ARASY TIDAK MAU PULANG

Aurora mengantar sampai ke depan. Begitu juga dengan Chelsea dan mamanya. Tepat ketika itu papanya Chelsea juga baru datang, baru pulang dari kantor.

“Ada tamu?” Dia bertanya dengan ramah.

“Iya pa, kenalin. Ini Gabriel dan ketiga anak kembarnya. Mereka tetangga baru depan rumah pa.” Chelsea mendekati papanya, dia merangkul lengan sang papa. Menjelaskan kepada sang papa dan berbisik kepada papanya.

Kalau Gabriel itu tampan dan kaya. Dia suka dan mau papanya baik dengan gabriel. Papa Chelsea mengangguk mengerti.

“Halo, papanya Chelsea.” Papa Chelsea yang duluan mengulur tangan dan menyapa Gabriel.

“gabriel om, salam kenal.” Gabriel juga menjabat tangan papanya Chelsea.

“beri salam ke kakek.” Kata Gabriel kepada ketiganya. Chelsea senang mendengar itu.

“Arthur.”

“Arka.”

“Arasy.”

Ketiganya menjabat dan mencium tangan papanya Chelsea secara bergantian. Papa Chelsea juga mengusap kepala keduanya.

“Sudah mau pulang? Sudah datang dari tadi memang?” tanya papa Chelsea lagi kepada Gabriel. Dia mengangguk.

“Iya om. Mereka juga mau sekolah besok.”

“pa, aku boleh disini? Aku mau tidur sama Tante boleh? Di rumah gak ada temannya, cowok semuanya,” kata Arasy memotong ucapan papanya.

“Hemm?” Gabriel yang bingung mendengar itu. Bagaimana bisa Arasy tetap tinggal disini.

“iya gak apa-apa. Mau tidur di sini? Sama Tante?” Chelsea yang kepedean bertanya. Arasy menggeleng.

“Bukan sama tante Chelsea. Tapi sama Tante aurora. Boleh ya, Daddy. Please.” Arasy memohon kepada Gabriel.

“kalau gak boleh, aku gak mau pulang juga. Mau di sini aja.” Arasy malah lari dan berdiri di samping aurura. Dia memeluk lengan aurura dengan erat. Seakan tak mau dipisahkan.

Aurora bingung melihat sikap Arasy. Tapi dia merasa hatinya juga ingin dekat dengan anak itu. Dia mengusap kepala Arasy, menggenggam tangannya, juga seakan tak mau dipisahkan.

“nanti merepotkan semuanya sayang. Yuk pulang, kalau mau main, bisa besok.” Gabriel mencoba membujuk Arasy. Dia meraih tangan Arasy. Tapi Arasy dengan kuat memegang tangan Aurora.

“Gak mau Tante. Aku gak mau sama Daddy, malam ini saja. Please Tante?” Arasy memohon kepada Aurora.

Aurora melirik tantenya dan juga Chelsea. Keputusan juga selalu ada di tangan keduanya.

“Sudah Gabriel. Jangan dipaksa Arasynya, kasihan kan menangis. Gak apa-apa kok disini. Besok aku antar ke rumah kalau mau sekolah, jam berapa berangkatnya?” Chelsea meraih tangan Gabriel dan menggenggamnya. Dia mencoba menghentikan Gabriel yang memasak Arasy.

Dengan maksud, dia ingin mencari perhatian Gabriel.

“ya sudah Daddy, biarkan saja. Arasy nanti tak henti menangis.”

“nanti juga bisa sakit kan kalau sudah menangis dan maunya tidak dituruti.”

Kedua kakaknya akhirnya turun tangan. Mereka meminta kepada sang ayah.

“ya ampun, kasihan. Sampai sakit kalau sudah menangis? Biar lah disini. Nanti kita siapkan kamar. Gimana?” mama Chelsea yang maju. Dia ikut mengusap kepala Arasy.

“Ya sudah. Besok papa jemput, jam tujuh sudah bangun ya. Daddy gak mau kamu telat atau bolos sekolah. Malam ini jangan begadang dengan Tante Aurora. Ok?”

“Ok dad.”

Gabriel tak punya pilihan lain. Dia juga sadar kalau Arasy pasti sangat rindu kepada mamanya itu.

Arasy tersenyum lebar. Dia membentuk jarinya berbetuk ok. Gabriel menguap kepala anaknya itu dan mencium kening juga pipinya.

“jangan nakal dan jangan nyusahin disini.” Kata Gabriel kepada Arasy.

