"Cinta bisa tumbuh karena terbiasa, asalkan kalian saling terbuka dan menerima." Tegas Pak Anto, "Minggu ini acara pernikahannya." Lanjut Pak Anto membuat Malik tercengang.
Ingin sekali rasanya Malik teriak saat itu juga, Khadijah benar-benar bukan tipenya. Namun, apa boleh di buat? Berontak pun percuma. Khadijah memang baik, karena itulah Malik tak ingin menikahinya. Khadijah terlalu sempurna untuk dirinya yang belum ada apa-apanya.
***
"Saya terima nikah dan kawinnya, Khadijah Khairiyah binti Muhammad Rojali dengan maskawin tersebut, Tunai."
'Sah!
Semua bersorak gembira seraya mengucapkan Hamdallah sebagai bentuk puji syukur kepada Tuhan yang maha kuasa kecuali sepasang suami istri yang baru saja di nyatakan sah tersebut.
Air mata Khadijah langsung menetes, ini bukan tangisan bahagia tetapi keterpaksaan yang mengharuskan dirinya menikah dengan sepupu sendiri.
"Bersikaplah seperti biasa, orang-orang akan melihat kita," bisik Malik pada Khadijah.
Acara demi acara pun di laksanakan dengan lancar, malam ini mereka akan tidur di kamar Khadijah, besok baru kembali ke rumah Malik. Di kamar, keduanya terasa sangat canggung saat ini.
"Jah, kamu tidur saja. Biar Abang tidur di bawah," kata Malik memecahkan keheningan.
"Tapi di kamar ini nggak ada tilam atau karpet, Bang. Pasti dingin di bawah sana," kata Khadijah dengan lembut.
"Jadi maksud kamu kita tidur satu ranjang, begitu? Kamu yakin?"
Khadijah bergidik ngeri mendengarnya, benar juga ucapan Malik, pikirnya. Khadijah membuka jilbabnya lalu tidur di ranjangnya tanpa memperdulikan Malik.
Sedangkan Malik saat ini sedang menatap kecantikan istrinya. Walaupun Khadijah adalah sepupunya tetapi wanita itu memang nggak pernah membuka kerudungnya sejak remaja.
'Cantik,' gumam Malik.
Setelah bergumam ia menggelengkan kepalanya, berharap apa yang berada di pikirannya itu hanya omong kosong saja.
Tanpa Malik tahu, Khadijah pun tak bisa tidur saat ini. Padahal dirinya sudah lelah tetapi mata tak juga mau terpejam. Menikah dengan Malik tak pernah ia pikirkan sebelumnya. Jangankan memikirkannya, membayangkannya saja pun ia tidak pernah. Bahkan ia sering mengumpat Malik selama ini.
Jam menunjukkan pukul lima subuh, Khadijah membuka matanya. Pertama kali yang ia lihat adalah Malik, sang suami. "Astaghfirullah, ternyata menikah dengannya itu bukan mimpi."
Khadijah pun membangunkannya, "Bang Malik!"
"Hm," Malik menggeliatkan badannya.
"Bangun nggak!"
Malik pun membuka matanya, "Astaga! Kok kamu masih ada sih?"
"Dih, ini kamar Dijah kali, Bang."
Malik mengedarkan pandangannya, terlihat dinding kayu yang bernuansa pink dan banyak sekali foto-foto artis Korea yang ia tak kenal namanya. "Kita beneran menikah ya?" Pertanyaan itu lolos begitu saja.
"Hm, sebaiknya Abang sholat biar setannya pada hilang." Khadijah meninggalkan Malik, ia pergi keluar untuk mengambil wudhu.
Khadijah sedikit kesal dengan suaminya, masih menjadi sepupu saja sudah sangat ngeselin apalagi setelah menikah, pikirnya. Entah bagaimana kehidupannya nanti, namun Khadijah sudah pasrah dengan takdir.
'Tuhan, semoga saja takdirku benar-benar baik saat menjadi istrinya.' Batin Khadijah saat berada di kamar mandi.
Khadijah pun keluar dengan wajah yang sudah berseri, membiarkan suaminya tanpa mengajak shalat terlebih dahulu. Baginya Malik masih menjadi sepupu yang menyebalkan, tak ingin berdebat dulu saat ia ingin melaksanakan shalat.
Begitu ia selesai, Malik sudah berada di hadapannya. "Astaghfirullah," gumam Khadijah.
"Kamu pikir Abang hantu?"
"Bisa saja jelmaannya," jawab Khadijah dengan gampangnya.
"Bukannya ngajak sholat bareng malah ngatain orang. Durhaka kamu ngatain suami!"
"Suami? suami jadi-jadian?" ledek Khadijah sambil meninggalkan Malik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments