"Wahh .. Asikk ya,Mas. Pemandangan dari atas sini terasa indah." Pekik Barbara dengan girang merentangkan kedua tangan-nya. Menikmati hembusan angin menerpa diri-nya. Merasakan-nya dalam keadaan bersama orang yang sudah membuatnya bahagia kini.
Grep. Demian pun langsung memeluk Barbara dari belakang. Menyandarkan kepala-nya di bahu sang istri. Dia bisa menghirup aroma favorit-nya selama dua bulan ini. Aroma lily dan aroma shampo sang istri yang melekat di rambut merah-nya kini.
"Kamu suka, Sayang?." tanya Demian dengan suara seraknya.
Barbara mengangguk mantap. Membalas pelukan suami-nya dengan menyandarkan tubuh-nya ke dada bidang suami-nya,yang kini tetap posisi memeluk dia dari belakang.
"Aku bahagia Mas.. Aku suka ini." kata Barbara dengan membalikk-kan badan menghadap ke arah sang suami.
"Kamu sangat handal, Mas. Mengontrol balon udara ini. Aku beruntung deh, punya suami yang multitalent." sambungnya.
Demian membingkai wajah istri-nya. Wajah yang selalu menyapa disaat bangun tidur dan setiap waktu. Demian menarik dagu sang istri.
Cup!. Di kecup-lah b1bir sang istri seperti buah ceri itu.
Semakin dalam semakin menuntut. Barbara pun membalas cium@n suaminya itu. ******* dan saling bertukar saliva ,yang kini sedang berada di udara. Di dalam kantung anyam balon udara,mereka menikmati kemesraan dengan penuh bahagia.
.
.
🔹Di sudut yang berbeda🔹
"Fotoin Mommy ayo!. Kamu dari sana." Titah Mommy Zahira dengan menggebu-nggebu. Menunjuk sang anak dengan kamera iPhone yang ada di tangan-nya. Menyuruh Daren memfoto dirinya berpose ala-ala Cappadocia.
"CK,CK. Mommy ini,seperti anak muda saja. Sudah sepuh mending duduk deh sama Daddy. Tidak usah foto-foto gini." Kata Daren dengan bibir mencebik.
Daddy yang Daren sebut. Hanya menatap datar ke arah sang istri yang baginya, sosok Zahira adalah wanita yang mengagumkan sedari dulu.
"Kamu itu!. Kamu mau Mommy bilang Salsa,jika kamu tidak jadi menikah dengannya." Ancam Mommy Zahira.
"Ti-tidak Mom. Jangan lakukan itu!. Baik lah. Mommy berpose sesuka Mommy." Pasrah Daren saat Mommy-nya mengancam dengan menyebut nama calon istrinya itu.
'Salsa. Tetap jadi yang terbaik buat,ku. Tunggu bulan depan . Aku menikahi,mu.' Bathin Daren.
Daddy Varro hanya tersenyum tipis. Mendengar sang istri melontarkan kata keramat. Kata yang merujuk pada ancaman itu. Varro tau kalau itu hanya gurauan saja. Daddy Varro bahagia, merasa hangat dan sempurna dengan pandangan yang ada di depannya kini.
.
.
Sementara di sudut lain. Diego dan Luna sedang menatap makanan yang disediakan untuk turis dengan fasilitas VVIP itu. Makanan khas Turkey,jajanan khas Turkey yang memeng menggugah selera.
Lidah mereka berdua menjilati bibir bawah mereka sendiri, masing-masing.
Serasa air liur akan menetes tiba-tiba jika tidak di komando.
"Kak Diego,ini enak . Itu juga." Tunjuk Luna dengan makanan yang ada meja panjang itu. Ada manti, kebab, dondurma, baklava, kumpit , simit, kofte, monemen dan masih banyak lagi.
"Iya ni,Non. Tapi saya mau kebab aja deh. Yang lain seperti asing bagi saya." sahut Diego dengan mengambil dua kebab daging ia taruh di atas piring.
"Jangan panggil saya 'non', Kakak. Biasa,kan panggil nama atau apa kek." protes Luna dengan ketus.
"Saya takut,takut jika saya tidak sopan dengan memanggil nama saja. Nona. Nona adalah adik dari Bos saya." Tukas Diego dengan mendaratkan bok©ngnya ke kursi rotan ala Cappadocia itu.
Kriet. Bunyi kursi rotan lembut itu. "Pokoknya ubah panggilan nama Kakak ke aku." titah Luna tak mau tau. Semua permintaannya harus dituruti.
Diego yang sudah lama mengabdi dengan keluarga Dominique itu. Memang merasa sangat beruntung. Mereka semua sangat baik dan mengayomi. Peduli dengan kondisi apa yang di alami Diego tentang keadaan keluarganya. Yang hanya berasal dari keluarga menengah kebawah. Ibu yang sakit-sakitan dan Ayah yang sudah meninggal sejak ia kecil,serta satu adik perempuan yang butuh perhatiannya.
"Apakah boleh saya panggil kamu dengan sebutan Adek?." tanya Diego hati-hati dengan menoleh kepada gadis berusia 22tahun disamping-nya itu.
Luna mengangguk sembari memasukan makanan ke dalam mulutnya. "Boleh dong,Kakak Diego." Jawabnya.
"Baiklah,Dek. Dek Luna." Ucap Diego.
"Nah. Begitu dong. Kakak sudah punya pacar belum?." Tanya Luna tiba-tiba.
