THE WEDDING 2

“Daddy gak jadi berangkat bekerja ahh, daddy di sini aja, sekalian nanti kita meeting ke tempat w.o mau gak? ke sana aja, sekalian jalan-jalan.”

Gabriel malah mendekati Aurora, dia memeluk Aurora yang duduk di lantai, sedang mengajari anak-anak mengerjakan tugas sekolah. Gabriel bahkan mencium leher dan pipi Aurora.

“Raja, jangan seperti itu. Ada anak-anak disini.”

“Kenapa? Daddy gak apa-apa kan ya cium mommy kalian dan peluk mommy kalian gini?”

Gabriel tak mau melepaskan pelukan dia yang duduk dan memeluk Aurora dari belakang. Dia bahkan mempraktikkan ciumannya tadi.

“Iya gak apa-apa kok mommy,” kata Arasy kepada Aurora.

“Malah kita seneng, mommy dan Daddy kelihatan saling sayang banget kan,” sambung Arka. Arthur hanya diam mendengarkan kedua adiknya menjawab.

“Kak arthur bagaimana?” aurora menatap athur, dia berharap kalau arthur ada dipihak dia.

“Gak apa-apa, aku seneng lihatnya juga,” kata arthur kepada aurora. Tapi mommy mereka malah cemberut.

“yah, kok gak ada yang dipihak mommy sih? Seuanya dipihak daddy.” Ujar Aurora cemberut menatap ketiganya.

“Dari pada daddy sama cewek lain mommy. Banyak loh yang deket-deket sama daddy, ya dad?” tany arasy kepada gabriel. Gabriel mengangguk di belakang.

“Ada emang, siapa? Gimana aja sayang daddy sama cewek lain, ganjennya? Centil ya? Lepah ahh, pasti seluruh badan kamu bekas cewek-cewek cantik.”

Aurora malah jadi kesal, dia mencoba melepaskan tangan Gabriel yang memeluk perutnya.

“Arasy nih, cerita yang full dong sayang.”

“Enggak kok mom. Daddy selalu nolak cewek-cewek cantik, seksi, yang datang deketin daddy, katanya Cuma sayang sama mommy kita.”

“Gak percaya.”

“Tapi beneran, mau aku lihatin buktinya? Mau cctv real atau dari pikiran aku?”

Gabriel bisa berbagi kenangan, setiap hari yang dia lewatkan tanpa Aurora.

“Aku lebih percaya dengan cctv dari pada pikiran kamu, mungkin saja kamu memanipulasi pikiran aku?”

“gak sayang, gak pernah. Pokoknya aku sumpah Cuma cinta dan maunya disentuh sama kamu aja dan anak-anak.”

Aurora tersenyum malu. Dia membiarkan gabriel untuk memeluk dia dari belakang, sambil aurora menemani ketiga anaknya untuk belajar.

Gabriel dapat telepon dari kantor. Dia bahkan mengangkatnya disna. Masih dengan memeluk Aurora.

“halo, undur dan jadwal ulang meeting ya. Beberapa hari ini saya sibuk sama calon istri saya, saya mau mempersiapkan pernikahan dulu.”

Gabriel langsung mematikan ponselnya. Baru saja dimatikan, ada telepon masuk lagi, kali ini dai orang w.o.

“Sayang, bisa sekarang gak ke sana?” tanya gabriel kepada aurora.

“Yuk mom.” Arasy yang menjawab. Aurora pun ikut mengangguk menatap arasy.

“Beresin dulu bukunya sayang, baru berangkat.” Ujar aurora kepada arasy dan kedua anaknya yang lain.

Ketiganya membereskan buku masing-masing lebih dulu, memasukkan buku-bukunya dan alat tulisnya ke dalam tas masing-masing. Sampai beres. Mereka berlima berangkat ke tempat w.o.

“mommy duduk depan saja, arthur sedang mau duduk di belakang,” kata Arthur yang membukakan pintu untuk aurora.

Aurora ikut saja, dia duduk di depan, “makasih sayang.”

“Sama-sama mom.”

Arthur duduk di belakang dengan kedua adiknya. Gabriel full senyum aurora duduk di depan, dia malah iseng kadang mengusp punggung tangan Aurora, kadang pahanya.

“Raja, jangan gitu sih. Tangannya nakal banget, gak bisa diam.”

“Panggil sayang dong, jangan raja, aneh.”

“Kan memang raja.”

“Panggil saja raja terus, tangan aku gak akan berhenti.”

“Iya sayang stop.”

Gabriel langsung berhenti, di belakang anak-anak sibuk main ponsel sendiri-sendiri.

