AURORA DISERANG

Gabriel memastikan ke luar jendela, dia melihat kesekeliling, tapi tak ada apa pun.

“ke hotel ya,” kata gabriel kepada supirnya yang dia telepon.

Setelah itu dia mematikan ponselnya dan menoleh menatap ketiga anaknya dan istrinya yang sangat bahagia itu.

“Tunggu supir datang bentar, mau sarapan dulu atau gimana?” tanya gabriel duduk di ranjang.

Aurora mengangguk menatap suaminya itu. “yuk berburu, tiba-tiba haus banget sama darah dan pengen makan daging mentah,” kata aurora kepada gabriel.

“No! Tadi aja gak bisa berdiri habis muntah, aku minta kirim ke sini mau? jangan berburu sendiri, selama hamil kamu gak boleh kemana-mana tanpa izin aku atau pengawalan,” gabriel masih merasa ada yang tak beres sejak tadi, seperti ada yang memperhatikan aurora dari luar hotel, dari balik bukit yang jauh dari sana.

“Kenapa?” tanya aurora kepada Gabriel.

“Gak apa-apa, Cuma khawatir aja, ya? Jangan nakal mommynya si kembar?” gabriel melirik ketiga anaknya, dia meminta ketiganya untuk ikut membujuk mamanya.

“Iya mommy, jangan nakal ya?” arasy membujuk aurora. “Kak arasy gak mau mommy dan adik kenapa-napa.” dia mengusap perut aurora.

Aurora mengangguk, “ok deh, karena kak arasy yang minta mommy dan adik, mommy sama adik nurut sama kak arasy,” ujar aurora dengan manis dan lembutnya kepada arasy.

Arasy mengangguk, dia mencium pipinya aurora dan juga perut aurora, “adik pinter, nurut sama kakak.”

Gabriel menelpon orangnya, meminta ke kamar hotel untuk membawakan daging mentah yang aurora minta.

Tok tok ...

Tak lama ada yang mengetuk pintu, gabriel yang membukakannya. Pelayan yang datang, dia membawakan pesanan aurora.

“Itu yang mulia raja,” katanya kepada gabriel.

“Iya, terima kasih.”

Gabriel kembali menutup pintunya, dia membawakan makanannya ke kamar dan memberikannya kepada arasy.

“Ini sayang,”

“Boleh minum soda, pengan pakai soda,” pinta arasy kepada gabriel.

“Boleh, tunggu aku ambilkan,” gabriel mengangguk.

Dia keluar kamar lagi, mau mengambilkan soda, tapi arthur menahan tangan papanya, “biar arthur saja yang ambilkan dad,” katanya kepada gabriel.

“Oh ok.” gabriel tak jadi pergi, dia kembali duduk.

“makasih kak athur,” aurora yang mengatakan itu, nada bicaranya dibuat seperti anak kecil dan manja, dengan wajahnya yang dipasang imut.

“ih, mommy, aneh ih. Aku ke dapur buat ambil minum dulu,” kata arthur kepada aurora.

“kak ikut, mau ambil makanan juga,” ujar arka yang ikut arthur.

“Arasy juga ikut kak, mau makan juga, mau lihat ada makanan apa.”

Arasy ikut ke dua kakak laki-lakinya ke luar kamar. Mereka ke dapur dan mengambil makanan yang mereka inginkan masing-masing.

Aurora baru saja makan satu gigit dagingnya. Baru beberapa detik dia kunyah dan dia telan. Tiba-tiba saja perutnya memberontak. Dia mual.

Aurora yang sedang memegang piring dengan diatasnya ada daging mentah berserta darah segar yang masih menghiasi di atasnya langsung menaruh piringnya ke ranjang. Dia refleks lari ke kamar mandi sambil membungkam mulutnya.

“sayang,” Gabriel panik melihat Aurora, dia segera menyusul ke kamar mandi.

Aurora muntah-muntah lagi, gabriel di belakang memijat tengkuk belakang lehernya. Sampai mengusap punggung aurura.

Dia tak henti muntah. Sampai ketiga anaknya kembali ke kamar.

“Mom, ini minumannya,” Arthur yang membawakannya.

“Mommy,” ketiganya kaget mendengar mommynya muntah-muntah di kamar mandi. Mereka langsung menghampiri sang mama.

Ketiganya hanya bisa berdiri di depan pintu kamar mandi, diam khawatir melihat mamanya di dalam kamar mandi.

