GABRIEL MARAH

“Sudah puas tanya itu?” Gabriel melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap Aurora dengan marah.

Aurora mengangguk. Tapi gabriel langsung pergi begitu saja.

“Sayang, minggir sayang. Daddynya marah. Mama mau minta maaf.” Kata Aurora kepada Arasy yang tiduran dipaha Aurora.

“Mama tadi malam sama papa jadi buat adik buat kita kan?” Tanya Arasy mendongak menatap mamanya.

Aurora mengangguk. “Gimana buatnya mama?” Tanya Arasy yang membuat Aurora bingung mau menjelaskan. Tapi gabriel yang jalan di depan itu tersenyum. Dia mendengar pertanyaan anaknya itu. Marah dan kesalnya sedikit hilang.

“iya mama. Itu gimana? Kok bisa ada kita diperut mama?” Arka tambah bertanya seperti itu.

“Hah? Gak tahu, coba tanya sama Daddy kalian? Coba deh kejar daddynya. Ya sayang, plis, tanya ke Daddy aja.”

Aurora mencium kening Arasy. Arasy langsung lari dan mengejar Gabriel. Dia dengan cepat berhenti di depan Gabriel. Arka juga. Arthur tetap di samping Aurora.

“kamu gak mau tahu? Gak mau tanya sama Daddy?” tanya Aurora yang mau ikut berdiri.

Tapi karena ulah semalam gabriel. Bawhanya masih susah dan dia kesusahan untuk berjalan.

“aku bantu mama. Aku gak mau tahu urusan mama sama papa. Kecuali mama dan Daddy berantem, aku gak mau itu.”

Arthur berdiri lebih dulu. Dia mengulurkan tangannya kepada sang mama. Dia membantu mamanya untuk berdiri.

“hati-hati mama, pelan-pelan saja mama. Daddy yang bikin mama sakit ya?”

“hem?”

Gabriel tak henti senyum lagi. Arasy dan Arka menatap daddynya yang senyum sendiri.

“Kenapa Daddy senyum?”

“ada yang lucu?”

Arka dan Arasy bertanya kepada daddynya. Tapi gabriel menggeleng.

“mama mau dong diajarin itu, gerak cepat, lari cepat.” Kata Aurora kepada Arthur.

“sini mama. Gandeng tangan aku kenceng. Kita susul Daddy dan adik-adik.”

Aurora mengangguk. Dia menggandeng tangan Arthur dengan erat. Dia bersiap dan ikut lari.

“Woo.”

Arthur melepaskan tangan mamanya yang mulai belajar berlari dengan kencang. Tapi Aurora tak bisa mengendalikan kecepatannya.

“dad, mommy.”

Arthur berteriak memberitahu Gabriel. Gabriel yang sedang santai jalan, menghadap ke depan, langsung menoleh. Dengan cepat dia menangkap Aurora.

Karena terlalu kuat. Bruk! Gabriel malah ikut jatuh menangkap istrinya itu. Keduanya jatuh di ladang rumput di sana.

Ke tiga anak kembarnya malah senang melihat itu.

“pelan-pelan.” Kata Gabriel kepada Aurora yang jatuh diatas badan dia. Rambut panjang hitang bergelombang Aurora sampai berantakan dan menutupi wajahnya.

“Maaf. Belum bisa mengendalikannya. Itu gimana caranya?” dia bertanya tapi masih ada di atas badan kekar Gabriel.

“Emm, bangun dulu. Dilihat anak-anak, gak malu?” Gabriel menyibakkan rambut Aurora yang menutup wajah cantiknya.

“Oh iya. Maaf.”

Aurora pun bangun. Dia membersihkan bajunya yang kotor karena bunga berguguran yang dia tabrak. Tangan Aurora terulur kepada Gabriel. Dia mau membantu Gabriel bangun tapi gabriel malah menepisnya.

“Gak usah. Nanti gak kuat jatuh. Kalau kuat, aku ketarik di lempar. Gak mau!”

Gabriel masih saja ketus dengan Aurora. Dia memilih berdiri sendiri.

“Daddy kalian masih marah ya sama mama? Ketus banget wajahnya?” Tanya Aurora kepada ketiganya.

Mereka mengangkat bahunya. “gak tahu.”

“Mama ngapain sampai Daddy marah?” tanya Arthur kepada mamanya.

“itu, yang mau balas dendam. Kan tanya duluan juga, belum melalukannya. Daddy kalian pemarah ya?”

“Heem. Kalau sampai ada yang melanggar aturan, bisa sangat marah.”

