Atas Nama Jodoh
Waktu akan terus berjalan, seiring dengan langkah takdir yang mengikuti dibelakang, siap tak siap, hidup dengan segala ujian didalamnya akan terus mengalir layaknya air
Tamparan lembut angin malam pada kulit, seakan menembus melewati pembuluh darah sampai ke tulang, menyisakan sebuah rasa rindu dalam hati saat kenangan terlintas dalam memori
"Kamu kuat, aku tau itu. Jangan bersedih lagi"
Naufal menolehkan kepalanya ke samping, seolah kekasih hatinya sedang berbicara dan menasihati dirinya kala ingin menyerah
"Mereka sudah besar Qil, masa putih abu mereka segera berakhir, mereka sudah mulai mencari jati diri masing-masing. Kau tau? Sifat mereka berdua sangat berbeda dengan kita, entahlah sifat itu menurun dari mana, tapi mereka selalu bisa membuatku tertawa"
.
"Saya datang dengan niat untuk menjadikan Yasmin pasangan halal saya"
Layla yang berada dibalik dinding, memegang dadanya yang terasa nyeri, laki-laki yang ia harapkan ternyata datang melamar sepupunya. Ini adalah hadiah ulang tahun yang terburuk selama ini
Gadis baru saja berusia tujuh belas tahun itu melangkahkan kakinya pergi keluar lewat pintu belakang, air mata menjadi satu-satunya pelampiasannya saat ini. Ia membenarkan kata-kata orang kalau mungkin lebih baik sakit gigi daripada sakit hati
"Bunda" siapa yang mendengar rintihannya pasti ikut bersedih, ketika sudah keluar kata itu dari mulutnya, hatinya dipastikan sedang tak baik-baik saja
Laki-laki yang ia cintai dalam diam dua tahun belakangan ini, ternyata memilih Yasmin sebagai pendampingnya. Layla pikir ia seharusnya sadar diri sejak awal, kalau laki-laki itu tak mungkin membalas perasaannya
"Cengeng, jangan nangis, emangnya laki-laki cuma dia doang?" Gadis itu masih menangkupkan kepalanya diatas lutut, tak ingin mendongak melihat si pemilik suara yang sangat mengenal dirinya
"Udahlah, lagian kamu belum selesai sekolah udah cinta-cintaan kalau ayah tau dia bisa marah" masih belum ada pergerakan mendengar kata-kata itu
"Baju kamu kotor, ada katak loncat"
"KAK ILAL" setelah mendengar nama makhluk paling ditakuti, ia langsung bangkit dan memukul saudaranya saat tau dibohongi
"Makanya jangan nangis lagi, artinya dia bukan jodoh kamu kalau kayak gitu" Ilal menghapus air mata adiknya, karena kembar mungkin perasaan mereka terikat kuat. Saat salah satu diantara mereka bersedih atau sakit, mereka bisa saling merasakan perasaan masing-masing
"Masih kelas tiga SMK udah cinta-cintaan"
"Memangnya jatuh cinta salah? Ali saja bisa memendam cintanya untuk Fatimah"
Skakmat! Bilal terdiam, mulut adiknya kadang mengesalkan
"Kamu sama dia beda, kamu mencintai dalam dia seperti Ali, tapi kamu lupa kalau dia bukan Fatimah yang membalas perasaanmu"
"Hiks, laki-laki memang sama saja" Layla malah kembali menjatuhkan air matanya
"Apanya yang sama? Kami berbeda"
"Kalian sama-sama PHP"
"Perempuan emang ribet"
"Kenapa ya jatuh cinta itu sakit?"
