Jam 04.00
Sindi membangunkan Leah untuk siap-siap sholat subuh. Dan berhias sederhana (itu keinginan Leah) karena pagi ini jadwal ijab qobul Leah dan Ruchan lebih cepat dari Ikhsan.
Leah bertanya kepada Sindi tentang kepulangan Ruchan, awalnya Sindi tidak tega mengerjai Leah. Tapi dia tetap melakukan apa yang sudah di rencanakannya dengan Sandy kemarin malam.
"Setauku sih Ustad Ruchan belum pulang Mbak" Jawab Sindi.
Leah menundukan kepalanya dengan wajah lesu. Berharap Ruchan sudah pulang, ia mulai panik karena sebentar lagi waktunya tidak akan lama lagi Ijab qobulnya.
"Ayo Mbak, mandi trus siap-siap sholat subuh. Nanti, setelah sholat ada perias yang kesini. Aku tinggal dulu ya, mau jama'ah di masjid" Kata Sindi penuh dengan kelembutan.
"Tunggu! Aku sholat sendiri di sini? Aku juga mau ke masjid dong, jama'ah" kata Leah.
Sindi pun langsung bilang tidak, karena takut Leah nanti akan melihat kalau Ruchan sudah pulang, dan bubar rencana mereka. Sindi bingung mau beralasan apa, dengan terpaksa ia bilang kalau Leah sedang dalam masa pingitan.
"Mbak kan lagi di pingit, jadi gak boleh keluar dong sampai waktunya tiba nanti" Kata Sindi gugup.
"Ya tapi kan Ustad Ruchan nya belum pulang, otomatis gak lihat aku dong" Kata Leah.
"Mbak, kalau di pingit itu gak boleh keluar rumah kecuali mendadak. Ndak ada yang boleh lihat Mbak, kecuali mahrom Mbak. Kayak Mas Sandy, atau sesama perempuan" Jelas Sindi
Leah pun menurut dengan perkataan Sindi. Lalu Sindi pergi dengan terburu-buru, ingin mengatakan kepada Sandy, jika Leah sudah mulai mencurigainya.
Saat Leah sholat subuh sendiri di kamarnya, tidak lama setelab itu ada yang mengetok pintu kamar Leah, yang ternyata tukang rias pengantin.
Tok.. tok.. tok.. tok..
"Assallamualaikum" Ucapnya.
"Waalaikum sallam. Sebentar, siapa ya?" Tanya Leah.
"Sugeng enjang mbak, kulo badhe tangklet, nopo niki kamare Mbak Lia, eh salah, Leah? (selamat pagi Mbak, Saya mau tanya, apa ini kamarnya Mbak Lia, eh salah, Leah?) " Tanya perias itu.
Leah pun tertawa mendengarnya, perias itu masih sangat muda sekali. Kebanyakan perias yang setahu Leah sudah ibu-ibu, Leah pun mempersialahkan perias itu masuk.
Karena make up yang Leah ingin sederhana, maka perias itu tidak membutuhkan waktu lama untuk merias Leah.
"Wahh cantik yaa, Ustad Ruchan ini pinter deh ah pilih istri. Tapi sayang, calon Istri Kyai Ikhsan ndak mau di rias seperti ini. Ya riasan sih, tapi begitu sederhana, lebih sederhana dari ini. Hanya menggunakan, apanya tadi? Oh iya, di bagian mata jelas, dan cuma pakai hena saja" Kata perias.
"Kenapa gitu Kak?" Tanya Leah.
"Kan calon Istri Kyai Ikhsan itu pakai cadar, yo di rias pun ndak kelihatan hehehe. Tapi agak sombong menurutku sih. Ndak kayak Mbak Leah, di ajak ngobrol masih mau, dan menjawab." Kata perias itu.
"Mbak pagi-pagi dah ajak ghibah aja deh. Mana yang di ghibahin calon kakak ipar saya sendiri lagi" Kata Leah.
