

Ini adalah untuk pernikahannya, dan dia harus terlihat sempurna, cantik. Renata ingin menunjukkan bahwa dirinya lebih unggul dari Clarie, kakaknya yang merupakan putri asli dari keluarga Lin. Renata akui Clarie cantik, lebih cantik daripada dirinya. Untungnya Clarie adalah orang yang sedikit rendah diri dan tertutup, itu memberikan kesempatan pada Renata. Namun sikap Clarie hari ini sedikit berbeda dari hari-hari sebelumnya, bukan sedikit, tapi memang berbeda.

Clarie yang dulu tidak pernah menampilkan wajah marah, tapi tadi dia menampilkan wajah marah. Clarie yang pendiam, sekarang dia tidak pendiam dan bisa berbicara banyak kata. Bahkan dia berbicara dengan Dean dengan nada datar dan ada sebuah kepercayaan diri di dalam nadanya. Clarie sudah mulai berubah, begitulah yang Renata pikirkan. Dan ini bisa menjadi ancaman bagi dirinya.

Clarie paling ahli dalam hal mengurus berkas-berkas perusahaan karena waktu Clarie masih kecil dia sudah mulai membantu papanya. Kenapa? Karena Clarie sedih papanya tidak ada waktu luang untuk bermain dengan dirinya. Maka dari itu Clarie kecil memutuskan untuk membantu, seperti menggaris bawahi laporan penting dan mengambil inti dari catatan rapat. Sedangkan Renata, dia lebih suka menikmati waktunya bersama dengan mama. Ketika Clarie dan papa sibuk mengurus berkas, Renata memilih untuk mendapatkan perhatian dari mama angkatnya itu. Semakin dia disayang, semakin dia mudah mendapatkan sesuatu yang dia inginkan.

"Ini tidak boleh terjadi, aku harus membuat dia kembali seperti semula. Ini tidak boleh terjadi," Renata bergumam sendiri. Dean yang berada tepat di sebelahnya mendengar setiap kata yang Renata gumamkan.

Mobil menepi di dekat toko roti, di sana mereka berempat bisa menemukan mobil milik Clarie. Mereka masuk dan langsung disambut oleh pemilik toko, Nyonya Serry. "Halo selamat siang, selamat datang. Saya sudah menunggu Anda sedari tadi Nyonya Lin, saya kira Anda tidak jadi datang," sapa Nyonya Serry sambil memeluk mama Clarie.

Dengan menyesal mama Clarie menjawab, "Oh maafkan aku Serry, putriku terlalu bingung memilih pakaian yang akan dia pakai,"

"Pakaian?" Nyonya Serry sedikit terkejut. "Bukankah Clarie tidak pernah masalah dengan pakaian apa yang harus dia pakai? Apa dia berubah Nita?" lanjutnya. Nita, Conita Lin adalah nama mama Clarie. Di sekolah menengah atas dulu dia sering dipanggil Nita.

"Bukan Clarie, tapi Renata. Ini dia," jawab Nita sambil menunjuk Renata. "Di mana Clarie? Mobilnya ada di depan tokomu," tanya Nita teringat Clarie yang berangkat lebih dulu dari mereka.

Serry tadinya diam saja, tapi lama-lama senyumnya mulai mengembang.

"Hei, aku bangga pada putrimu, Clarie. Lihat, dengan siapa sekarang dia sedang berkencan," Dean, Renata, dan kedua orang tua Renata menatap ke arah yang ditunjukkan oleh Serry.

......................

"Jadi apa permasalahan yang harus aku selesaikan?" tanya Clarie kepada Ben.

"Permasalahanku adalah..." Ben berhenti sejenak, matanya melihat ke sekeliling. Rasanya seperti ada yang memusatkan perhatian penuh ke meja yang sedang dia pakai. "Kurasa kita akan menunda dulu pembahasan ini, Papa, Mama, dan Adikmu sudah datang, dan ada Dean juga,"

Clarie menoleh ke arah di mana mata Ben tertuju. "Ya memang, aku harus ke sana okay? Mereka pasti sedang mencariku," Clarie mendorong kursinya ke belakang. Namun tiba-tiba terdengar suara teriakan perempuan.

"Aa!!!" Clarie berbalik dan mendapati seorang perempuan yang sedang menahan emosi. Di sebelahnya juga ada seorang pelayan. "Hei kamu! Dasar gadis kampungan ya, berani-beraninya merusak baju yang kubeli ini. Tahu berapa harganya ha?" perempuan itu kembali berteriak dan ditunjukkan kepada Clarie.