Kenangan, sebuah rangkaian peristiwa yang telah berlalu dan tersimpan dengan rapat dalam memori dan hati. Sebuah kisah masa lalu yang pernah terukir dengan seseorang, penuh dengan canda dan tawa. Yang namanya kenangan sudah pasti berlalu dan mungkin tak bisa terulang kembali dengan orang yang sama. Pencipta menciptakan manusia dengan berbagai sifat dan karakter berbeda, karena itu manusia mempunyai kenangan berbeda dengan orang yang berbeda pula.
Kenangan yang indah akan terus tersimpan rapi dalam memori hingga menyisakan rindu kala tempat dan waktu hampir serupa kala sekarang. Lebih sakitnya lagi kala rindu begitu dalam namun takdir tak menggaris untuk tetap bersama. Itu yang dirasakan Naufal, begitu memasuki kamar yang menjadi saksi bisu bagaimana istrinya tumbuh dari kecil hingga memasuki dewasa
Kamar yang penuh dengan kenangan, di dinding masih terpajang foto-foto dari masa merah putih hingga bangku kuliah, di masing-masing ujung bingkai tertempel kertas kecil bertuliskan tanggal dan peristiwa apa yang terjadi
Sebuah kalimat disalah satu foto Aqila dengan dirinya sebelum bertunangan dengan latar belakang senja di pantai menjadi objek perhatian Naufal
"Kau memang seperti pelangi yang indah, tapi sayangnya takdir seperti menyadarkan kalau pelangi tak bisa selamanya"
Naufal memutar memori di masa itu, mereka hampir bersama, tapi dirinya kecelakaan. Kemudian waktu memisahkan mereka hingga lima tahun lamanya
"Pelangi itu masih ada Qil, karena sebagian jiwamu sudah ada pada diriku" Naufal mengusap foto puluhan tahun lalu dibingkai itu. Kadang kala rembulan selalu menjadi teman tangisnya kala malam datang
Suara pintu yang terbuka mengalihkan atensinya. Naufal menatap seseorang yang baru saja membuka pintu. Seorang laki-laki paruh baya yang telah mempercayakan putrinya untuk ia jaga seumur hidup. Bukan, atau lebih tepatnya kala kematian menjemputnya karena dia yang lebih dulu pergi
"Papa butuh sesuatu?" Naufal bertanya saat Papa Arya duduk ditepi tempat tidur, ia menghampiri dan duduk disebelahnya
"Apa kamu merindukan dia?" Papa Arya bukannya tak melihat apa yang terjadi tadi, walau sudah tau jawaban apa yang akan ia dengar, ia tetap bertanya pertanyaan itu
"Tentu, aku akan selalu merindukannya" jawab Naufal sesuai apa yang ia rasakan, rindu selalu datang setiap waktu, bahkan beberapa hari setelah kepergian Aqila dulu Naufal sering memanggilnya karena sudah terbiasa akan kehadirannya
"Mungkin berat bagimu untuk mendidik mereka sekarang, apa kamu tidak ingin membutuhkan seorang pendamping?"
"Apa papa mengizinkan?"
"Memangnya ada?" Tentu Papa Arya terkejut memdengarnya
"Tidak ada dan tidak akan pernah ada. Kalau mengusulkan itu kenapa papa juga terkejut?" Naufal sedikit tertawa mendengarnya. Ia bisa melihat keterkejutan di wajah yang mulai dipenuhi dengan keriput itu
"Papa hanya bertanya saja, kau mungkin kesepian jika sendiri"
"Tidak, aku justru akan merasa sangat tersakiti dan kesepian jika melakukan itu. Aku seperti melakukan penghianatan pada hatiku, terlebih anak-anak pasti akan sangat kecewa karena ini. Aku sudah terbiasa mendidik mereka dari kecil, mulai dari membimbingnya, menasihati yang baik dan benar, maka sekarang saatnya aku hanya mengawasi mereka dalam upaya menemukan jati diri dan pendamping mereka"
"Apa hatimu tak pernah tertarik pada yang lain?"
"Tidak akan pernah, hatiku telah pergi, aku tak akan menggantinya dengan yang baru, tapi akan menunggu waktu agar bisa menyusul dan bersatu ditempat yang abadi kelak bersamanya" Jawab Naufal penuh keyakinan
"Aku bangga atas cintamu pada putriku, dia pasti sangat senang disana mendengar ini"
"Aku tau, dia pasti senang jika pelanginya terus berwarna"
Sementara tak jauh dari ruangan tadi, Layla berusaha untuk menjawab sebisanya pertanyaan yang dilontarkan Zara tentang Qais. Ia sebenarnya tidak tau cara untuk menjawab lagi, karena rata-rata isinya adalah pertanyaan berulang. Intinya tentang bagaimana sosok Qais
"Tapi kenapa Kak Yusuf nyuruh aku menjauh?"
