[Kamu cantik nian, Lis. Tapi sayang, senyumnya bukan buat Abang.]
Sempat-sempatnya Malik mengirimkan pesan tersebut pada Lisa. Entah mengapa, pesan tersebut langsung masuk, padahal di komplek rumah tersebut jarang sekali sinyal muncul.
Lisa yang sedang mengambil minum untuk suaminya langsung mengambil ponsel begitu ponselnya berdering, ia pun membacanya sambil tersenyum.
[Yang penting separuh hati Lisa untuk Abang.]
Kedua insan ini saling berbalas pesan, cukup lama Lisa di dapur padahal niat hati hanya ingin mengambil minum untuk Yuda, tetapi di perpanjang karena saling membalas pesan.
"Bunda, kok lama banget ngambil minum doang?" Suara bariton itu mengagetkan Lisa.
Ponsel yang di pegang hampir terjatuh saat mendengar suara tersebut, wanita itu pun langsung menoleh dan menyimpan ponselnya kembali. "Iya, tadi es batunya belum ada." Dusta Lisa sambil merangkul tangan suaminya.
Wak Santi saat ini sudah berada di rumah, karena pembeli di warungnya cukup banyak membuatnya kewalahan jika harus keluar masuk rumah sedangkan suaminya sudah kembali bekerja.
***
'Duhai bintang, sampaikan salam ku padanya. Katakan, cinta ini hanya untuknya.'
Sebuah status terkirim di salah satu akun sosial medianya Malik. Lisa yang membacanya tak berani memberikan komentar, tetapi ia langsung mengirimkan pesan pada Malik.
[Ekhm! Untuk siapa tuh?]
[Untuk yang merasa saja.]
[Enak sekali Khadijah, jadi iri.]
[Kamu nggak merasa? Itu untuk kamu!]
[Masa iya?]
[Ketemuan yuk, besok! Di tempat biasa.]
[Okay!]
Jika melihat wajahnya, tak ada yang percaya jika Lisa berani mendua. Orang-orang mengatakan wajah Lisa sangat polos, beruntung sekali Yuda bisa mendapatkannya. Namun, siapa sangka jika wajah tak menjamin segalanya.
Hari yang di tunggu pun tiba, Lisa mengantarkan putranya untuk sekolah madrasah. Setelah itu, ia pergi ke cafe yang lumayan jauh hingga sampai ke kota yang dapat di tempuh hingga satu jam lamanya.
Di sana sudah terlihat Malik, kekasih di balik layar nya. "Maaf nunggu lama, Bang. Tadi ngantar si lajang dulu."
"Iya, nggak apa-apa. Jilbab kamu sangat pantas di wajah kamu, kenapa kamu cantik nian sih, Lis?"
"Astaga, Bang. Ada-ada saja!"
"Boleh Abang cium nggak?"
"Maaf, tapi jangan sekarang ya ..."
Malik sedikit kecewa, tetapi ia masih tersenyum. "Kalau pegang tangan boleh dong?"
"Boleh," ucap Lisa.
Hening, karena Lisa sedang memesan makanannya. Malik terus memperhatikan wajah cantik gadis tersebut. Sambil menunggu pesanan datang keduanya saling bercanda tawa.
"Bang, hubungan kita ini salah nggak sih?"
Malik menghela napasnya dengan dalam, ia juga bingung menjawabnya. "Apa yang bisa kita lakukan, cinta datang tiba-tiba."
"Kalau sampai ketahuan gimana?"
"Nggak akan ketahuan selagi kita masih sama-sama menjaga."
"Bang, tapi sepintar apapun kita menyembunyikannya, pasti akan ketahuan juga. Ibarat bangkai ---"
"Sudah, jangan di lanjutin lagi. Kita jalanin saja hubungan ini seperti air yang mengalir."
"Kalau boleh memilih, apa Abang mau ceraikan Dijah demi Lisa? Apa Abang mau milih Lisa?"
"Abang ---" Malik menghela napasnya dengan dalam, "Abang nggak bisa ceraikan Dijah, Lis."
"Kenapa? Apa karena Dijah sepupu Abang?"
"Memangnya kamu mau cerai dengan Yuda?"
"Kalau kita ketahuan, Mas Yuda pasti ceraikan Lisa. Terus, kemana Lisa harus pergi?"
"Semua akan baik-baik saja, jangan bicara seperti ini lagi. Tuh, lihat! Pesanan kita datang!"
Lisa menyeka air matanya, rupanya ia juga sudah mulai jenuh dengan hubungan terlarang tersebut. Seusai makan, tak ada percakapan lagi karena Lisa sudah terlanjur kesal. Bahkan dia pergi tanpa pamit terlebih dahulu.
"Ada apa dengannya? Kenapa dia membahas ini? Wanita memang susah di tebak," gumam Malik sambil menatap kepergian Lisa.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sambil menunggu kelanjutannya, yuk kepoin punya teman othor 🫰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments