Aurora bangun karena mual, dia melompat turun dari ranjang dan muntah-muntah di kamar mandi. Gabriel terbangun karena merasa ranjangnya goyang cukup kencang, dia membuka matanya, tapi tak melihat aurora di samping dia, dia mendegar ada yang muntah.
“Sayang, kamu kenapa? kamu sakit?”
Gabriel bangun dan melirik ke kamar mandi, dia langsung lari ke kamar mandi. Gabriel melingkarkan tangannya ke perut aurora, mengusap perut aurora dan memijat belakang tengkuk leher aurora.
“sayang, kamu sakit?” tanya gabiel kepada aurora.
Dia ingin menjawab tapi dia tak bisa, dia tak bisa berhenti mual. Gabriel menunggu sampai selesai, Aurora jatuh lemas dipelukan gabiel.
“Sayang,”
Dia langsung membopong aurora ke kamar mandi, membaringkan aurora di ranjang.
“Aku telepon dokter ya, tunggu.”
Gabriel mengambil ponselnya di nakas, di sebalah dia tidur, dia menelpon dokter mereka.
“Tunggu ya sayang, dokternya sebentar lagi datang.”
Aurora hanya mengangguk dengan lemas.
***
Arasy, arthur dan arka baru saja bangun, arasy tadinya mau menghampiri mamanya, mereka mau pergi dari kamar tapi ditahan oleh arthur.
“dik, tunggu deh. Mandi dulu. Sudah gede juga, kan katanya mau punya adik, kok masih gini sih,” kata arthur kepada arasy.
“Iya, kan biar mommy dan daddy fokus bikin adiknya,” tambah arka yang baru bangun, dia duduk di tepi ranjang dan mengucek matanya.
“Iya deh, aku mandi dulu aja.”
Akhirnya arasy ke kamar mandi, ke duanya juga ikut mandi, di kamar mandi yang diluar kamar. Arasy memilih baju di lemari begitu juga arka dan arthur yang sudah selesai mandi dan juga rapi, ganti baju baru.
Ketiganya baru mau ke kamar mommy dan daddynya. Mereka keluar kamar bersama. Arasy yang paling depan.
***
Dokter sudah datang, dia ada di kamar gabriel dan aurora, dokte sedang memeriksa auroa,
“Bagaimana keadaa istri saya tante?”
Dokter itu seowang wanita paruh baya yang tak laian dari kamunya gabriel.
“selamat yang mulia, ratu sedang hamil.”
Keduanya saling bertatapan dengan kaget, terhau juga. Mata keduanya berkaca-kaca.
“Mommy, mommy kenapa? mommy sakit?”
Arasy masuk begitu saja karena pintu kamar itu terbuka. Ketiganya khawati ada dokter di sana.
“mommy sakit?”
Kedua anak laki-laki aurora juga mendekati dia, berdiri di samping ranjangnya dan melihat sang mama.
“Mommy kok nangis?”
Arasy yang naik ke ranjang dan duduk di samping aurora. Dia melihat mommynya menangis. Aurora meraih tangan kecil arasy.
“Arasy mau jadi kakak, arasy senang?”
“Mommy hamil?”
Arka yang bertanya kepada aurora, aurora mengangguk. Dia mengusap tangan arasy ke perut ratanya.
“Ada adiknya arasy di sini, arasy dan kakak-kakak happy gak? nanti mau kan jagain adiknya kalau sudah lahir?”
“Iya mommy mau.”
Dokter memberikan resep untuk menghilangkan mual dan juga vitamin serta susu hamil untuk arasy.
“Sayang, titip mommy ya? Dad, mau antar tante dokter,” kata gabriel kepada ketiga anak kembarnya.
“Iya dad.”
Gabriel keluar kamar hotel, hanya mengantar sang dokter sampai di depan lift.
“Saya permisi yang mulia, selamat untuk yang mulia,” kata dokter itu kepada gabriel. Gabriel mengangguk.
Dokter itu masuk ke dalam lift, dan pintu liftnya mulai tertutup, liftnya mulai jalan kebawah. Gabriel ingin kembali ke kamar dia, menemui istri dan anaknya lagi, tapi ketika dia melihat di jendela, dari kejauhan, seperti ada yang mengawasi dia.
***
Chelsea dengan laki-laki itu. Dia mengamati hotel tempat tinggal keduanya. Dia tak sengaja muncul dan melihat gabriel dari jauh, dia juga yang dilihat oleh gabriel.
