"Ini ya pa? Nanti aku yang kasih kuenya sendiri ke mama ya pa?"
Arasy menunjuk satu kue. Gabriel mengangguk saja. Dia membeli kue yang Arasy pilih.
"Ada lagi? Kalian tidak mau beli untuk kalian sendiri?" Tanya Gabriel kepada kedua anak laki-lakinya.
Mereka mengambil kue kesukaan masing-masing. Setelahnya Gabriel baru ke kasir dan membayar semuanya sendiri.
"Hati-hati."
Mereka kembali ke mobil. Gabriel yang membawakan kuenya. Ada empat, satu untuk Aurora yang suka kue coklat lumer.
Gabriel membantu membukakan pintu untuk anak perempuannya itu. Arasy kembali duduk di depan. Arthur dan Arka duduk di belakang. Arasy tak henti menggerakkan kakinya, menggoyangkan kakinya karena senang mau bertemu mamanya.
Gabriel masuk dan duduk di samping Arasy, dia ikut senang melihat Arasy yang happy.
"Aku gak sabar mau ketemu mama. Kapan mama bisa satu rumah sama kita pa?"
"Emm, semoga saja secepatnya."
Gabriel yang sedang menyetir kaget mendengar ucapan Arasy.
"Daddy, kalau Daddy sama mommy punya adik kita, apa bisa bikin mommy ingat kita dan kembali ke kita."
"Iya. Apa itu bisa?"
Arthur yang memberikan ide. Arka dan Arasy ikut setuju. Gabriel diam. Itu kemungkinan bisa. Tapi bagaimana dia tidur dengan Aurora? Apa harus memaksa dia?
Gabriel juga ingin Aurora segera kembali dengan mereka. Tapi rencana itu?
"Kalau nanti mama malah membenci Daddy, bagaiamana?"
"Ahh, iya."
Ketiganya mengangguk. Tak lama mobil mereka sampai di depan rumah Aurora. Gabriel turun lebih dulu. Setelah itu dia membukakan pintu untuk Arasy, Arthur dan Arka turun sendiri.
"Jangan lari."
Arka yang lari. Gabriel memberitahu. Takut jatuh atau kelepasan dengan kekuatan dia.
"Iya dad, sorry."
Arka pun jalan. Arthur dan Arasy juga. Gabriel menggandeng Arasy. Dia menemui satpam rumah itu.
"Siapa ya?" Tanya satpam di sana.
"Saya tetangga depan pak."
Rumahnya ada di depan, beberapa rumah dari rumah tantenya Aurora. Dia menunjukkan kue yang mereka bawa.
"Saya mau kasih kue, sebagai perkenalan tetangga baru saja pak." Kata Gabriel lagi.
Yang keluar malah Chelsea. Dia melihat Gabriel yang tampan. Dengan centilnya Chelsea langsung mendekati Gabriel.
"Ada apa ya?" Dia bicara dengan manis kepada ke empatnya.
"Saya tetangga baru, Gabriel. Ini anak-anak saya, Arthur, Arka dan Arasy."
"Saya Chelsea anak pemilik rumah."
Dia menjabat tangan Gabriel. Tapi Arasy menepis tangan daddynya itu. Arasy menatap kesal ke arah Chelsea. Dia tahu kalau wanita itu selalu kasar dengan mamanya.
"Arasy, jangan seperti itu." Gabriel mencoba menasehati. Tapi dia diam saja.
"Gak apa-apa kok. Namanya juga anak-anak. Baru kenal. Mereka kembar ya? Lucu, cantik dan ganteng-ganteng. Kayak papanya."
"Iya, kembar tiga."
"Mamanya mana?"
"Mamanya?"
Gabriel bingung mau jawab apa. Arka dan Arthur yang mau diusap kepalanya memilih mundur. Tak mau disentuh oleh Chelsea.
Mamanya datang, Aurora keluar. Dia mau membuang sampah. Aurora menatap ke empatnya. Walau lupa, tapi hatinya tak bisa bohong.
"Tante, ini buat Tante. Tante masih ingat aku dan mereka." Arasy malah menghampiri Aurora.
Aurora menaruh sampahnya, dia mengangguk. Dia menepuk-nepuk tangannya untuk membersihkan tangannya. "Iya, yang di depan ya? Pernah ketemu. Ada apa? Ini apa?" Aurora menerim bingkisan dari Arasy.
"Ini kue. Buat tante. Tante suka kue coklat kan?"
"Iya. Kok tahu."
Aurora bingung melihat arasy. Gabriel mendekati sang anak. Takut Arasy keceplosan.
