"Marah kalau ketahuan," gurau Lisa.
Malik tersenyum memandangi kecantikan Lisa. Sebenarnya istrinya tak kalah cantik, hanya saja Khadijah mengenyampingkan perawatan dirinya demi terwujudnya cita-citanya selama ini yaitu ingin membeli tanah agar bisa membangun rumah sendiri.
"Ada apa, Bang?" Lisa keheranan sekaligus merasa risih dengan tatapan Malik.
"Nggak pa-pa, kamu cantik."
"Cantikan mana dengan Khadijah?"
"Cantikan kamu," jawab Malik cepat.
"Ah, Abang bisa saja."
Tak lama kemudian pesanan mereka pun datang, tak lama mereka bercanda tawa karena jam menunjukkan pukul 11.30. Ia khawatir Yuda akan pulang lebih awal sementara dirinya masih berkeliaran.
"Bang, Lisa pulang dulu ya."
"Takut ketahuan Yuda, ya?"
"Bukan takut, tapi nggak enak saja kalau di lihat Mas Yuda. Nanti Mas Yuda mikir macam-macam, apalagi kalau sampai Dijah tahu."
"Memangnya kenapa kalau sampai Dijah tahu? Dijah itu aman, dia nggak cemburuan."
"Hah? Apa iya, Bang?"
"Kamu nggak percaya? Mau bukti?"
"Dih, enggak 'lah. Ya sudah, Lisa pulang dulu. Makasih loh sudah mau traktir Lisa."
"Nggak perlu terima kasih, sering-sering juga nggak pa-pa." Malik cengengesan, "Ya sudah hati-hati ya, Lis."
***
Sepanjang hari Malik terus memikirkan Lisa, bahkan tanpa sepengetahuan pasangan masing-masing keduanya saling bertukar kabar melalui sosial medianya.
"Bang, jangan sampai Dijah tahu!"
"Aman," sahut Malik dengan entengnya.
"Kamu lagi ngapain? Abang kangen," sambung Malik dari ponselnya.
"Lagi buatin bakwan untuk Mas Yuda. Abang mau? Biar Lisa antar ke rumah," tawar Lisa.
"Mau banget, di tunggu ya."
Mendapat lampu hijau, Lisa langsung menyiapkan masakannya. Setelah itu ia mandi agar terlihat wangi dan semakin cantik di mata Malik. Yuda yang sedang melihat istrinya pun merasa bingung, "Tumben?"
"Ah, iya, Mas. Gerah nian," dusta Lisa.
"Tapi kamu cantik nian, pakai parfum segala. Kamu mau godain Mas ya?" Yuda mendekati istrinya dan memeluknya dari belakang.
Lisa sempat terpancing dengan nafas suaminya yang sedang memburu di balik jenjang lehernya, namun ia teringat dengan tujuannya saat ini.
Lisa membalikkan tubuhnya menghadap sang suami lalu memegang tengkuk Yuda saat ini. "Nanti malam ya, Sayang. Sekarang Bunda mau ke rumah Dijah. Bunda buat bakwannya lumayan banyak, sayang nian kalau nggak habis. Lebih baik di bagi, iya nggak?"
Yuda menghela napasnya, "Tapi Ayah lagi pengen, Bun ..."
"Tahan! Sebentar saja, okay?"
"Hm, baiklah. Cepat pulang ya!"
Lisa mengangguk, "Pasti!"
Begitu tangan Lisa hampir mendekati engsel pintu, Yuda mendekatinya. "Tunggu! Tapi tumben Bunda pakai lipstick?"
Lisa gelagapan sekarang, "Oh, ini ... Bunda lagi nyoba lipstick baru. Kemarin beli sama Wak Santi, gimana warnanya, Yah? Bagus nggak? Cocok nggak sama Bunda?"
"Bagus! Tapi terlalu mencolok, pesan lagi saja yang warnanya di bawah ini satu nomor. Pasti pas di wajah Bunda!"
"Ngutang lagi dong, 'kan hutang kita banyak!"
"Lah ya nggak pa-pa, Sayang. Yang penting istri Ayah tetap cantik."
"Bisa saja Ayah nih, ya sudah Bunda pergi dulu."
Lisa keluar sambil membawa box makan yang isinya bakwan tadi. Hanya beberapa langkah saja, ia sudah sampai di depan rumah Khadijah.
Jantungnya berdegup kencang saat melihat Malik berada di teras rumah sambil memegang rokoknya. Ia menganggukkan kepala sambil tersenyum, Malik juga ikut membalasnya dengan senyuman.
"Dijah dimana, Bang?"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Dijah dimana ya? sebelum Dijahnya keluar, mampir juga yuk ke karya teman Othor, cekidot 🫰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Uneh Wee
dijah d kolong langgit lis
2023-06-08
0