Laki-laki itu datang dan menarik chelsea dari sana, “Jangan berdiri di sana dan melihat seperti itu, bahkan dari jauh gabriel bisa melihat kamu,” katanya menarik chelsea dan membawa chelsea pergi dari sana.
Dia mengajak chelsea pergi. Chelsea pun ikut saja, keduanya berlari dengan sangat cepat pergi dari sana.
***
Gabriel baru mau mendekat dan melihat juga memastikannya. Tapi yang dia lihat juga sudah pergi. Gabriel memilih untuk kembali ke kamar istri dan anaknya.
“Mommy, adiknya disini?”
“Kita gak sabar ketemu adik mommy,”
“Adiknya kayak aku sama arka atau arasy mommy.”
Ketiganya duduk mengelilingi Aurora, arasy sejak tadi mengusap perut aurora dan mengajak bicara adiknya.
“Kayak kak arasy ya adik, biar kak arasy ada temennya,”
Gabriel masuk ke kamar, dia mendongak menatap gabriel. Gabriel mengangguk dan tersenyum kepada dia.
“Emm, iya.”
Dia tahu tatapan mata aurora, dia belum tahu jenis kelamin bayinya nanti kan, dia khawatir mengecewakan arasy.
“Kalau adiknya cowok, gimana kak arasy, kayak kak arthur dan kak arka? Kak arasy bakalan benci adiknya?”
Gabriel yang bertanya, dia mengusap kepala arasy dan duduk di sebelahnya. Sang anak perempuan itu mendongak menatap daddynya, wajahnya yang tadi bahagia kini sedikit cemberut.
“Emang adiknya kayak kak arthur dan kak arka mommy?” tanya arasy menatap aurora.
“Gk tahu sayang, tapi mungkin juga kayak kak arthur, mungkin juga kayak kak arasy, arasy masih sayang adik kalau kayak kak artur dan kak arka?”
“Harus sayang dong, nanti mommy dan daddy bikinin lagi adik buat kak arasy kalau adiknya belum sama kayak kak arasy, gimana? Jangan benci adiknya dong, kasihan adiknya gak tahu apa-apa, masih kecil lagi, butuh dijaga kakak-kakaknya.”
Arasy malah jadi cemberut, dia memeluk gabriel, menenggelamkan kepalanya ke dada gabriel, memeluk erat dia.
“arasy kakak yang jahat ya daddy kalau seperti itu?”
“Iya.”
Gabriel memeluk sang anak dan mencium kening juga pipinya. Aurora juga mau ikutan menangis.
“Tuh liat mommynya, sedih juga dan mau ikutan nangis, gak sayang mommynya gitu?”
Arasy langsung melirik sang mama, dia mendekati mamanya dan memeluknya. Aurora membalas pelukan arasy, dia tak henti mencium pipi dan kening arasy, dan membantu mengusap air mata arasy.
“Mommy minta maaf ya kalau mommy salah?”
“Bukan mommy yang salah, tapi arasy mommy. Iya gak apa-apa nanti adiknya kayak kak arthur atau kak arka atau kayak arasy, arasy bakalan tetep sayang sama adik. Ya adik.”
Arasy mengusap perut mamanya, dia juga meminta izin untuk mencium pipi sang mama dan juga perut sang mama.
Gabriel senang melihat itu. Mereka akan pulang hari ini, gabriel akan mengurus semuanya.
“Sayang, mau pulang hari ini ke rumah, atau gimana?” tanya gabriel mengusap kepal aurora yang sedang memeluk arasy itu. Dia mengangguk.
“Tunggu, aku minta supir bawa mobil buat jemput kita, aku lagi males nyetir.”
“Iya.”
Gabriel berdiri dari sana, dia menelpon supirnya, dia berdiri di dekat jendela kamar, dia seperti mersakan energi yang aneh, perasaan dia tak enak, seperti ada yang mengawasi mereka, jadi dia sekalin memerika dari jendela.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Iki Agustina
Alhamdulillah yang ditunggu up juga, semoga kekuatan anak2 dan gabriel kuat banget lawan para musuh jangan ada yg di korbanin yah ka kasian mereka baru aja bahagia🥺
2023-02-16
1
Nabila Yuli
ceritanya makin seruuuuu....ka maaf klu bisa up nya jgn sore². ako selalu menunggu cerita kelanjutannya.😊🙏
2023-02-16
0