“Malam, ini dimana?”
Aurora bangun. Tapi kali ini dengan jiwa manusianya. Aurora melihat sekeliling dengan bingung. Sampai penjaga menunjukkan Aurora untuk ke ruang makan.
“Emm,” gabriel bingung mau menjawab semuanya. Aurora belum mendapatkan ingatannya kembali?
“Mama.” Arasy yang senang sekali melihat mamanya langsung memeluk sang mama.
“Ini di istana kita.” Kata Arasy dengan polosnya kepada sang mama.
“Apa yang terjadi dengan aku? Tuan Gabriel?” Tanya Aurora tak henti menatap Gabriel.
Gabriel tersenyum. Mata Aurora memancarkan sedikit ingatan yang sudah kembali. Dia ingat pertama kali melahirkan si kembar tiga.
“mereka si kembar? Anak-anak aku?” tanya Aurora. Walau bingung dia membalas pelukan Arasy.
“iya mama. Mama ingat kita?” tanya arka kepada mamanya. Dia berdiri dari tempat duduknya dan memeluk sang mama.
“Bukannya, sepertinya baru kemarin saya melahirkan mereka?”
“dad?” Arthur melirik papanya. Gabriel mengangguk mengerti.
“makan dulu. Nanti saya jelaskan semuanya.”
Bahkan Aurora tak ingat kalau dia minta dipulangkan sebagai manusia. Arasy menarik tangan mamanya. Menggandeng mamanya untuk duduk di sebalah dia.
“mama makan yang banyak ya, aku suapi.”
Arasy terlihat yang paling senang. Dia mengambilkan banyak makanan untuk sang mama. Walau pun Aurora masih bingung, tapi dia menurut saja dengan apa yang Arasy lakukan.
“aak mama.” Arasy menyuapi mama. “aku sayang banget sama mama. Aku senang mama ingat kita.” Kata Arasy kepada Aurora. Aurora mengangguk saja.
Dia masih bingung menatap ketiganya. “gantian boleh?” tanya Aurora kepada arasy. Dia mengangguk. Arasy memberikan sendoknya. Giliran Aurora yang menyuapi Arasy.
“Tuan, saya butuh penjelasan lengkap nanti?” pinta Aurora kepada Gabriel. Dia mengangguk.
Selesai makan malam, ketiganya mau tidur dengan Aurora. Mereka ke kamar dan tidur bersama. Kecuali Arthur. Dia tak mau. Dia yang paling cuek dan gensi. Arka dan Arasy tidur di antara Aurora.
“Mama, jangan tinggalkan kita lagi ya?” Arka yang mengatakan itu.
Aurora mengangguk. Kalau ketiganya anak dia. Dia tak mau meninggalkan anaknya. Mereka sudah besar dan rasanya berat sekali mau meninggalkan mereka.
Selesai menemani mereka hingga tidur, Aurora pergi dari sana. Dia turun perlahan dari ranjang dan keluar secara perlahan. Aurora keluar dari kamar itu.
Di depan ada Gabriel yang sedang bersama dengan Arthur. Anak terbesar mereka. Mereka sedang mengobrol. Sampai mereka mendengar suara pintu besar itu terbuka. Mereka melirik ke arah pintu.
“Mama.” Lirih Arthur.. “ada apa dengan mama pa? Kenapa keluar dari kamar? Bukannya mau tidur dengan adik-adik?” tanya Arthur kepada papanya.
“gak tahu.” Gabriel menggeleng. Dia juga tidak tahu.
“ada apa?” Dia mendekati Aurora. Menggandeng tangannya. Aurora menggeleng.
“gak ada apa-apa. Katanya mau cerita soal semuanya?” tanya Aurora kepada Gabriel. Dia mengangguk.
“Oh ok. Sini aku ceritakan semuanya.” Dia menggandeng Aurora untuk duduk di kursinya.
Ada tiga kursi di sini. Tapi mata Aurora malah melihat Arthur Tak henti menatap Arthur.
“ini Arthur. Anak pertama kamu, yang tadi Arka dan terakhir Arasy, yang paling cantik. Sama cantiknya kayak kamu.” Gabriel memberitahu Aurora.
Dia mengangguk. “boleh peluk? Saya belum peluk kamu?” Aurora merentangkan tangannya.
Dia mengangguk. Arthur mendekati mamanya. Dia memeluk mamanya. Biasanya Arthur yang paling anti drama. Tapi mungkin ini sudah sangat rindu dengan sang mama.
“Mama ok? Ada yang sakit?” tanya arthur melihat kekujur badan mamanya.
“gak ada. Sakit kenapa?” Aurora malah bingung mendengar itu.