“Bunuh kak, bunuh mereka.” Arasy sibuk berteriak sampai aurora dan gabriel yang di depan jadi kaget. Mereka menoleh ke belakang.

“Apa sih, kok main bunuh-bunuh. Bikin mommy kaget dan takut gak sayang,” kata Aurora kepada Arasy.

“maaf ma, ini Cuma main kok ma. Lagi main game sama kak arthur dan kak arka. Mereka yang jagain aku dari tentara lawan ma.”

“Oh, mommy kira apa.”

Aurora dan gabriel lebih tenang sekaang, tak lama mereka sampai di tempat meeting, di sebuah gedung yang tak lain adalah kantor w.onya.

Gabriel turun lebih dulu, dia membukakan pintu untuk aurora, arthur turun lebih dulu, dia menggandeng arasy untuk turun.

“hati-hati dik.”

Arthur itu pendiam, tapi kalau soal perduli dengan adik-adiknya, dia nomber one.

Ke limanya masuk ke dalam gedung itu. Sudah ada yang menyambut mereka dan mempersilakan mereka masuk.

Mereka langsung ke ruang meeting dan meeting bersama. Mereka menunjukkan beberapa contoh dekorasi.

“Maunya indoor atau outdoor tuan, nyonya?” tanya seseorang dari pihak w.o.

Aurora melirik ketiga anaknya, “Mommy maunya yang kayak gimana? Kan mommy yang mau menikah dengan daddy, asal mommy bahagia kita juga bahagia dan suka.”

Arthur yang menjawab. Kedua adiknya ikut mengangguk, “Asal yang bagus saja, yang paling bagus ya om, tante,” kata arasy kepada orang w.o-nya.

“oh iya.”

Mereka mengangguk, mereka memperlihatkan contoh yang paling mewah, dari yang indoor dan outdoor.

“Ini boleh, outdoor aja ya sayang? yang di lua villa, deket hutan, agak hutan-hutan gitu?” aurora menunjuk satu, dia bertanya kepada gabriel.

Gabriel mengangguk. “boleh.”

“Anak-anak keberatan gak?” tanya aurora kepada ke 3 anaknya. Mereka mengangguk dengan kompak.

“Bagus kok ma.”

“Kita gak masalah.”

Arasy dan arka yang menjawab. Selesai dari sana, mereka langsung ke butik untuk memilih gaun pengantin. Aurora juga memesankan untuk arasy.

“Punya kita samaan ya kak.” kata aurora kepada pemilik butiknya.

“Iya nona.”

Untuk gabriel dan kedua anak laki-lakinya, mereka akan memakai jas yang sama, hanya versi anak kecil dan dewasa saja. Untuk gaun pengantin aurora, dia mau sama persis dengan gaun arasy nanti, hanya beda ukuran saja, detailnya sama. Arasy pengantin versi kecilnya.

“Dad, beli ice cream yuk?”

Selesai dari sana, arasy meminta kepada gabriel. Gabriel mengangguk.

Mereka menyelesaikan pengambilan ukuran untuk gaunnya saja. Setelah itu mereka pulang.

“mau beli ice cream dimana?” tanya gabriel di depan. Tangannya menyetir dn satunya menggenggam tangan aurora. Aurora melirik ke belakang.

“ke cafe ice cream biasa dad, yuk. Kali ini beda, sama mommy, sekalian aku mau kenalin ke kakek dan bibi, kalau aku sudah sama mommy aku.”

Aurora menatap gabriel bingung. Gabriel menceritakan semuanya. Arasy suka makan di sana, pemiliknya kakek-kakek, tapi yang mengelola anaknya kakak itu, arasy memanggilnya bibi.

“cantik ya bibinya?” tanya aurora, rasanya mau cemburu lagi.

“iya, cantik banget ya sy, bibinya.” Gabriel sengaja mengatakan itu.

“Cantik, bibi sama om kok mommy, jangan marah ke daddy.”

“om siapa?”

“Suaminya mommy. Om supir.”

“Ahh, istrinya om supir?”

Ketiganya mengangguk. Walau pun mata mereka tertuju ke ponsel. Masih asik main.

Tak lama mereka sampai di cafe itu. Diujug kota. tempatnya sangat indah dan nyaman, banyak juga yang datang ke sana.

Terpopuler

Comments

AnysMentari

AnysMentari

sambung.....

2024-04-11

0

AnysMentari

AnysMentari

saya suka cerita ini
kalau boleh nk banyak lagi cerita tentang werewolf and vampire

2024-04-04

0

Nabila Yuli

Nabila Yuli

lanjut ka.😊

2023-02-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!