"Maaf, hanya menebak saja. Salam kenal, saya daddynya mereka. Gabriel, mereka sering cerita soal anda."
Gabriel mengulurkan tangan kepada Aurora. Aurora mengangguk dan menjabat tangan gabriel.
"Aurora. Salam kenal juga."
"Tante, boleh ikut masuk ke rumahnya gak. Mau makan di sini sama minta air putih, haus tadi gak sempet minum."
Arka maju. Gabriel bingung melihat sikap anak-anaknya itu. Tapi Chelsea mengizinkan. Dia menggunakan kesempatan itu untuk berbaik hati kepada ke empatnya. Karena dia suka dengan Gabriel yang tampan.
"Masuk saja, yuk. Haus ya pasti."
Ke empatnya masuk ke rumah itu. Chelsea menyuruh Aurora Mengambil air minum, sendok dan yang lainnya. Persis seperti pembantu.
"Tante, Arasy bantu ya."
Arasy malah ikut Aurora ke dapur. Chelsea mencoba menahannya Arasy. Tapi Arasy menatap Chelsea dengan tegas. Dia takut melihat tatapan Arasy. Chelsea jadi melepaskan tangannya.
Arasy ikut ke dapur dan mengambil minum. Arthur dan Arka juga Gabriel diam di ruang tamu saja.
"Ini silakan."
Aurora mengambilkan sendok dan minumannya. Arasy ikutan.
"Saya permisi dulu."
Aurora mau pergi. Tapi ditahan oleh Arasy.
"Tante disini saja."
"Hemm?"
Aurora melirik Chelsea. Dia sih mau. Tapi pasti Chelsea tidak suka.
"Iya. Disini saja makan sama-sama Ra, gak apa-apa kok."
Chelsea mempersilakan Aurora. Aurora pun mengangguk. Dia duduk di samping Arasy.
"Boleh minta disuapi?"
Arasy bertanya kepada Aurora. Dia melirik semuanya. Terutama Gabriel. Apa boleh?
"Mau Tante aja gak yang suapi?"
Chelsea menawarkan diri. Dia sudah mengambil sendoknya. Mau menyuapi Arasy, tapi Arasynya menggeleng.
"Mau sama Tante ini aja."
Arasy menolak Suapan Chelsea. Dia hampir marah dan kehilangan kesabarannya. Tapi dia melirik Gabriel. Dia mencoba tersenyum kepada Gabriel.
"Ra, suapi saja Ra." Kata Chelsea kepada Aurora.
Aurora mengangguk. Dia akhirnya menyuapi Arasy. Arthur dan Arka diam dan makan kuenya saja sambil melihat keduanya.
"Mama si kembar kemana? Tadi belum jawab kan, tuan Gabriel?"
"Ada siapa ini."
Tantenya aurora datang. Dia menghampiri gabriel. Chelsea mengenalkan Gabriel dengan mamanya. Dia memberi kode kepada mamanya.
"Ma, ini Gabriel dan ketiga anak kembarnya. Dia tetangga baru depan ma. Datang mau kasih kue perkenalan."
"Halo sayang."
Mama Chelsea bersikap manis kepada ketiganya. Dia ikut duduk di sana dan ikut ngobrol.
"Jadi, mamanya di kembar kemana?" Mamanya Chelsea yang bertanya.
Si kembar menatap Aurora. "Sudah tidak ada." Gabriel terpaksa menjawab itu.
Tapi Aurora malah menatap Gabriel setelah mengatakan itu. Dia menoleh, seakan merasakan sakit karena ucapan Gabriel.
'ada apa dengan hatiku, kenapa terasa sakit?'
Aurora membatin menatap Gabriel. Ketika kedua pasang mata mereka saling bertemu, Aurora langsung memalingkan muka. Tak mau dia kena marah dengan Chelsea atau mamanya kalau dia tertangkap centil dengan Gabriel.
"Oh, kasihan."
Mamanya Chelsea yang duduk di sebelah Arthur mengusap kepala Arthur. Mata Arthur sudah merah menahan amarah.
Dia hampir saja kelepasan kendali. Tapi gabriel langsung menyentuh tangan Arthur. Mencoba menenangkan anaknya itu.
"Sudah malam. Kami pamit pulang ya, anak-anak juga besok harus ke sekolah."
Gabriel takut Arthur lepas kendali. Jadi dia pamit saja. Arasy yang merasa tidak mau. Dia menatap daddynya dengan kesal.
Gabriel menggandeng kedua anaknya. Arasy dan Arthur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Nabila Yuli
ya,ampun sedih bngeeet melihat aurora di tindas trus sm kluarga tantenya.
2023-02-07
0