2. Kalau Nggak Sabtu Ya Minggu

Pertanyaan yang paling sering di hindari, pertanyaan yang menaikkan emosi, dan pertanyaan yang membuat mood Khadijah berubah menjadi monster. Kenapa harus paman sendiri yang menanyakannya? Jika saja itu orang lain --- Malik misalnya, sudah ia pukul habis-habisan sejak tadi.

"Kalau nggak Sabtu ya Minggu," jawab Khadijah ngasal.

"Kalau di tanya orang tua yang benar jawabnya," celetuk Malik yang tiba-tiba muncul.

Khadijah memanyunkan mulutnya, "Antara tanggal 1 sampai tanggal 31, Paman. Atau antara bulan satu sampai bulan 12 deh," Khadijah masih saja bergurau pada paman dan bibinya.

"Kamu ini!" Bu Markonah terkekeh mendengarnya, "Bibi sayang nian sama kamu, Jah. Kamu anak yang baik, pintar, shalihah dan periang. Bibi yakin siapapun suami kamu pasti dia akan beruntung memiliki istri seperti kamu," sambung Bu Markonah.

"Aamiin."

"Dih, panjang 'lah itu kupingnya kaya gajah," ketus Malik.

"Kamu nggak boleh begitu, Lik. Atau kamu saja yang jadi suaminya Dijah, gimana? Dari pada sibuk mencari pacar yang nggak tahu asal usulnya, mending sama Dijah saja." Ucap Pak Anto, paman Khadijah.

"Ogah!" Sahut mereka berdua bersamaan.

Khadijah pun pamit karena jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi, sementara tokonya akan buka jam setengah sembilan. Khadijah dan Malik memang tidak pernah akur, mereka terus saja saling berbalas kekesalan seperti kucing dan tikus.

Padahal Khadijah adalah gadis kembang desa, tetapi tak ada satupun laki-laki yang dapat menaklukkan hatinya. Sama halnya dengan Malik, ketampanannya membuat banyak wanita menjadi jatuh cinta. Sialnya ia malah memanfaatkan itu untuk memainkan mereka. Dalam satu pekan, entah berapa wanita yang di kencaninya. Ia bahkan tidak segan-segan mencium wanita itu walaupun tidak adanya hubungan di antara mereka.

"Kamu kenapa toh, Nduk?" Pemilik toko tersebut rupanya memperhatikan gerak-gerik Khadijah yang sedari tadi banyak melamunnya.

"Eh, Ibu ... Nggak pa-pa, Bu."

"Ada yang sedang kamu pikirkan ya?"

"Kelihatan ya, Bu?"

Pemilik toko tersebut langsung terkekeh, "Dijah ... Dijah ... Kamu itu lucu nian," sambil menggelengkan kepalanya. "Sudah tiga tahun kamu kerja di sini, sudah Ibu anggap juga kamu itu anak Ibu, berarti tandanya Ibu sudah hapal dengan semua mimik wajah kamu."

Khadijah hanya bisa tersenyum menanggapinya, tidak mungkin ia menceritakan bahwa dirinya di jodohkan dengan sepupunya sendiri. Walaupun terkesan bercanda, ia tahu jika paman dan bibinya berbicara serius tadi.

"Jah, kamu beneran nggak mau ya sama anak Ibu? Farhan itu anaknya baik, 'kan kamu bisa nilai sendiri setiap hari jumpa sama dia."

Benar kata beliau, Farhan memang anak yang baik. Ia lulusan pesantren dan kini membuka madrasah di daerah mereka. Cukup terbilang mapan, tetapi Khadijah masih enggan menerimanya.

"Maaf, Bu. Menikah itu bukan soal main-main, itu di saksikan langsung oleh Allah. Dijah takut kalau Dijah belum siap menikah, nanti Dijah malah di marahin sama Allah."

Wanita paruh baya tersebut tersenyum, "Yowes, ndak usah di pikirin. Ibu tadi cuma nanya doang. Oh iya, Ibu ke pasar dulu ya, belum masak tadi karena persediaan habis."

"Iya, Bu ..."

***

Malam telah tiba, Khadijah baru saja sampai di rumah. Ia tercengang karena ternyata sudah ada paman dan bibinya di sana. Lagi-lagi ketakutannya pun kembali muncul, ia sangat berharap jika paman dan bibinya tidak membahas hal yang tadi lagi. Permintaan paman dan bibi mungkin bisa di tolaknya, tetapi jika permintaan itu keluar dari mulut orangtuanya, entah bagaimana cara ia menanggapinya nanti.

"Assalamu'alaikum ..."

"Waalaikumsalam ..." Semua mata tertuju padanya.

"Ada Paman dan Bibi rupanya, Dijah mandi dulu ya ..."

"Paman sama Bibi mau pulang kok, Jah ..."

"Cepat sekali," kata Khadijah.

"Iya, soalnya mau bicara dengan si Malik. Ya sudah, pamit dulu ya, semuanya ... Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam."

Mereka pun mengantar Bu Markonah dan Pak Anto ke depan hingga sampai tak terlihat lagi. Setelah itu, Khadijah masuk ke kamar. Akan tetapi, saat ia memegang engsel pintunya, ayahnya memanggilnya. "Khadijah!"

"Iya, Bah ..."

"Jangan lama-lama mandinya, Abah mau ngomong sama kamu."

"Baik, Bah ..."

