Dua hari berlalu, Lisa sudah di hantui dengan rasa bersalahnya. Ia ingin sekali bercerita pada seseorang agar hatinya sedikit lega tetapi tak tahu kepada siapa ia akan menceritakan aib yang begitu menjijikkan.
Lisa pergi ke rumah Wak Santi, wanita paruh baya yang sudah di anggapnya sebagai Ibu. Saat sampai di depan rumah, terlihatlah Wak Santi sedang merapikan dagangannya.
"Wak," panggil Lisa sambil masuk ke dalam, "Biar Lisa bantu ..." Sambungnya.
Wak Santi mengangguk, Lisa memang sering membantunya karena Lisa juga sudah di anggap anak sendiri oleh Wak Santi. Seusai membereskan dagangannya, mereka duduk di dalam rumah Wak Santi sambil menikmati secangkir teh hangat.
"Wak," ucap Lisa dengan ragu.
Wak Santi mengerutkan alisnya, "Ada apa? Kamu lagi ada masalah, Lis?"
"Gimana ya bilangnya," Lisa menarik napasnya dengan dalam, "Lisa pengen cerita sedikit rahasia tapi Uwak jangan bilang siapa-siapa ya."
"Kamu kaya nggak kenal Uwak saja, Nduk."
"Wak, kalau kita merasakan cinta kedua, apa itu salah?"
"Maksud kamu? Mencintai selain suami kamu?"
Lisa mengangguk, "Cinta itu tumbuh begitu saja, nggak bisa di cegah."
"Kamu tahu, cinta memang tak pernah salah, tapi terkadang kepada siapanya 'lah yang menjadi permasalahan. Memangnya kamu mulai suka dengan siapa?"
"Uwak jangan marah sama Lisa ya ..."
"Uwak nggak marah, tapi Uwak harus nasehatin kamu."
"Bang Malik," bisik Lisa.
"A--apa?"
"Dengar dulu, Wak. Bang Malik yang awalnya hubungin Lisa. Dia ngirim pesan lewat sosial media, terus ngajak jumpa."
"Terus kamu mau?"
"Awalnya Lisa cuma hargai sebagai tetangga saja, tapi lama kelamaan Lisa nggak ngerti dengan perasaan Lisa."
"Dengarin Uwak, kamu harus hentikan permainan ini. Kamu nggak kasihan sama Dijah? Okay, kamu nggak perduli dengan dia. Tapi bagaimana dengan anak dan suami kamu? Kalau sampai ini terbongkar, Uwak nggak yakin Malik mau ninggalin istrinya demi kamu. Kamu tahu 'kan di komplek kita rata-rata itu saudara dia semua? Kamu mau di hajar habis-habisan dengan mereka? Ingat, kamu punya anak dan suami. Suami kamu itu orang baik, kalau saja dia tahu ini semua belum tentu dia maafin kamu. Misal Yuda campakkan kamu, belum tentu juga Malik mau bersama kamu lagi. Pikirkan kata Uwak, jangan hancurkan rumah tangga kamu sendiri. Nanti kamu akan sendirian, anak dan suami kamu bakal ninggalin kamu."
"Bukan Lisa yang salah Wak ..." Wanita itu tetap saja dengan pendiriannya.
"Iya, bukan kamu yang salah. Rumput tetangga memang lebih segar di pandang daripada rumput sendiri. Tapi, belum tentu itu yang terbaik. Ya Allah, Lisa! Uwak nggak nyangka ..."
"Lisa pulang dulu, Wak!"
"Kamu marah sama Uwak?"
"Enggak ... Assalamu'alaikum!"
"Waalaikumsalam."
Wak Santi mengelus dadanya, ia tak menyangka dengan wanita yang sudah ia anggap sebagai anak. Wak Santi mengira jika Lisa adalah anak yang polos, tetapi ternyata bisa menjadi pemain juga. 'Naudzubillah! Ya Allah, jauhkanlah anak-anak dan cucuku nantinya, dari orang-orang yang ingin menghancurkan keluarga kami.' Batin Wak Santi sambil mengingat ketiga anaknya di kota yang sedang belajar dan bekerja.
***
Hari berganti, Lisa masih merenungi ucapan Wak Santi. Bahkan ia sempat kesal dengan wanita paruh baya tersebut. 'Tahu apa dia tentang hidupku? Urus saja diri masing-masing,' itulah batin Lisa yang terus mengumpat Wak Santi sepulang dari rumah tetangganya tersebut.
Namun, begitu sampai di rumah ia tercengang dengan wanginya mie instan yang telah di masak sang suami. Lisa pergi ke dapur kemudian mendapati Yuda yang sedang menyajikan mie instan yang ia masak ke dalam piring.
"Ini kamu yang masak, Mas?"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Lisa galau guys, ya sudah sambil nunggu kelanjutannya yuk kepoin punya teman othor. cekidot🫰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments