"Iya, boleh 'kan, Bang?"
"Boleh-boleh aja, tapi kamu harus siapin hati."
"Nggak apa-apa, boleh 'kan, Bang?"
Malik menghela napasnya, "Kamu beneran mau lihat?" ia malah membuka media sosial milik suaminya.
'Setiap hari, setiap detik, setiap waktu. Hanya kamu yang selalu ada di hatiku.' Khadijah membaca status di beranda suaminya yang di tulis sendiri oleh Malik. Kembali lagi ia bertanya-tanya pada dirinya, status tersebut untuk dirinya atau Lily?
Khadijah mengembalikan ponsel suaminya, "Dijah masuk dulu ya, Bang."
"Hm, iya ..."
Setelah Khadijah masuk, ia mendengarkan Malik menelpon seseorang. Lelaki itu bertanya lagi apa? Dimana? Sudah makan? Khadijah yakin jika yang di telepon tersebut adalah Lily.
'Astaghfirullah, kuatkan aku, Ya Allah!' batin Khadijah.
***
Satu Minggu kemudian, semua masih tampak baik-baik saja. Khadijah sangat pintar menyembunyikan perasaannya. Khadijah tetap melayani suaminya bahkan di ranjang sekalipun ia tidak sedikitpun lalai dari kewajibannya.
"Emak ... Abah ..." Khadijah tercengang saat melihat kedua orang tuanya sudah berada di depan rumahnya.
"Assalamu'alaikum," ucap kedua orang tuanya.
"Waalaikumsalam, kok nggak bilang-bilang?" Khadijah benar-benar terkejut saat ini.
"Surprise kalau bahasa Inggrisnya," ucap Bu Maimunah dengan logatnya sendiri sambil memeluk putrinya. "Apa kabar, Nak?"
"Baik, Mak ..."
"Mana suami mu?" Tanya Pak Rojali membuat Khadijah terkejut, pikirannya bercabang karena takut jika orang tuanya mengetahui perselingkuhan suaminya.
"Bang Malik lagi kerja, Bah."
"Kok tegang gitu? Abah cuma mau nanya menantu Abah saja," gurau Pak Rojali sambil masuk ke dalam rumah.
"Panas ya, Bah? Lagi mati lampu," kata Khadijah sambil memberikan kipas angin portabel pada ayahnya, ia tahu jika ayahnya tidak tahan dengan panas selama ini, apalagi kampungnya dulu merupakan desa yang termasuk dingin karena lingkungan nya masih amat asri.
"Masih belum merdeka juga di sini rupanya ya, padahal ini 'kan PT besar loh."
"Abah ini, harusnya bersyukur karena bisa tinggal tanpa mikirin segala biaya." Sahut Khadijah membuat ayahnya tersenyum, rupanya Pak Rojali sedang menguji pendewasaan putrinya.
"Abah sama Emak naik apa tadi?"
"Travel, kami rindu nian sama kamu, Dijah. Di rumah rasanya sepi nggak ada kamu yang suka gangguin Maryam."
"Ish! Jadi rindu dengan gangguin Maryam saja? Lagian Maryam juga sudah menikah, anak Abah cuma si Abdullah tuh yang masih jomblo. Kapan nikahnya?"
"Kamu kaya nggak tahu adik kamu saja, tahunya kerja terus. Lah ini mau calonkan diri jadi kades." Pak Rojali tak habis pikir dengan anak bungsunya tersebut.
"Kades? Serius, Bah?"
"Tanya emakmu kalau nggak percaya."
Tiba-tiba Bu Maimunah keluar dari kamar dengan pakaian yang berbeda. Tadinya ia memakai gamis, namun sekarang sudah memakai daster. "Iyo nian tuh, Mak?" tanya Khadijah pada ibunya.
Bu Maimunah bingung, ia mengerutkan alisnya. "Apanya?"
"Si Dullah mau jadi kades?"
"Oh, iyo. Emak juga nggak habis pikir, padahal umurnya sudah pas untuk nikah tapi yang di pikirannya kampanye terus. Jiwa politiknya tinggi nian."
Khadijah terkekeh, "Ndak papo 'lah, Mak. Siapa tahu jadi wali kota nantinya."
"Aamiin. Tapi dia harus nikah dulu," tegas Bu Maimunah.
"Soal jodoh sudah di atur sama Allah, Mak. Lagian dia itu laki-laki, kalau sudah mapan gadis mana saja datang sendiri nanti tuh."
"Hush, kamu ini!" Bu Maimunah memukul lengan putrinya dengan pelan membuat Khadijah terkekeh.
"Kalau hubungan kamu dengan Malik gimana? Apa kamu bahagia, Dijah?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Uneh Wee
bahagia gimn ma yg ada dijah selalu kecewa karna. malik selalu selinghkuh
2023-06-08
0
Purnama Pasedu
daerah mana y thor
2023-06-04
0
Ika Endah
sabar ada batasnya bang... siap" d tinggal....
2023-02-15
2