1 jam berlalu,
Mereka mengisi waktu dengan penuh dengan canda tawa di ruang tamu.
"Ma, bosen tau," bisik Amara.
"Ssttt Diam! Cobalah untuk bersikap seperti adik yang baik buat Leah, biar kita ini tidak ketahuan kalau kurang suka dengannya," pekik Soraya.
"Buat apa sih Ma?" tanya Amara.
"Bodoh!! Kalau di fikir-fikir, kamu dan dia itu se Ayah, tentu saja agar Leah berfikir, kalau kita ini tulus dengannya. Sebentar lagi dia, 'kan mau menikah dan ikut suami nya." jelas Glenca.
Amara hanya mengangguk, tanda setuju. Meskipun Amara dan Leah adalah saudara se Ayah, namun mereka tetap jarang akur. Leah yang mendengar itu jadi semakin kesal. Kenapa dia harus memiliki Ibu dan Saudari Tiri yang begitu menyebalkan.
"Emm ayo Glenca Amara, kalian berdua ikut Mama. Bantu Mama menyiapakan makan siang di dapur ya," ajak Soraya.
"Siap Ma!!" Jawab Glenca Dan Amara bersamaan.
"Nak Leah, bawalah Ruchan ke taman samping rumah sana!! Abi lihat tadi ada taman di samping dan di depan, tapi bagusan yang di samping rumah hehehe, ayo sana Ruchan," pinta Kyai Mahfud.
"Abi ah, sebaiknya kami tidak boleh berduaan? Kita belum ada ikatan lho Bi!" tampik Ruchan malu.
"Sudahlah, nak Ruchan. Saya percaya sama kalian berdua, kalian, 'kan sudah dewasa. Tidak akan melakukan hal-hal yang buruk, ayo Leah ajak calon suami mu ke taman." tutur Arman.
Leah hanya diam dan mengajak Ruchan ke taman samping dengan senyuman. Sesampainya di taman, Leah dan Ruchan hanya berdiam diri saja, mereka masih canggung dengan suasana itu.
"Emm emm Assallamualaikum," Sapa Ruchan.
"Aduh bagaimana ini, dia jelas - jelas bukan tipe gue, harusnya Papa masukin dulu gue di pesantren, baru di jodohin ama yang model beginian, gue malah kasihan nanti sama dianya kalau memperistri gue, tapi yang jelas sih gue masih perawan lah"Batin Leah.
"Dik Leah, Assallamualaikum," Sapa Ruchan lagi.
Leah masih saja terdiam dengan jarinya mengetuk-ngetuk pipi dan alisnya mengkerut, oandangannya juga ke arah bawah, seperti orang yang sedang berfikir. Dia merasa kalau perjodohan ini pasti akan menyiksa dirinya, apa lagi Leah masih memiliki seorang pacar.
"Hallo! Assallamualaikum Dik Leah! Dek, Dek Leah, Astaghfirullah hal'adzim" Kata Ruchan meniup wajah Leah.
"Aaa Waalaikum sallam , hehehe maaf gue nggak , emm maksud aku, ah tidak!! Sa saya nggakak fokus. Sial, ngomong apa sih? Bingung kan jadinya mau ngomongnya gimana," ucapnya.
Ruchan hanya tersenyum melihat tingkah Leah saat gugup, wajah Leah menjadi lucu, Ruchan semakin suka dengan Leah yang seperti itu.
"Dek, Leah nggak usah gugup, oke? Santai aja, bicara pelan-pelan, bicaralah sesuai dengan biasa nya, sesuai dengan keseharian Dek Leah. Mau Lo Gue, Aku Kamu, You and I juga nggak papa kok. Insyaallah, Mas yang akan menyesuakan diri." ucap Ruchan dengan lembut.
"Ya Tuhan! Apakah semua anak Kyai seperti ini semua? Adem bener bahasa dan suaranya" Batin Leah dengan senyum-senyum sendiri.