"Uhuk Uhuk". Diego terbatuk. Dia tersedak dengan makanan yang telah ia kunyah sedari tadi. Mendengar pertanyaan tiba-tiba dari adik Bos,nya itu dia merasa bingung. Harus menjawab apa. Pacar apa,nya. Selama ini ia hanya punya waktu untuk pekerjaan saja. Pergi setiap malam Minggu hanya untuk merefresh pikiran pun,tidak.
Kepergian ia ke Cappadocia juga karena Tuan besarnya lah yang memaksa. Menyuruhnya untuk berlibur.
"Ini minum dulu,Kak." Ucap Luna memberi satu gelas air putih ke asisten kakaknya itu.
Glek!. Satu tarikan nafas. Diego menghabiskan minum yang ia terima dari adik sang bosnya itu. "Terima kasih,Dek." Ucapnya.
Luna tersenyum. Memandang wajah tampan asisten yang sudah ia kenal hampir sepuluh tahun. Saat itu Luna masih kelas enam sekolah dasar. Mengenal Diego adalah hal yang paling menyenangkan saat itu. Diego yang selalu ada dan menemaninya saat ia meminta tolong. Meski sulit karena harus izin dengan sang kakak terlebih dahulu.
Luna menerima uluran tangan Diego saat akan menyerahkan gelas tadi. "Nyes". Jari Diego dan Luna saling bersentuhan,ada aliran listrik yang menjalar ke tubuh kedua-nya.
Tiba-tiba keadaan menjadi hening dan canggung. "Ehmm. Ma-maafkan saya, Dek". Ucap Diego langsung membuang kecanggungan itu.
"Saya tidak sengaja." lanjutnya.
"Tidak apa-apa,Kak. Ayo lanjut makannya. Terus,kita susul Daddy dan Mommy." Seloroh Luna.
"Iya." Balas Diego singkat dengan anggukan kepala.
.
.
.
Barbara dan Demian akhirnya turun dari balon udara yang mengasyikkan itu. Dua hari berada di Cappadocia merasa sangat menyenangkan.
Baru melangkah dua meter dari balon udara yang mendarat tadi.
Tiba-tiba Barbara ambruk. Demian langsung sigap menangkap tubuh sang istri. Demian panik seketika itu juga,ia menepuk-nepuk pipi istrinya. Demian berteriak memanggil sang istri. Panik menyerang.
"Sayang!!. Bangun! . Ya Allah,ada apa dengan istri,ku. SAYANG! . BANGUN!!." teriak Demian yang sudah tidak bisa mengontrol emosinya karena melihat sang istri yang ambruk tiba-tiba.
"TOLONG!. TOLONG ISTRI SAYA!." Teriak Demian dengan menoleh ke arah kerumunan orang yang sama-sama sedang berlibur,menikmati indahnya Cappadocia tersebut.
Orang-orang yang melihat Demian sedang kesusahan diliputi kepanikan itu,pun segera menghampiri pemilik suara.Yang sedang menopang tubu istrinya itu.
"Tuan. Bawa istri anda masuk ke dalam mobil petugas keamanan." Ucap salah seorang wisatawan itu
Tanpa ba-bi-bu. Demian menggendong tubuh Barbara ala bridal style. Berlari kecil menuju mobil yang di tunjuk salah seorang tadi.
Dap. Pintu mobil ditutup dengan keras. Barbara yang belum mau membuka matanya itu. Terus di peluk oleh sang suami tampannya itu. Dengan mata berkaca-kaca. Demian mengusap lembut kepala sang istri. Dikecupnya kening Barbara lama. "Sayang. Kamu kenapa. Apa yang sakit.. Hiks.. Hiks..".
Linangan air mata Demian membahasi pipi sang istri yang masih menutup mata itu.
Supir yang berada di mobil itu pun,ikut menatap haru. Melihat Demian yang memeluk istrinya dengan erat. Merasa melihat keharmonisan yang hangat di depan mata.
"Sizi burada verilen kliniğe götüreceğim, efendim" Kata si Supir menggunakkan bahas Turkey.
(Saya antarkan ke klinik yang disediakan disini ya, Tuan.")
"Tamam. Çok teşekkür ederim, efendim. Rahatsız ettiysem kusura bakmayın." balas Demian dengan sama menggunakkan bahasa Turkey. Demian yang memang menguasai berbagai bahasa itu pun,tak merasa kesulitan berbicara dengan orang luar.
("Baiklah. Terima kasih banyak pak. Maaf,jika saya merepotkan.")
"Sakin olun efendim. Yardımıma ihtiyacı olan ziyaretçilere yardım etmek benim görevim. Umarım karınız bir an önce uyanır ve her zaman sağlıklıdır."
("Santai saja,Tuan. Sudah kewajiban saya membantu pengunjung yang memerlukan bantuan saya. Semoga istri anda cepat sadar dan sehat selalu.")
"Aamiinn.. Dua için teşekkürler." balas Demian.
("Aamiinn.. Terima kasih doanya.")
Demian tersenyum. Dan ia baru sadar jika ia harus menghubungi Mommy dan Daddy-nya.
"Mom.. Kami menuju klinik terdekat, tolong kesini. Barbara pingsan tadi Mom. Aku takut terjadi apa-apa dengannya". Ucap Demian sendu dengan mengakhiri panggilan telepon-nya.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Ruk Mini
hamidun thorr ..semoga👍
2023-11-20
2