Arthur menggeleng. “ma, aku tinggal ya. Mama harus ngobrol sama Daddy. Biar Daddy bantu kasih tahu semuanya ke mama. Aku ke kamar ya ma, dad.” Arthur pamit kepada keduanya.
“Ok, good night.”
Arthur tos dengan Gabriel. Dia masuk ke kamarnya. Tinggal Gabriel dan juga Aurora. Aurora menatap Gabriel.
“ceritakan?” tanya dia.
“Mau diceritakan atau mau lihat langsung kejadian selama ini?”
“bisa?”
“hemm.” Gabriel mengangguk.
Aurora juga mengangguk. Gabriel mengulurkan tangannya kepada Aurora. Aurora meraih tangan Gabriel dan menggenggamnya. Dia mengajak Aurora ke kamar.
“Kenapa harus ke kamar?” tanya Aurora bingung.
“Kamu mau lihat semuanya kan?”
Aurora mengangguk. Gabriel mengunci pintunya tanpa menyentuh. Dia mendorong Aurora hingga jatuh telentang ke ranjang kamar dia.
“Mau apa?” Aurora ketakutan. Dia menutup tubuhnya dengan kedua tangan yang dia lipat di depan dada.
“Kamu mau meninggalkan anak-anak dan aku, dan kehilangan semua ingatan kamu, atau stay disini, hamil adik-adiknya si kembar dan jadi ratu WEREWOLF di sini?”
“tinggal disini jadi-“
Belum selesai bicara, Gabriel langsung meraih bibir Aurora yang sejak tadi menggoda. Dia mencium bibir Aurora sekilas. Sekali cium, Aurora ingat satu adegan dalam hidupnya. Justru Aurora yang ketagihan. Dia menikmati bibir Gabriel lagu. Berharap mendapatkan semua kenangan itu.
Mereka malah kelepasan terlalu jauh. Gabriel membuka baju Aurora dan Aurora sama sekali menolak.
“Aku gak mau balik ke dunia manusia. Aku mau balas dendam ke Chelsea dan om juga Tante.”
“mereka yang bunuh mama dan papa aku kan dulu?”
Aurora malah mendapat terlalu banyak kenangan. Dia mendapat banyak gambaran. Kalau om dan tantenya, di masa lalu. Mereka tahu papa Aurora itu setengah serigala dan menembaknya. Lalu mereka juga membunuh mamanya Aurora.
Ingatan mereka dihapus oleh tetua werewolf karena bahaya untuk keberadaan kaum mereka.
“no. Hah.. kamu gak boleh bunuh orang sayang. Itu sudah masa lalu. Kamu gak boleh balas dendma.”
“no! Aku gak mau diatur. Aku mau balas dendam ke mereka pokoknya. Mereka juga selalu menyiksa aku. Sekarang aku sudah kuat dan bisa membunuh mereka dengan tanganku sendiri kan?”
Aurora masih belum terlalu bisa mengendalikan amarah dia sebagai manusia serigala.
“no!”
Keduanya berdebat sambil main diatas ranjang. Gabriel yang diatas Aurora. Dia tak henti menggenjot Aurora yang dibawah Kungkungan dia.
“buat apa kamu jadiin aku kayak gini kalau aku gak boleh balas dendam.”
“untuk kamu hidup abadi. Bisa hidup dengan aku dan anak-anak kita. No, gak boleh balas dendam.”
“argh!”
Aurora marah dilarang Gabriel. Dia mendorong Gabriel dengan kuat. Hingga gabriel terpental. Untung ruangan ini kuat.
“Ahh, sayang. Mentang-mentang kamu baru jadi manusia serigala. Tenaga kamu kuat banget sih.”
Gabriel meringis kesakitan karena terpental dan membentur tembok.
“sorry-sorry. Aku gak sengaja.”
Aurura dengan cepat mengambil selimut dan mendalam gabriel yang jatuh. Dia membantu gabriel bangun.
Gabriel malah melepas selimut Aurora dan main dengan berdiri. Mengangkat tubuh Aurora dan menempelkan tubuh Aurora ke tembok.
Mereka malah main di dekat tembok. Nafas keduanya saling memburu. Sampai mereka pindah kembali lagi ke ranjang. Dengan gabriel yang tak melepaskan gedongan Aurora yang ada di depan tubuh dia dan miliknya masuk ke milik Aurora.
Mereka melanjutkannya sampai pagi di kamar. Membuat adik untuk si kembar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Iki Agustina
Yuhuuu buat karma dong untuk tante nya aurora tapi jangan dari tangan keluarga gabriel
Asik sembangaat terus buat adiknyaa kembar
2023-02-09
0
Nabila Yuli
wiiiiiih,gabriel semangat bngeeet bikin adik buat si kembar.🤭
semangat semoga si aurora cepat hamil lagi.😁
2023-02-09
0