KANTOR GABRIEL

Gabriel merekam dan mengirimkan rekamannya kepada sang supir, yang kemudian ditunjukkan dengan ketika anaknya.

"Thanks Daddy, i Relly love you, so much." Arasy yang mengatakan itu di telepon.

"Too, honey. Cantiknya Daddy. Makan yang banyak, sekolah yang pinter and be happy. Ok."

"Ok Daddy."

"Ok, Daddy mau balik kerja lagi."

"Ok Daddy, bye. Emuah."

Arasy kembali memberikan kiss bye lewat telepon kepada daddynya itu. Setelah sambungan teleponnya terputus, dia mengembalikannya kepada sang supir.

"Paman ini, thank you paman."

"Sama-sama nona."

Arthur yang mengambilkannya karena supir mereka sedang menyetir. Baru dia memberikannya kepada sang supir.

Arthur paling senang kalau melihat adik-adiknya itu senang. Terlebih Arasy. Sesuai permintaan Arasy, mereka berhenti di supermarket.

"Kakak turun gak usah?" Tanya Arthur kepada Arasy.

"Turun kak." Katanya, dia baru mau turun.

"Kan ada kak Arka." Arthur menoleh ke belakang.

"Gak apa-apa, kan keren, dikawal dua kakak cowok, kalau kakak gak mau sih, gak apa-apa juga."

Akhirnya Arasy turun. Dari sisi lain, Arka turun dari mobil. Tadinya Arthur tak mau. Setelah keduanya masuk ke dalam supermarket, dia malah turun.

Arasy mengambil keranjang dorongnya. Dia mengambil ice cream dan beberapa jajan yang lain. Arka yang mendorongnya.

"Sini biar Kakak aja."

Arthur mengambil alih. Arasy menoleh dan tersenyum menatap kakaknya itu. Dia tahu kalau Arthur itu jutek, cuek, tapi perhatian.

"Makasih kak. Aku mau ambil mainan ya kak." Kata Arka kepada Arasy.

Dia mengangguk. Arka tadinya yang memegang tas dan kartunya yang diberikan oleh papanya untuk belanja.

"Ini pegangin kak. Kan aku suka ceroboh." Arka suka, bahkan sudah banyak menghilangkan kartu yang diberikan oleh Gabriel.

Arthur mengangguk saja. Dia mengambil tas selempang kecil di dada dan mengalungkan ke dada dia.

Arka sibuk mengambil barang-barang kerusakan dia. Mainan dan cemilan. Begitu juga Arasy. Arthur hanya diam dan mendorong keranjang itu mengikat Arasy.

Keduanya balapan memasukkan barang yang mereka ambil.

"Kakak butuh sesuatu?" Tanya Arasy kepada Arthur.

"Gak ada. Ini aja sudah banyak. Nanti boleh kan kakak minta?" Tanya Arthur kepada Arasy. Adiknya mengangguk.

Selesai belanja, mereka mengantri ke kasir. Arasy dan Arka ikut. Arthur yang membayar semuanya.

"Ganteng-ganteng sama cantik-cantik banget sih dik."

Bahkan penjaga kasir memuji ketiganya. Arasy yang tersenyum dengan Arka. Arthur dengan wajah juteknya diam saja.

Ada hampir empat kantong belanjaan. Arthur dan Arka yang membawanya.

"Sini aku bantu satu kak." Kata Arasy kepada Arthur. Dia menggeleng.

"Arka aja." Katanya.

"Kak. Mau aku bantuin gak?" Tanya Arasy kepada Arka.

"Iya lah. Berat." Arka memberikan satu kantong untuk Arasy.

"Ih, kalah sama kak Arthur. Kuat, keren." Arasy menggoda Arka. Dia mengambil kembali plastik belanjaannya.

"Sini, gak jadi. Aku juga kuat kok."

Arasy hanya tertawa. Dia masuk ke dalam mobil. Dia membantu membukakan mobil untuk Arka lalu Arthur.

Arthur memasukkan belanjaannya dulu. Baru menunggu adik perempuannya untuk masuk ke mobil. Setelahnya dia yang masuk ke mobil.

"Jalan pak. Pulang ke rumah kan?" Kata Arthur, dia bertanya kepada Arasy.

"Iya. Memang mau kemana lagi. Lewat depan rumah ya paman."

"Siap non."

Ketiganya duduk diam sambil makan ice cream di dalam mobil. Arasy memberikannya kepada Arthur satu.

Mereka melihat keluar di kaca mobil. Berharap ada mamanya yang datang. Tapi tak ada juga.

