Bab. 14

Di depan pintu, Linda berpapasan dengan Sindi, Linda tampak sangat kesal hingga menaruh wajah jelek di depan Sindi.

"Assallamualaikum" Salam Sindi.

Wa'alaikum sallam, eh Sindi yaa. Masuk sini" Kata Leah.

"Emm semua sudah menunggu, Mbak Leah sudah siap? Mari?" Ajak Sindi.

Leah pun berjalan mengikuti Sindi, sampai di ruangan yang sudah penuh santriwati. Yaa, hanya ada perempuan di ruangan itu. Pikirnya, dimana para laki- laki, bukankah pertunangan harus di adakan satu ruangan?

"Lo yakin dah siap? Aneh gak sih, namanya tunangan ya satu ruangan, lha ini pisah pisah kek gini?" Gerutu Glenca.

"Stt kata Papamu, ini di pesantren, laki-laki sama perempuan yang belum muhromnya gak boleh jadi satu. Diem dan nikmati saja alurnya" Jelas Soraya.

Acara pun di mulai. Acara demi acara telah usai, acara terakhir yakni tukar cincin. Berhubung mereka terpisah ruangan yang hanya di pisah dengan klambu putih tebal saja. Tapi tetap saja Leah tidak dapat melihat dimana Ruchan.

Cincin yang Leah pakai, di pakaikan oleh Umi Desi, sedangkan yang Ruchan pakai, di pakaikan oleh kakak Leah.

Upps maaf ya, belum pengenalan kalau Leah punya kakak. Nama kakaknya yakni Sandy, ia selama ini tinggal di Singapura. Umur 27 tahun, ya lebih tua satu tahun dengan Ruchan.

Acara pertunangan pun berakhir dengan lancar, tiba saat acara makan malam bersama. Kalau makan- makan mereka jadi satu, soalnya di adakan di lapangan pesantren.

Dari jauh ada yang sedang mamanggil nama Leah dengan sebutab Lele Usil. Leah kebingungan, dia berfikir, hanya ada satu orang yang slalu memanggil dengan sebutan seperti itu.

"Lele usil, Le? Hey" Sapa Sandy.

" Kakak... " Leah pun berlari dan langsung memeluk Sandy.

Para santri yang tidak tau bahwa Sandy adalah kakaknya pun langsung kaget. Mereka berkir macam-macam tenyang Leah.

"Astaghfirullah Hal'adzim..."

"Dasar anak kota, tau adab dong. Ini pesantren, malu kali peluk-pelukan yang bukan mahromnya " teriak Linda memanfaatkan keadaan.

Umi Desi melirik ke arah Linda. Dan Linda pun langsung menunduk.

"Maaf semuanya, saya ini kakak nya Leah. Kakak kandung memang gak boleh pelukan ya? Maaf ya, maaf" Kata Sandy menyatukan tangannya.

Ruchan sendiri juga tidak mengetahui bahwa laki-laki itu adalah Sandy kakak nya Leah. Ia tau bahwa Leah memiliki kakak, namun belum pernah bertemu dengannya lagi, setelah sekian lama.

"Oooo kakak nya!" seru Para Santri.

"Kakak jahat ih, ngapain tiba-tiba nongol gini? Bikin heboh aja deh" Kata Leah mencubit pinggang Sandy.

"Hey, jahatan mana sama kamu Le? Mana ada Adik yang mau tunangan, Kakaknya gak di kasih tau. Kamu nikah masih butuh 1 wali lagi sayang" Kata Sandy sambil mencubit hidung Leah.

" Kakak ah" Kesal Leah.

"Eh Ngomong-ngomong calon suamimu ganteng juga ya. Gaul lagi, kakak nyambung lho ngomong sama dia, pinter banget adik kakak ini pilih suami" Goda Sandy.

"Kakak ah, apaan sih, itu sebenernya pilihan Mama tau," Kata Leah mengangkat jempolnya.

"Mana ada? Mama itu dah gak ada sejak kamu kecil Leah, masa iya sih Mama yang nyariin?" Jawab Sandy.

"Tanya aja sama Papa" Kata Leah.

"Tunggu! kamu di jodohin?" Tanya Sandy penuh dengan rasa tidak percaya.

Leah pun mengangguk pelan.Dan Sandy pun tertawa dengan keras. Sandy tidak menyangka, kalau Adiknya yang super aktiv, bandel ini menurut saat di jodohkan.

"Hahah hahaha kak kaka kak kak" Tawa Sandy.

"Gaje ah!" Kata Leah kesal.

"Kamu di jodohin? Tunggu, jangan-jangan kamu ini bukan Lele Usil ku ya? Coba muter, kali aja di celupin berubah" Goda Sandy.

"Ah kakak! Emang aku oreo" kesal Leah.

Sandy pun tertawa terpingkal-pingkal,Arman pun mendatangi mereka berdua dan memperingatkan Sandy agar tidak terus menggoda adiknya seperti itu.

"Sandy, udah dong. Adikmu sudah kesal gitu kok" Kata Arman

"Iya Nak, kasihan Leah nya. Iya kan Le?" Kata Soraya.

"Sejak kapan anda peduli dengan Adik saya? Pa aku mau kenalan dulu sama calon adik ipar ku" Kata Sandy pergi, dengan melirik benci ke Soraya, Ibu tirinya.