Jantung Khadijah dan Malik berdegup kencang, keduanya saling menggenggam satu sama lainnya sambil menatap sang putra yang sedang terlelap tidur.
"Ada penyumbatan di sekitar perutnya, kita harus ambil darah lagi untuk lebih memastikan ya."
"Lagi, dok?"
"Iya, kali ini lebih banyak lagi."
"Astaghfirullah," Khadijah terkulai lemas di lantai. Malik langsung menghampiri istrinya dan menggendong Khadijah hingga ke pinggir kasur.
***
Malam harinya, Hafiz terlihat sangat gembira. Makannya pun lumayan banyak sampai dua kali tambah. Cukup aneh reaksi Hafiz kali ini. Khadijah sangat bahagia melihat putranya yang memiliki perubahan drastis.
"Nak, kenapa dengan badan kamu?" Pandangan Khadijah turun pada setiap inchi badan putranya, terlihat bengkak dan lebih besar di sana.
"It's okay, Mak. Mungkin karena Hafiz banyak makan malam ini."
Khadijah semakin panik, "Ini nggak bisa di biarkan!" Khadijah melirik suaminya yang sedang tidur, ia pun mendekati Malik dan membangunkannya. "Bang ... Abang ...."
Malik menggeliatkan badannya, "Ada apa, Dijah?"
"Coba panggil suster, badan Hafiz bengkak semua."
"A--apa?" Malik spontan berlari memanggil suster.
Hafiz tersenyum melihat ibunya, "Mak, Hafiz tidur dulu ya. Capek nian rasanya," pamit Hafiz pada ibunya.
"Iya, istirahatlah, Nak."
"Hafiz sayang sama Mamak."
"Mamak juga sayang sama Hafiz, sayang nian malah!"
Hafiz menutup matanya, wajahnya berseri, dan terlihat tersenyum juga di sana. Khadijah tersenyum melihat putranya saat ini. Tak lama kemudian, suster datang bersama suaminya.
Malik mendekati Khadijah, "Maaf lama, Jah. Tadi susternya nggak ada di tempat!"
"Iya, Bang."
Seketika wajah para perawat berubah menjadi panik, mereka memeriksa keadaan Hafiz dengan perasaan cemas. Khadijah mendekati perawatnya, "Ada apa, Sus?"
Kedua Suster tersebut tidak menjawab, mereka pergi memanggil dokter. Sedangkan Khadijah dan Malik menatap kebingungan.
Khadijah langsung memegang kulit anaknya, "Bang, kok dingin?" Terus ia melihat sang anak, "Kok pucat? Ada apa ini? Hafiz, bangun, Nak!"
'Tap! 'Tap! 'Tap!
Suara langkah kaki bersahut-sahutan, suster tadi datang kembali bersama seorang dokter jaga. "Dok, bagaimana anak saya, dok? Tolong selamatkan anak saya, dok."
"Sebentar ya, Bu ..."
Dokter tersebut memeriksa keadaan Hafiz sesuai dengan prosedurnya. Berbagai cara sudah ia lakukan tetapi tetap saja hasilnya nihil.
Dokter tersebut menggelengkan kepala, "Maaf, Bu ... Anak Ibu dan Bapak sudah tiada."
Prang!
Bagai kesambar petir rasanya, hati ibu mana yang tidak hancur?
"Nggak! Nggak mungkin ... Ini nggak mungkin!"
"Maafkan kami, Bu ..."
"Dokter pasti salah! Baru tadi saya berbicara dengan Hafiz, dia pamit untuk tidur, anak saya sedang tidur, dok. Tolong bangunkan Hafiz!" Teriak Khadijah.
Dokter tersebut pergi begitu saja bersama para perawat, Khadijah terduduk lemas. Bahkan ia hampir pingsan. "Dijah! Tenangkan dirimu!"
"Tenang Abang bilang? Hafiz masih hidup, Bang. Hafiz masih hidup!"
"Jangan gitu, kasihan anak kita. Dia bakal tersiksa melihat kamu seperti ini!"
Khadijah duduk kembali, menguatkan dirinya untuk tidak menangis. Ingatannya kembali saat Hafiz menyuruhnya untuk tidak menangis jika ia tiada. "Mamak nggak nangis, Fiz. Mamak baik-baik saja! Kamu yang tenang ya, Nak. Kamu sekarang sudah nggak sakit lagi, 'kan? Bahagia selalu ya, Nak."
'Brak!
Setelah mengatakan itu, Khadijah terjatuh pingsan. Malik membopong tubuhnya agar baring di tikar tersebut.
Kabar kepergian Hafiz sudah sampai di perumahan PT. Angin Ribut, ibu-ibu di sana sudah menyiapkan tempat untuk berduka beserta apa saja menjadi kewajiban untuk memandikan, mengkafani, menyalatkan beserta menguburkan Hafiz.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sambil menunggu kelanjutannya, yuk kepoin punya teman author juga🫰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Cerita Aveeii
terima kasih sdh dibantu promo thor 🙏
2023-03-19
0