“kejar mama. Minta maaf sama Daddy.”

Aurora mengangguk. Karena gabriel jalan biasa, dia juga ikutan jalan biasa. Aurora mengejar Gabriel. Dia meraih tangan Gabriel.

“maaf. Janji gak gitu lagi. Dimaafin kan?” Tanya Aurora kepada Gabriel. Dia memasang muka semanis mungkin.

Ketiganya berjalan mengikuti kedua orang tuanya. Tapi gabriel malah punya ide untuk mengisengi Aurora.

“gak ah. Males, dibilangin juga susah. Kamu mau kan aku gak mati?” Gabriel menepis tangan Aurora.

Aurora berhenti berjalan dan menangis. “dulu, yang kamu bertengkar dan tarung sama kakak kembar kamu itu. Siapa yang takut kehilangan kamu setengah mati? Aku khawatir banget tahu.”

Ketiga anaknya dan Gabriel jadi berhenti berjalan. Mereka menatap Aurora yang menangis tersedu. Benar-benar banyak air mata yang keluar dari matanya Aurora.

“Daddy, iseng sama mama, mama jadi nangis kan. Kan kasihan Daddy.” Arasy yang memarahi daddynya. Dia sampai memukul lengan sang Daddy.

“iya Daddy, gimana sih?” Arka juga.

“daddy, kan mama juga gak mau balas dendam dan melanggar aturan lagi. Dad, minta maaf gak sama mama kita?” tambah Arthur yang sangat tegas dan galak.

“Buset. Galak banget sih bertiga. Daddy juga Cuma bercanda sama mama kalian.” Gabriel pun mendekati Aurora. Dia meraih tangan Aurora.

“aku bercanda sayang. Sudah ya, jangan nangis.” Gabriel mengusap air mata Aurora.

“gak lucu bercandanya. Waktu aku tahu, yang sama aku bukan kamu. Aku kesel marah. Bisa-bisanya kamu- hiks...”

Aurora tak sanggup untuk melanjutkan ucapannya. Dia memeluk Gabriel dan menangis dipelukannya.

“Pokoknya jangan gitu lagi. Aku gak mau tanpa kamu. Kamu juga punya anak-anak. Harus baik-baik aja.”

“Emm, manis banget sih mama sama Daddy kita.” Arasy senang melihatnya.

“iya enggak. Janji akan baik-baik saja.” Kata Gabriel membalas pelukan Aurora dan mencium keningnya.

“Dah, jangan nangis kita ke istana yuk?” Ajak Gabriel kepada Aurora.

“sudah gak marah sama aku?” tanya aurora kepada gabriel.

Dia mengangguk. “jadi boleh kembali ke kota? Yuk, sekalian aku mau nunjukin ke om dan Tante sama Chelsea. Aku mau pamer aku bahagia sama kamu dan anak-anak kamu. Boleh kan balas dendam gitu?”

“boleh, tapi jangan pakai fisik dan kekuatan. Jangan bongkar identitas kamu yang asli disini?”

“Janji enggak.”

“yey, aku gak sabar. Enak aja Tante Chelsea itu yang mau jadi mama kita. Gak mau.”

“iya. Kepedean banget. Ih.”

Arasy dan Arka setuju. Mereka tos. Mereka juga mau membalas sikap Chelsea dan orang tuanya itu ke mama mereka.

“Mau pulang kapan papa?” tanya atasy. Disisi kanannya ada Aurora. Di sisi kirinya ada Arasy yang dia gandeng.

“Terserah, mau kapan pulangnya? Inget, kamu harus bisa kendalikan hawa nafsu kamu berburu. Kalau mau berburu diam-diam di hutan. Ok?”

Gabriel mengingatkan Aurora. Aurora mengangguk berjanji karena ini.

Mereka jalan bersama ke kastil. Malam ini juga mereka memutuskan akan kembali ke rumah. Tapi kali ini memilih naik mobil. Gabriel meminta supirnya datang untuk menjemput.

“Kenapa gak lari aja mama? Kan katanya mama mau berlari seperti kita tadi.”

Arthur di depan. Di belakang ada Gabriel, Aurora, Arasy yang duduk di samping mamanya dan Arka di samping papanya.

“mama masih sakit. Susah baut jalan.” Arthur yang menjawab.

“Mama sakit? Kenapa?” tanya Arka dan Arasy menatap mamanya.

Terpopuler

Comments

Nabila Yuli

Nabila Yuli

Hahaha....lucu bngeeet sih arasy n si arka

2023-02-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!