"Astaghfirulloh hal'adzim, dingapunten Gusti. Lha ini dah selesai tinggal pakai bajunya yuk, saya bantu" Kata perias itu gemetaran.
Leah hanya tersenyum melihat kegugupan perias itul. Ia sudah selesai di rias dan pakai kebaya pengantin. Tapi Leah masih cemas karena belum ada kabar juga tentang Ruchan, Leah takut Ruchan kenapa-napa. Dia juga takut pernikahan nya akan batal, dan membuat Mamanya sedih.
Tok tok tok tok..
"Assallamualaikum Lele usilku" Salam Sandi memecah keheningan kamar Leah.
"Wa'alaikum sallam, Kaka Sandy ngapain kesini?" Tanya Leah.
Sandy meneteskan air matanya. Betapa bahagianya dia melihat adiknya yang dulu masih kecil, sekarang sudah siap untuk nikah. Di balut dengan anggunya kebaya putih nan cantik itu. Ia juga sangat bangga dengan Leah, karena menerima apa adanya pernikahan yang sederhana itu.
"Kakak nangis?" Tanya Leah.
"Kakak bahagia, bahagia banget. Kakak masih sempet menjadi wali nikah kamu dek, Allah masih mengizinkan Kakak untuk mengantarmu dan menyerahkanmu kepada suamimu. Waktu begitu cepat, dulu kamu masih segede kutil, sekarang dah berani nikah, mana sama seorang Ustad lagi, itu kan bukan tipemu Le" Kata Sandy.
"Gak lucu! Masa iya Leah segede kutil, kecil banget Kakak. Mana bawa-bawa Mas Ruchan lagi, emang kenapa kalau Ustad?" Kata Leah bete.
"Eh, pengantin gak boleh bete, senyum dong adik manis. Sebentar lagi Papa akan sampai, mungkin malah udah sampai" Kata Sandy.
"Mas Ruchan? Gimana?" Tanya Leah panik.
Saat Sandy hendak menjawab pertanyaan perihal kepulangan Ruchan, Glenca dan Amara pun datang dengan suara yang lantang dan brisik. Apalagi, suara Amara sangat cempreng, hingga membuat telinga semua orang sakit.
"Assallamualaikum" Salam Glenca dan Amara.
"Wa'alaikum sallam" Jawab Leah dan Sandy.
"Pengganggu datang, dua lalalt yang tidak di undang muncul nyebelin aja ah." Kesal Sandy.
"Eh Kak Sandy, apa kabar? Lama tidak bertemu ya Kak!" Sapa Glenca.
"Leah, kakak keluar dulu ya. Mau bantu-bantu di sana, Assallamualaikum" Kata Sandy.
"Wa'alaikum sallam" Jawab Leah.
"Gitu amat, mentang-mentang Gue bukan adik kandung, terus Gue di beda gini?" Kata Glenca.
"Gerah tau pakai jilbab gini, coba kak Leah nikahnya di Jakarta aja. Dan mengadakan resepsi yang mewah, berkelas dan sama cowo lain. Bukan Ustad ya, mungkin sekarang Amara udah pakai gaun yang bagus, mahal, cantik. Nggak kek gamis ini, bener ada renda nya, cantik dan mahal, tapi bikin gerah. Uhhh" Kesal Amara.
"Henna kamu bagus banget, riasan nya juga ok sih walaupun simple. Itu selera Lo, pasti mahal ya?" Tanya Glenca.
"Papa mana Mae" Tanya Leah balik.
Glenca bete saat di panggil Maemunah oleh Leah. Entah kenapa Leah selalu memanggil Amara dan dirinya selalu memanggil dengan nama itu. Amara hanya diam-diam saja, karena dia sedikit bodoh. Tapi Glenca tidak pernah mau namanya di rubah menjadi Maemunah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
panggilan kesayangan
2021-02-07
0
Fitriana
🤣🤣🤣 ngakak dibagian akhir
2020-06-10
0
Amalia Nanda
asli ngakak thor bacanya...
2020-04-11
3