'Kyaaa! Bagaimana ini, Tuhan?' Teriak Khadijah di dalam hatinya.

Episodes
1 1. Kapan Menikah, Jah?
2 2. Kalau Nggak Sabtu Ya Minggu
3 3. Perjodohan
4 4. Suami jadi-jadian
5 5. 10 tahun kemudian...
6 6. Meminjam Ponsel
7 7. Apa kamu bahagia, Dijah?
8 8. Di banding-bandingin
9 9. Janjinya Malik
10 10. Kondisi Hafiz
11 11. Isi hati Hafiz
12 12. Kedatangan Tetangga
13 13. Kepergian Hafiz
14 14. Setelah Hafiz Pergi
15 15. Kencan dengan Tetangga
16 16. Masak Pakai Cinta
17 17. Gotong Royong
18 18. Bergosip
19 19. Lisa mulai Resah
20 20. Curhat dengan Wak Santi
21 21. Keputusan Lisa
22 22. 17-an
23 23. Pertanyaan Wak Lisa
24 24. Setelah Usai
25 25. Ingin Jualan
26 26. Lontong Medan
27 27. Bunuh Diri
28 28. Adelia
29 29. Kambuh Lagi
30 30. Kamar 130
31 31. Lupa anak bini
32 32. Di hotel
33 33. Pulang
34 34. Alasan Baru
35 35. Nikah yuk, Bang!
36 36. Turun Jabatan
37 37. Firasat Istri
38 38. Menjumpai Bang Kus!
39 39. Mari kita bermain!
40 40. Ketahuan
41 41. Pulangkan Dijah, Bang!
42 42. Bertengkar
43 43. Pergi ...
44 44. Kedatangan Mertua
45 45. SAH
46 46. Bertemu teman lama
47 47. Kemarahan Riska
48 48. Pak Tua Kodir
49 49. Ribut
50 50. Bertemu Kembali
51 51. Keputusan Dijah
52 52. Penyesalan Malik
53 53. Cerita dengan Wak Santi
54 54. Alasannya apa?
55 55. Pertengkaran
56 56. Del, kamu sudah gila?
57 57. Kepergian Adelia
58 Pengumuman!
59 58. Beberapa bulan kemudian ...
60 59. Dia putranya Abang!
61 60. Telpon, enggak ...
62 61. Sedang apa kamu di sini?
63 62. Mempermalukan Adelia
64 63. Usai kepergian Adelia
65 64. Mengancam Malik
66 65. Insiden ...
67 66. Gila!
68 67. Mengetahui kondisi Khadijah
69 68. Kekesalan Malik
70 69. Menyamar
71 70. Meninggal
72 71. Rumah duka
73 72. Pesan untuk Riska
74 73. Membunuh Adelia
75 74. End
76 75. Bonchap
Episodes

Updated 76 Episodes

1
1. Kapan Menikah, Jah?
2
2. Kalau Nggak Sabtu Ya Minggu
3
3. Perjodohan
4
4. Suami jadi-jadian
5
5. 10 tahun kemudian...
6
6. Meminjam Ponsel
7
7. Apa kamu bahagia, Dijah?
8
8. Di banding-bandingin
9
9. Janjinya Malik
10
10. Kondisi Hafiz
11
11. Isi hati Hafiz
12
12. Kedatangan Tetangga
13
13. Kepergian Hafiz
14
14. Setelah Hafiz Pergi
15
15. Kencan dengan Tetangga
16
16. Masak Pakai Cinta
17
17. Gotong Royong
18
18. Bergosip
19
19. Lisa mulai Resah
20
20. Curhat dengan Wak Santi
21
21. Keputusan Lisa
22
22. 17-an
23
23. Pertanyaan Wak Lisa
24
24. Setelah Usai
25
25. Ingin Jualan
26
26. Lontong Medan
27
27. Bunuh Diri
28
28. Adelia
29
29. Kambuh Lagi
30
30. Kamar 130
31
31. Lupa anak bini
32
32. Di hotel
33
33. Pulang
34
34. Alasan Baru
35
35. Nikah yuk, Bang!
36
36. Turun Jabatan
37
37. Firasat Istri
38
38. Menjumpai Bang Kus!
39
39. Mari kita bermain!
40
40. Ketahuan
41
41. Pulangkan Dijah, Bang!
42
42. Bertengkar
43
43. Pergi ...
44
44. Kedatangan Mertua
45
45. SAH
46
46. Bertemu teman lama
47
47. Kemarahan Riska
48
48. Pak Tua Kodir
49
49. Ribut
50
50. Bertemu Kembali
51
51. Keputusan Dijah
52
52. Penyesalan Malik
53
53. Cerita dengan Wak Santi
54
54. Alasannya apa?
55
55. Pertengkaran
56
56. Del, kamu sudah gila?
57
57. Kepergian Adelia
58
Pengumuman!
59
58. Beberapa bulan kemudian ...
60
59. Dia putranya Abang!
61
60. Telpon, enggak ...
62
61. Sedang apa kamu di sini?
63
62. Mempermalukan Adelia
64
63. Usai kepergian Adelia
65
64. Mengancam Malik
66
65. Insiden ...
67
66. Gila!
68
67. Mengetahui kondisi Khadijah
69
68. Kekesalan Malik
70
69. Menyamar
71
70. Meninggal
72
71. Rumah duka
73
72. Pesan untuk Riska
74
73. Membunuh Adelia
75
74. End
76
75. Bonchap

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!