Berita sangat cepat menyebar, seperti gelombang tsunami menghantam kota dan membuatnya hancur dalam sekejap mata.
Kini, semua orang sudah tahu. Bahwa Sintia putri bungsu Danrem yang gagal dalam pernikahan nya akan menikah seminggu sebelum kakak nya menikah.
Wah, ini merupakan gosip terpanas saat ini. Banyak yang menduga, jika Sintia mengikuti jejak kakak nya.
Mereka sangat bertanya tanya, apa yang telah terjadi sehingga gadis yang gagal menikah itu tiba-tiba mendadak ingin menikah.
Berbagai asumsi dan pendapat mulai bermunculan, Hingga terdengar di telinga Danrem. Membuat pria baru baya itu semakin merasa marah.
Sudah cukup keluarga nya hancur oleh kegagalan pernikahan putri bungsu nya, di tambah lagi dengan fakta bahwa putri sulung nya hamil di luar nikah oleh calon suami putri bungsu nya.
Entah bagaimana keluarganya selanjutnya, Danrem tidak tahu lagi. Apalagi saat ini, Sintia bersekukuh ingin menikah dengan Verrel. Pria yang Danrem tahu tidak memiliki hati.
Di balik dunia yang sedang membicarakan nya. Sintia tidak memperdulikan nya, dia memilih untuk fokus pada pernikahan nya.
Sintia dan Verrel tengah sibuk melakukan persiapan untuk acara pernikahan nya yang tinggal menghitung hari.
"Bagaimana, apa kedua orang tua mu masih menentang kita?" tanya Verrel. Mereka sedang makan siang di sebuah restauran bintang 5.
Sintia mengangguk pelan, wajah nya lesu. Dia tidak peduli jika mama nya yang menentang. Tapi, dia tidak bisa menerima jika papa nya yang ikut menentang.
Sintia tidak habis pikir, satu satunya Keluarga yang membelanya, satu satunya Keluarga yang bisa bersikap adil pada nya, kini malah menentang apa yang dia inginkan.
"Its oke, semuanya akan baik baik saja. " ucap Verrel mencoba menenangkan.
"Aku hanya tidak mengerti, kamu sangat baik. Bukan hanya kepada ku, tapi kepada semua orang di sekitar mu. Tapi, mengapa papa membenci mu? mengapa dia tidak mau jika aku dan kamu menikah!" ucap Sintia tak habis pikir.
Sedangkan Verrel, dia hanya diam mendengarkan semua Kelu kesah Sintia. Dia tahu, jika wanita di depan nya ini, tidak tahu siapa pria yang akan di nikahinya.
"Aku bingung Verrel, aku tidak bisa memikirkan nya. Papa begitu marah pada ku"
"Apa kamu melawan nya?" tanya Verrel, Sintia langsung menjawabnya cepat.
"Tentu saja aku melawan nya, aku tahu mama dan Sela pasti sudah menghasutnya.
Ohhh Aku merasa seperti anak tiri Sekarang" lenguh Sintia.
Verrel tersenyum, persis seperti yang dia harapkan.
"Bagus Sintia, kamu jangan membiarkan siapapun menindas mu lagi. Biarkan mereka mendapatkan balasan nya. Dan kamu? hidup lah bahagia dengan ku" Verrel menggenggam tangan Sintia, lalu membawanya untuk dia kecup.
"Percayalah pada ku Sintia, meskipun kita ingin membalas dendam, tapi pernikahan ini sangat nyata, aku tidak main main"
Sintia tertegun, dia menatap Verrel yang terlihat sangat tulus.
Sintia juga merasakan jantungnya berdegup sangat cepat, seperti akan meledak saking cepatnya berdetak.
"Apa kamu mempercayai ku Sintia?" tanya Verrel menyadarkan Sintia dari lamunan nya.
"yah, tentu saja aku percaya pada mu"
"Bagus"
Percakapan mereka berhenti sampai di situ, saat seorang pelayan mengantar makanan untuk mereka.
Sintia memilih untuk fokus ke makanan nya, dia berusaha menetralkan emosinya dengan makan sebanyak banyak nya.
Verrel sampai heran, melihat Sintia yang melahap makanan tanpa rasa jaim. Berbeda dengan kebanyakan wanita, kadang mereka menahan diri di depan pasangan mereka. Apalagi baru baru dekat seperti Sintia dan Verrel saat ini.
Di tengah kegiatan mereka melahap makanan, Verrel membuka suara lagi.