"Mama kemana sih? Kenapa gak juga keluar rumah. Apa mama disiksa lagi sama om dan tantenya ya kak?" Arasy yang banyak bertanya kepada kedua kakak kembar laki-lakinya itu.

"Belum sampai kayaknya. Kakak lihat gak ada di rumah. Tadi kan baru ke kantor Daddy." Arthur memeriksa dengan kekuatan dia.

Arasy mengangguk. "Pulang pak." Dia kembali meminta supir menjalankan mobilnya setelah tadi berhenti di sana.

Mereka tak melihat Aurora lagi. Aurora sedang di angkot. Ada di jalan pulang. Dia tak henti berdoa semoga segera dapat panggilan kerja besok.

Gabriel memanggil HRD kantor dia ke ruangannya.

"Telepon dia ya. Besok suruh langsung masuk. Sebagai sekertaris pribadi saya."

Gabriel sendiri sudah punya sekertaris pribadi, ada satu wanita, dia manusia dan satu laki-laki, dia anak buahnya di dunia werewolf.

"Baik pak."

***

Aurora baru pulang. Dia sudah dilempar baju kotor.

"Cuci, masak. Kita lapar." Chelsea pulang. Aurora kaget. Kapan dia pulang. Tapi Aurora diam saja.

"Iya chel." Aurora memunguti pakaian kotor Chelsea.

Dia membawanya ke belakang dan memasukkannya ke mesin cuci. Sambil menunggu Aurora memasak. Dia mengganti pakaiannya lebih dulu.

Huh!

Aurora menghela nafas berat. Dia menunduk dan kembali tersenyum setelahnya.

"Kapan hidupku bahagia. Aku juga mau, bukan dijadikan pembantu seperti ini terus."

Dia bicara sendiri. Dia mematikan mesin cucinya dan menyelesaikan masakan lebih dulu.

Dia menyajikannya ke meja makan. Di sana sudah ada Chelsea yang marah-marah karena Aurora lama.

Selesai dari sana. Dia kembali menyelesaikan cuciannya. Setelah itu menjemurnya langsung.

***

Hari sudah petang. Dia mandi dan istirahat di kamar. Makan roti yang dia beli di supermarket ketika jalan pulang tadi, sambil minum susu botol yang dia beli.

Aurora tak henti mengecek ponselnya. Dia berharap segera ada telepon dari kantor itu.

"Tadi mama gak lewat depan rumah." Ujar Arasy kepada daddynya yang baru pulang.

Dia berlari menghampiri Gabriel yang baru datang. "Uh, kasihan. Besok mama berangkat ke kantor. Mau ke kantor setelah sekolah?" Tanya Gabriel mencium kening Arasy.

Arka dan Arthur ikut menyambut papanya yang baru pulang.

"Hai, dua jagoan papa. Nangis ya Arasy sejak tadi?" Tanya Gabriel kepada keduanya. Dia tos dengan keduanya.

"Iya. Nangis."

"Lihat Vidio mama yang dikirim Daddy tadi."

"Emm. Daddy mau mandi. Wait, nonton tv atau mau jalan keluar malam ini. Siapa tahu ketemu mama? Atau mau kirim kue ke rumah mama? Gimana?"

Arasy yang paling senang. Dia setuju. Arasy membiarkan papanya mandi. Dia dan kedua kakaknya yang sudah mandi, menunggu di depan ruang tv. Menunggu papanya selesai mandi.

Tak lama Gabriel keluar. Dia mengusap kepala ketiga anaknya.

"Mau keluar sekarang? Beli kue kesukaan mama?" Tanya Gabriel kepada ketiganya.

Gabriel menyiapkan mobil. Ketiganya masuk ke dalam mobil. Arasy memilih duduk di depan kalau papanya yang menyetir.

"Aku mau beli kue coklat. Mama suka kue coklat kan pa? Yang lumer, pakai keju banyak, ada roti oreonya sama Coconya."

"Iya."

Arasy tak henti mengoceh sepanjang jalan menuju ke tempat itu. Mereka berhenti di toko kue langganan mereka semenjak jadi manusia. Pura-pura menjadi manusia.

Ke empatnya turun dari mobil dan masuk ke toko. Arasy yang memilihkan kue untuk mamanya.

Terpopuler

Comments

Yuli Eka Puji R

Yuli Eka Puji R

klo seorang mah cantik thor klo lebih dr 1 cantik"

2023-05-01

0

Nabila Yuli

Nabila Yuli

akhirnya up juga,ako menunggu loh ka,ako suka sm ceritanya. please up trus y ka...semangat 😊💪

2023-02-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!