"Kan Kak Yusuf bilang dia udah ada perempuan yang dia sukai, jadi Kak Yusuf pasti takut kalau Kak Zara sakit hati"
"Tapi kan belum tentu Qais udah punya perempuan itu" Layla jadi gelagapan, tak mungkin jika ia menjawab itu dirinya, takut dikira terlalu percaya diri atau membuat Zara justru sakit hati
"Mungkin aja ada, makanya Kak Yusuf ngelarang Kak Zara dengan keras buat jatuh cinta sama dia"
"Tapi siapa ya?" Zara hanya bisa menebak-nebak sendiri
Dengan pekatnya malam yang beradu dengan dinginnya hawa dingin, terlebih bau tanah yang basah akibat hujan mengeluarkan aroma yang khas, cukup menenangkan di indra penciuman seorang pria yang kini tengah melihat sesuatu di handphonenya
"Kalian bisa bersenang-senang dulu, tunggu beberapa saat lagi lalu bersiaplah karena malaikat maut sudah menunggu kalian" laki-laki itu tersenyum miring melihat seseorang dengan setelan jas kerjanya nampak dalam sebuah video sedang berjabat tangan dengan investor asing
"Teringat jelas bagaimana kamu dengan kejam melihat darah yang menetes tanpa rasa bersalah sama sekali" ia mengusap ujung pistol yang baru ia keluarkan dari saku celananya
"Pistol ini dengan jenis yang sama yang kau gunakan, akan aku gunakan juga untukmu. Bukankah itu adil?" Gumamnya pelan dengan seringaian yang terbit dari bibirnya
"Qais!" laki-laki itu langsung secepat kilat memasukkan pistol yang ia pegang kedalam saku celananya. Ia mendengus melihat siapa yang membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dahulu, memang ia juga yang salah karena lupa menguncinya
"Kenapa Kak? Ini udah malem, aku ngantuk" Kenzo mendengus mendengar jawaban adiknya
"Kalau mengantuk tidak mungkin kamu masih duduk di balkon seperti itu"
"Kenapa? Ada masalah lagi?"
"Kakak yang bertanya itu padamu sekarang. Kamu ada masalah apasih? Kakak dapat telpon dari dosen yang ngajar salah satu matkul, katanya kamu nggak pernah datang dan itu hanya matkul dia aja"
"Siapa? Si botak?" Tanya Qais balik dengan santai, tanpa terdengar nada takut sekalipun
"Dia dosen kamu, yang ngajar kamu, sopan dikit kenapa sih? Dia ada masalah apa sama kamu?"
"Tanyain aja sama anaknya yang suka centil itu, aku nggak suka sama anaknya"
"Terus hubungan sama dosennya apa?" Kenzo gemas sendiri mendengar alasan yang menurutnya tak masuk akal itu
"Dia selalu nganggep putrinya benar, dia nggak pernah mau jika anaknya disalahin. Dia pilih kasih sama mahasiswanya. Dia selalu nyangkal jika putrinya tukang bully"
"Qais, ini masalahnya sama putrinya. Kamu kuliah dan belajar aja yang tenang, biar ada yang bantu kakak buat ngelola bisnis ini, rasanya kakak jadi dua kali lebih cepat kalau kayak gini" Kenzo sampai mengusap rambutnya kasar. Terlihat jelas lingkaran hitam dibawah matanya
"Makanya jangan dikerjain"
"Kamu mau kita bangkrut? Kamu nggak ada modal buat nikahin anak orang nanti" canda Kenzo
"Kalau aku nikah dalam waktu dekat ini gimana kak?" Qais malah menanggapi dengan serius candaan kakaknya
"Memangnya kamu punya calon?, Kakak denger dari gosip teman kamu, katanya kamu nggak pernah mau dekat sama perempuan"
"Justru karena aku punya makanya aku nggak mau deket sama yang lain"
"Siapa?"
"Bentar lagi kakak juga tau, ayahnya orang yang sangat kakak kenal"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Sri Wulandari
Apakah orang tua kenzo & qais d bunuh.... itulah yg membuat kenzo d ttpkn d panti asuhan buat melindungi dia😔
2025-02-07
0
Dafina Delisha
cinta sejati, satu hati untuk selamanya 😭😭😭
2024-08-20
1
yellya
😭😭😭😭🫰🏻🫰🏻🫰🏻
2024-03-10
1