“iya dad. Janji enggak.” Dia menunjukkan hari kelingkingnya. Gabriel pun mengkaitkan jari kelingking dia ke keliling Arasy.

“Saya titip ya, nona Aurora. Tolong jaga dengan baik, jangan mau diajak begadang.” Kata Gabriel kepada aurura.

Aurora mengangguk. Gabriel masuk ke dalam mobilnya. Dengan kedua anak laki-lakinya. Mereka melambaikan tangan dan pergi dari sana.

Arasy juga melambaikan tangan kepada papa dan kedua kakaknya itu. Dia tak henti berdiri di depan Aurora, menarik tangan aurura hingga Aurora memeluk dia dari belakang sejak tadi.

“Ayo masuk sayang.”

Chelsea mau menggandeng arasy. Tapi anak itu menepis tangannya Chelsea. Dia hampir saja kelepasan marah kepada anak kurang ajar itu. Tapi mamanya langsung menenangkan dan mencoba menginjakkan.

Demi papanya. Tahan. Untuk mendapatkan orang kaya. Tampan lagi.

Chelsea menarik nafas panjang dan mengatur kembali emosinya. Mereka kembali masuk ke rumah.

“kamar Tante Aurora mana?” tanya Arasy kepada Aurora.

Aurora bingung mau menunjukkannya. Kamar dia sangat tidak cocok untuk anak-anak. Dia menatap keduanya.

“arasy tidur di kamar Tante saja ya, dengan Tante. Kamar Tante Aurora itu jorok.”

“gak mau.”

Taoi Arasynya menolak. Keduanya yang akhirnya mengalah, mereka menyiapkan Kamara untuk Arasy. Arasy tidur di kamar tamu yang bagus.

“ini untuk malam ini saja ya, jangan harap kamu bisa hidup enak di sini.”

“karena ada Arasy saja di sini.”

Keduanya menarik Aurora dan berbisik-bisik kepada Aurora. Aurora mengangguk. Dia juga tahu diri.

Bukan hanya Aurora, tapi Chelsea malah jadi ikut tidur di sana. Dia ganti baju dengan baju tidur. Cuci muka, kaki dan tangan, lalu ke kamar itu.

“tahte Aurora mau apa?” Arasy bingung menatap Chelsea.

“mau tidur sama kalian. Kak aurura itu suka ngelindur kalau tidur. Suka mukul. Tante mau jagain kamu.”

Arasy kesal sekali. Dia tahu kalau mamanya tak seperti itu. Tapi Arasy tak mau membuat keributan dengan lepas kendalj atas dirinya menjadi manusia sekarang.

Arasy jadi tidur di tengah. Dia menghadap aurura dan memeluknya. Aurura merasa ada sesuatu diantara keduanya. Hatinya tenang sekali. Tapi apa?

Ada ikatan apa?

Aurora sendiri penasaran dengan jawabannya. Rasahya nyaman sekali. Dia malah memeluk Arasy.

“Good night Tante “ kata Arasy kepada Aurora.

“Good night sayang.”

Dia juga mengucapkan. Tapi Chelsea malah seperti orang yang gak dianggao. Aurira mencium kening Arasy begitu saja.

Dalam hati Chelsea dia sangat kesal sekali. Kepada Arasy, harus bertemu dan kenal dulu dengan Aurora. Akrab lagi.

Sebekum tidur bahkan Arasy menelpon papanya,. Gabriel meninggal ponsel kepada Arasy, takut dia merepotkan atau minta pulang tengah malam.

Tapi malah Vidio call dan menunjukkan dirinya memeluk sang mama yang sangat dia rindukan.

Arthur dan Arka juga melihat itu. Mereka ada di ruang tengah. Sedang menonton robot. Biasanya kalau ada Arasy suka rebutan remot televisi. Tapi sekarang aman.

Sampai pagi riba di dunia mereka. Arasy masih tidur di pelukan Aurora. Biasanya kalau aurura bangun siang akan dimarahi. Tapi ini tidak. Karena ada Arasy.

“Sayang, bangun. Sekolah kan hari ini?” mamanya Chelsea membangunkan Arasy dengan lembut.

“chelsea, Aurora. Kalian itu sudah dewasa tapi masih saja suka bangun siang. Nanti jodoh ya digondol ayam loh.”

“iya ma.

Chelsea bangun. Dia mengucek matanya dan menatap sang mama.

Terpopuler

Comments

Nabila Yuli

Nabila Yuli

lanjut,ka

2023-02-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!