"Yang namanya jatuh udah pasti sakit"
"Udahlah, ikhlasin aja, Allah tau kok yang terbaik buat hambanya" lanjut Bilal
"Iya, aku nggak mau jatuh cinta lagi. Cinta pertama sulit, malah milih nikah sama orang lain"
"Jatuh cinta itu fitrah manusia, kehendak hati bukan kita bisa bebas mengatur. Kadang hati tak mengenal kepada siapa ia jatuh cinta"
"Tadi Kak Ilal bilang nggak baik cinta-cintaan, sekarang malah bilang kayak gini"
"Gitu ya?" Bilal mengusap tengkuk belakang kepalanya, laki-laki memang selalu salah
"Kenapa kalian berdua disini? Ayah nyariin dari tadi" Naufal menghampiri mereka masih dengan sarung hitam dan baju koko nya
Bilal dan Layla sebenarnya tak mondok di pesantren, dengan alasan tak ingin meninggalkan Naufal sendiri dirumah. Naufal pun tak ingin menetap disana, ia lebih menyukai rumahnya yang penuh dengan kenangan. Hanya saja mereka ikut ngaji sore yang diadakan setiap hari kecuali minggu, itupun kalau tidak ada kegiatan di sekolah
"Kita cuma lagi nikmati angin sore, biar lebih bersyukur aja"
"Kalian mau pulang atau nginep? besok hari minggu" Naufal mengabaikan jawaban Layla, ia tau mereka berdua menyembunyikan sesuatu, hanya saja tak ingin mendesaknya untuk bercerita, biarlah mereka sendiri yang akan bercerita jika sudah siap
"PULANG!, BAJU SEKOLAH BELUM DICUCI!" Naufal menutup telinganya yang berdengung, mereka kompak sekali kalau urusan seperti ini
"Kalau gitu pamit dulu sama paman dan bibi, Ayub sama Yasmin juga ada didalam"
"Tamunya udah pergi?" Bilal yang bertanya. Ia melihat ekspresi adiknya yang seperti enggan masuk kedalam
"Udah, kalian keluar terlalu lama, mereka udah pulang dari tadi"
.
Mentari menyambut pagi dengan sinarnya, menerangi langit biru yang dihiasi awan putih bersih, angin pagi menerbangkan dedaunan kering yang jatuh. Tetesan demi tetesan air dari pakaian basah yang tergantung dijemuran membasahi rumput-rumput yang tumbuh tipis dibawahnya
"Cinta ternyata tak seindah itu ya kak" Bilal mengernyitkan alisnya, ia pikir adiknya tak lagi membahas hal kemarin
"Memangnya kamu pikir indah?"
"Kata orang begitu"
"Orang yang mengatakan itu adalah orang yang sudah pernah merasakan sakitnya berkali-kali sampai akhirnya indah diakhir"
"Gitu ya? Dari mana Kak Bilal tau"
"Pendapat aja" balas Bilal cuek, ia mengambil pakaian dalam ember dan menggantungnya pada jemuran
"KAK ILAL, KAK ILA" dua saudara itu saling pandang kemudian lari terbirit-birit meninggalkan pakaian mereka yang belum dijemur
"Mereka kayaknya nggak ada dirumah" suara Yusuf terdengar lelah
"Paman Naufal, Ilal dan Ila nggak ada dirumah ya?" Zara bertanya saat melihat Naufal baru saja masuk memarkirkan motornya
"Mereka ada kok, katanya nggak kemana-mana hari ini" Naufal mengernyitkan dahinya sedikit bingung, ia pun heran kemana dua anak itu pergi. Biasanya dihari minggu seperti ini, mereka sudah terdengar adu mulut membahas hal-hal yang tak penting
"Padahal Vio pengen diajarin gambar sama Kak Ilal" gadis berusia dua belas tahun itu menarik nafasnya panjang, dia Viona, putri dari Reyna dan Gempano
"Anisa minta diajarin matematika sama Kak Ila" dia Anisa, putri dari Rian dan Rani, jarak umurnya dengan Viona hanya dua bulan saja
"Sini Kak Zara aja yang ajari gambar"
"Kak Yusuf juga jago matematika"
"Kalian galak, sukanya marah-marah" Yusuf dan Zara saling pandang, bagaimana tidak marah jika kelakuan dua anak yang baru saja masuk SMP ini membuat darah mereka mendidih
"Jemuran mereka juga belum selesai, biasanya ada disini" Naufal mencari sampai ke halaman belakang, biasanya dua anak itu akan duduk disini setelah pekerjaan mereka selesai, entah berdebat atau kadang juga membahas pelajaran bersama
"Tidur mungkin" ucap Zara
"Tak biasanya mereka tidur dijam seperti ini, apalagi pekerjaan mereka belum selesai"
"Makan mungkin" pernyataan dari Yusuf semakin tak masuk akal menurut Naufal, mereka bukan tipe orang yang mengerjakan pekerjaan setengah kemudian melakukan hal yang lain
BRAKKK
"Aduh"
.
Banyak Typo...🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Sri Puryani
memangnya naufal gk punya art ya?
2024-10-25
0
Tri Dikman
Lha Reyna sama gempa
2024-04-16
1
" sarmila"
lngsung kesini krna pngin rau cerita anaknya
aku kira bp na bkln kawin lgi
kasian ya💪💪💪💪💪💪💪 krya2 nta lyar biasa
2023-12-28
0