Khadijah tidak menjawab lagi, ia mengambil sebungkus nasi tersebut dan duduk di tikar. Hafiz tersenyum melihat ibunya, "Ayah makan saja bareng Mamak, Hafiz nggak pa-pa kok," seru Hafiz.
"Tapi ---"
"Hafiz nggak pa-pa, Yah."
Malik pun akhirnya mengalah, ia mengambil satu bungkus nasi yang tersisa kemudian mendekati sang istri. Moment langka ini takkan di sia-siakan oleh Hafiz, anak kecil itu langsung mengambil ponsel dan memotret kebersamaan orang tuanya. Apalagi saat ia memotret, sang ayah sedang menyuapi ibunya yang ingin mencicipi lauk sang suami.
Di tempat lain, tetangga Malik dan Khadijah pun datang untuk menjenguk Hafiz. Ia bernama Lisa beserta suaminya, Yuda. Rumah mereka lumayan dekat, hanya berjarak tiga rumah dari rumah Khadijah. Bukan hanya rumah yang dekat, tetapi mereka juga sangat akrab layaknya seperti seorang sahabat.
"Jadi kita bawa roti saja, Bun?"
"Iya, Yah. Hafiz belum tahu pantangan makanan nya apa saja." Jawab Lisa sambil mengambil selai rotinya.
"Ya sudah, ayo kita bayar."
Kebetulan jarak rumah sakit ke minimarket lumayan dekat, mereka sudah memarkirkan motornya di parkiran rumah sakit dan hanya berjalan kaki ke minimarket nya. Lisa dan Yuda juga sudah memiliki seorang putra, usianya sama seperti Hafiz dan kini tidak ikut karena memang rumah sakit tidak mengizinkan pengunjung membawa anak kecil ke sana.
Krek!
Pintu yang setengah terbuka itu pun perlahan terbuka semua, "Assalamu'alaikum," ucap Lisa di ambang pintu.
"Waalaikumsalam," sahut Khadijah dan juga Malik.
Lisa melihat keduanya sedang membersihkan sisa makanannya, "Wah, sepertinya kita kecepatan datang nih, Yah."
"Iya, ada yang masih mau nikmatin makanannya tuh."
Malik dan Khadijah tersenyum, "Nggak, memang sudah selesai kok. Ayo masuk!"
Lisa dan Yuda masuk ke dalam, rupanya Hafiz sudah tidur kembali sambil memegang ponsel ibunya. Lisa mengambil ponselnya, ia berniat menaruh ponsel tersebut ke atas lemari. Akan tetapi ponsel tersebut masih menyala, ia melihat hasil potretan Hafiz tadi dan kemudian ia tertawa membuat semuanya menoleh ke arahnya.
"Ada apa, Lis? Awas kesambet ketawa sendiri, wih seram aku," celetuk Khadijah.
"Ini loh, anak kamu lucu banget. Tahu saja moment romantis ibunya."
"Maksud kamu?"
Lisa menyerahkan ponsel tersebut, Khadijah menutup mulutnya saking kagetnya. "Astaga! Dasar ya, anak ini. Jahil nian, aku saja nggak tahu dia fotoin kami."
"Di print sekalian, Jah. Bagus itu fotonya," goda Lisa.
"Hust, kamu!"
"Bagaimana kabar Hafiz? Dokter bilang apa?"
"Dokter belum bisa pastikan, hasi darahnya belum keluar. Doain ya, Lis."
"Iya, pasti aku doakan. Tapi Hafiz mau makan, 'kan?"
"Mau, bahkan dua hari ini banyak makannya. Mungkin pengaruh infus juga kali ya."
"Kamu juga harus makan, Dijah. Ada anak yang membutuhkan kamu, Riska juga kasihan di tinggal di rumah."
"Iya, Lis."
Mereka pun berbincang masalah kesehatan Hafiz, cukup lama Lisa dan Yuda berada di sana. Sudah hampir 2 jam, akhirnya Lisa pamit pulang karena putranya sendirian di rumah.
Begitu Lisa dan Yuda pergi, dokter pun datang bersama susternya. Khadijah melihat dokter tersebut memegang sebuah kertas di lapisi dengan amplop berwarna coklat. Jantung Khadijah berdegup kencang, seketika ia memegang tangan suaminya saking gugupnya. Ia takut mendengar penyakit sang anak saat ini.
"Permisi, selamat siang!"
"Siang, dok."
"Sekarang waktunya kita baca hasil lab ya ..."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sambil menunggu kelanjutannya, Yuk kepoin punya teman author🫰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Uneh Wee
sakit aapa hapiz
2023-06-08
0