"Persiapan pernikahan kita sudah 97% . Hanya tersisa 3 % untuk membuat pernikahan sempurna. Dan sisa itu, adalah bagian kamu" jelas Verrel.
Sintia yang asik makan, mendongak menatap pada Verrel. 97 itu sudah angka yang sempurna bagi Sintia, tapi apa lagi yang harus dia kerjakan.
"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Sintia bingung.
Verrel bergidik bahu, "mengundang kedua orang tua kamu. Pernikahan yang sempurna, adalah ketika kedua orang tua mendampingi putra maupun putri mereka menikah" jelas Verrel.
Raut wajah Sintia langsung berubah, "Itu mustahil"
"Tidak masalah, aku akan membuat mereka hadir" gumam Verrel, yang di sela cepat oleh Sintia.
"Tidak perlu, biarkan mereka yang memutuskan semuanya. " cegah nya.
Verrel mengangguk, dia akan menuruti apa yang Sintia inginkan. Bagi nya, apapun yang Sintia inginkan, akan dia kabulkan.
...----------------...
Setelah penat berpergian bersama Verrel, Sintia pun di antar oleh Verrel pulang. Pria itu tidak mau membiarkan calon istri nya kenapa kenapa, jadi dia harus memastikan calon istri selamat sampai rumah.
"Terimakasih yah"
Sintia berdiri menghadap ke mobil Verrel, melihat pria itu pergi.
"Jangan lupa istirahat yang cukup, jangan banyak pikiran. 2 hari lagi kita akan menikah. Jika seseorang mengganggu mu, maka Hubungi aku"
"Ya ya ya, aku akan mengingat semuanya pak guru. Sekarang segeralah pergi, sebelum aku tertidur di teras ini"
Verrel terkekeh pelan, lalu barulah dia mulai menancap gas mobilnya dan melaju pergi.
"Dasar tuan lebay"
Sintia melangkah masuk, menuju ke kamar nya.
Saat di ruang tamu, Sintia mendapati mama dan kakak nya sedang berbincang dengan W.O pernikahan. Mereka mendiskusikan soal tema yang akan Sela gunakan.
Di sana juga ada Rendi, dia terlihat menempel dengan Sela.
Sintia berjalan lurus, dia terlihat tidak tertarik untuk bergabung. Namun, tiba-tiba suara Rendi menghentikan langkah nya.
"Sintia!"
Gadis itu berhenti, kemudian berbalik menatap pria yang seharusnya sudah menjadi suaminya. Namun, Sintia tetap bersyukur, pria yang tidak bisa menjaga dirinya dari godaan wanita kain, tidak ada gunanya.
"Ada apa lagi?" tanya Sintia ketus.
"Kamu masih marah? aku kan sudah minta maaf. Apa kamu tidak menerima permintaan maaf ku?"
Sintia membuang muka, dia sudah malas berhadapan dengan pria seperti Rendi.
"Sebaiknya kamu fokus dengan pernikahan mu, berhenti menemui aku, karena aku dan kamu tidak ada hubungan lagi!" tegas Sintia.
Rendi terlihat tidak terima, dia menarik tangan Sintia dan menyeret gadis itu ke taman belakang.
"Kamu apa apaan sih!" Sintia menepis tangan Rendi, menatap pria itu dengan tatapan marah.
"Kamu yang apa apaan, mengapa kamu memilih pria yang tidak baik, jika sakit hati, kamu tidak perlu melakukan hal sebesar ini Sintia!"
Sintia menatap Rendi heran, dia tidak habis pikir. bagaimana mungkin pria yang sudah tega menghancurkan hidupnya, kini malah berbicara seolah dia peduli.
"Waw, kemarin kau menghancurkan aku. Sekarang, kau bersikap seolah kau peduli. Hebat.
Kamu memang hebat Rendi. Aku menyesal pernah mencintai mu. Aku marah pada diriku, bisa bisanya aku percaya dengan pria seperti mu!"
"Kamu, bajingan yang paling hina!" ucap Sintia dengan menekan setiap kata yang dia ucapkan.
Plak!
Rendi tidak suka mendengar makian yang Sintia lontarkan, sehingga dia terbawa emosi dan melayangkan satu tamparan pada gadis itu.
"Apa yang kau lakukan bajingan!!!" Teriak seseorang dari arah belakang Rendi. Membuat keduanya terkejut dan langsung menoleh.
Siapakah dia??? yuk komen di bawah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Mma Aldi
pasti itu varel
2023-03-18
0