"Yah bengong lagi deh. Dek!! Jangan bengong lagi dong," Ruchan mengibaskan tangannya di depan wajah Leah.
"Emm maaf hehhe, to the point aje ye. Gue sebenernya masih kaget nih ya, tiba-tiba di jodohin kek gini. Jujur ya, jujur aja nih, gue masih ada pacar, dan gue bingung nih harus gimana! Di sisi lain ada perjodohan kek gini, Gue mana bisa membagi cinta Ustad Mas, Mas Ruchan." Jelas Leah.
Lagi-lagi Ruchan hanya tersenyum, dengan perkataan Leah, ia pun duduk di bangku taman itu. Pikir nya, melihat Leah yang sedang gugup seperti ini sudah bisa membuat Ruchan menyukai Leah.
"Kok senyum doang sih? Marah ya Mas, maaf deh. Gue takut salah ngomong kalau udah menyangkut perjodohan gini," imbuhnya, juga mengikuti Ruchan duduk.
"Siapa yang marah, Dek. Aku nggak marah, kok."
"Jujur ya, Mas tuh sebenernya juga hanya menuruti kemauan Abi saja. Ya mau bagaimana lagi, Mas nggak punya pilihan sendiri. Ya tapi di sisi lain, Mas suka kok di jodohin sama kamu. Yaa, semua tergantung kamu saja, Dek. Kalau kamu ok, ya ayo lanjut. Kalau masih mau sama pacar kamu yaaa, silahkan!! Dari pada kamu nggak bahagia nanti sama Mas, pemaksaan tidak ada dalam hati dan pikiranku," tutur Ruchan.
"Yah Gue jadi merasa bersalah nih," ucap Leah cemberut.
"Bersalah gimana? This Ok! Nanti biar Mas bantu bicara sama, Papa dan Abi nya Mas yaa, tenang saja." Kata Ruchan.
"Ada ya orang yang sabarnya full kek Lo gini? Bikin adem bersamanya, dan kayaknya nggak usah deh terburu-buru bilangnya kepada mereka, Mas. Kak aja lah biar enak di ucapin nya," ucap Leah.
"Tidak usah gimana maksud, Dek Leah?" tanya Ruchan.
"Yaa nggak usah bilang, ke Papa dan Abinya Kak Ruchan gitu. 'Kan udah gue bilang tadi hehehe, " jawab Leah.
"Maksud Kamu gimana? Kamu mau nikah sama Mas? Eh Kakak!" tanya Ruchan.
Leah mengangguk dengan pelan, sinyal Leah sudah terkoneksi, Ruchan pun tersenyum akan keputusan Leah itu.
"Terus pacar kamu gimana? gak mungkin dong kamj tinggalin gitu aja! Atau Kakak yang bantu bicara sama dia?" tanya Ruchan.
Leah menundukan kepalanya, Ruchan melihat Leah seperti itu pun menjadi sedih. Bukan keinginan Ruchan membuat Leah menyakiti perasaan laki-laki lain. Ataupun merebut kebahagian Leah bersama laki-laki itu.
"Ya sudah kalau kamu nggak mau di bantu. Kakak masuk dulu yaa, udah waktu nya sholat dzuhur nih. Assallamu'alaikum." ucap Ruchan.
"Nanti sore jam 5 Kak Ruchan temenin gue nemuin Viko, pacar gue! Jangan lupa!" seru Leah sambil berlari.
Ruchan tersenyum tenang, dia berfikir kalau Leah memang ingin meneruskan perjodohan ini. Itu suatu kebahagiaan untuk dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Mia Ijaya
dua2nya bs legowo...hebat
2022-04-03
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
Leah kamu pasti TDK akan menyesal pilih ruchan
2021-02-07
0
Andi Fitri
beruntung klu di jodohkan dengan lelaki yg paham agama..aku suka karya kamu thor.. 👍👍👍
2020-12-28
2