Sampai aurura selesai muntah. Gabriel mengambilkan tisu untuk sang istri. Aurora mengelap bibirnya.

“Mommy sakit ya?” tanya Arasy.

Aurora mengggeleng, dia berpegangan tangan Gabriel dengan erat.

“bisa jalan? Lemes ya? Mau aku gendong aja?” tanya Gabriel bersiap menggendong Aurora.

Dia menggeleng, “dituntun aja,” pintanya. Gabriel mengangguk.

Dia pun mengandeng dan memapah Aurora sampai ke ranjang. Duduk dan bersandar di ranjang. Aurora menutup hidungnya, memencet hidungnya.

“Sayang, bisa minta tolong singkirkan dagingnya, buang jauh-jauh, bau banget, gak enak, nyengak, bikin mual.”

“loh?”

Ke empatnya bingung. Tapi mereka langsung menyingkirkan itu. Gabriel yang membuangnya sampai ke luar kamar hotel.

Dia sampai meminta orang membawanya. Ada pelayan yang kebetulan lewat. Gabriel kembali ke dalam setelahnya.

“sayang, supir sudah sampai gimana?” tadi pelayan itu juga memberitahu, katanya ponsel gabriel tak bisa dihubungi, dia kirim pesan juga belum dibaca.

Gabriel belum sempat membuka ponselnya.

“aku gendong aja ya kebawah, kan jauh.” Gabriel sudah mau menggedong Aurora.

“malu, jangan ahh.” Aurora malah menolaknya.

“Sudah mommy, mommy lagi sakit aja nakal.”

“tuh kata anaknya.”

Arasy yang memarahi Aurora. Aurora pun akhirnya mengangguk. Gabriel membopong tubuh Aurora. Tangan Aurora melingkar di leher gabriel.

Ketiganya ikut mama dan papanya keluar dari kamar hotel itu. Mereka masuk ke dalam lift dan menuju ke lobi bawah.

Arthur yang memencetkan tombol lift menggantikan papanya karena papanya sedang menggendong mama mereka.

Rak lama lifrnya berhenti, pintu liftnya terbuka. Ke limanya bergegaslah ke depan hotel. Sudah ada mobil di depan.

“yang mulia, ratu kenapa?” tanya om supir itu.

Dia sudah menunggu di luar mobil sejak tadi. Arthur duduk di depan di sebelah supir. Di belakang ada Arka dan arasy, di belakangnya ada gabriel dan Aurora. Dia menyandarkan kepalanya di dada sang suami.

“mau ke dokter, yang mulia raja dan ratu?”

“enggak om. Mama gak sakit kok om.”

“adik kita diperut mama, makannya mommy gitu.”

Arasy dan Arka yang menjelaskannya om supir.

“selamat ya raja, ratu, selamat juga untuk para pangeran dan putri werewolf, kalian akan punya adik.”

“iya om. Kita seneng banget.”

Sisa perjalanan, Aurora hanya diam saja bersabda di badan Gabriel. Dia malah semakin lemas.

“bagus, dengan begitu akan gampang menyerang mereka.”

Laki-laki yang anak buah kembaran Gabriel itu mengamati mereka yang naik mobil.

“Mau, lihat apa?”

Sampai Chelsea selesai. Dia kembali dengan membawa paha nentah yang di makan. Dia menunjukkannya kepada Chelsea.

Chelsea senang sekali melihat itu, dia melihat dari kejauhan sama.

Gabrike membantu Aurora untuk istirahat dulu di kamar. Aurora tidur dan rebahan di sana.

Mereka hanya menunggu sebenarnya, tapi chelsea hilang kendali, langsung mendatangi Aurora.

“chalsea, kamu juga.” Dia kaget melihat Chelsea tabg nama perempuan itu.

Dia melotot mengeram dideoan chelese.

“Chelsea taring kamu, kamu jadi?”

“iya buskan. Dan aku mau menghabiso kamu.”

Brak!

Dengan keras pintu kamar Ditutup oleh laki-laki itu. Aurora takut melihat keduanya. Dia memeluk perutnya. Seakan melindungi yang di sana.

“Sayang, gabriel!”

Aurora langsung teriak keras memanggil Gabriel. Gabriel dan ketiga anaknya cepat-cepat kembali.

“Mommy.”

Mereka ingin membuka pintu kmaarnya, tapi tak bisa.

“sayang, ada apa?” gabriel menggendor pintu.

Terpopuler

Comments

Nabila Yuli

Nabila Yuli

makin seruuuuu aja....

2023-02-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!