Seperti yang sudah Verrel janjikan, dia mengantar Sintia dengan selamat pulang ke rumah nya.
Sintia menawarkan pada Verrel untuk mampir di rumah nya, namun karena pria itu memiliki urusan yang penting, dia menolak undangan kekasih nya itu.
"Hati hati yah"
Verrel tersenyum, dia menahan tangan Sintia yang ingin membuka jas nya.
"Tidak apa apa, kamu pakai saja"
"Tapi kami ada pertemuan, masa tidak memakai jas" balas Sintia.
"Kamu tidak perlu khawatir,pakai jas atau pun tidak, mereka tidak akan bisa berbuat apa apa pada ku" ucap Verrel penuh percaya diri.
Sintia memutar matanya, mendengar kepercayaan diri pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya.
"Yayaya...Tidak akan ada yang berani menyanggah mu, ayo sekarang pergilah, sebelum orang merasa kesal menunggu mu"
Sintia mendorong Verrel ke mobil, agar pria itu segera pergi. Karena, semakin lama dia berada di dekat pria ini, maka semakin tidak beraturan pula detak jantung nya.
Apa dia sudah jatuh cinta pada Verrel??
Oh tidak secepat itu, Sintia merasa perasaan nya seperti ini karena dirinya belum pernah mendapatkan perhatian seperti yang Verrel berikan padanya.
Deg.
Sintia terkejut merasakan pelukan hangat dari Verrel yang secara tiba-tiba.
"Verrel!" Desis nya.
"Apapun yang akan terjadi, kamu akan tetap menjadi milik ku, percayalah pada ku. Mereka tidak akan menindas mu lagi." Bisik nya.
Sintia membalas pelukan Verrel, meskipun sedikit janggal, namun Sintia tetap berusaha untuk berpikir positif, dia tidak mau salah mengartikan semua ini.
Balas dendam, yah itulah yang membuat mereka bersama, tidak karena hal yang lain.
"Apapun yang mereka katakan, kamu lawan saja. Jangan mau di tindas, jika kamu takut, panggil aku! Mengerti?"
Sintia mengangguk, dia mengurai pelukan Verrel di tubuhnya, lalu mendorong pria itu agar segera masuk ke dalam mobil.
"Bye..." Seru Sintia melambaikan tangan, senyum manis tak lepas dari bibir nya.
"Apapun ini, meskipun terlalu singkat. Seperti nya aku merasa nyaman bersama mu" batin Sintia. Dia masih memperhatikan mobil Verrel yang semakin menjauh.
Tanpa Sintia dan Verrel tahu, Sela menyaksikan segala nya. Dia merasa marah dan cemburu.
Dulu, pria itu sangat miskin dan sekarang sudah kaya, malah bersama sang adik.
"Aku tidak bisa menerima ini, aku tidak bisa membiarkan Sintia menerima keindahan yang dulu aku rintis bersama Verrel!"gumam Sela penuh kebencian, dia akan memikirkan rencana untuk mengacaukan pernikahan adik nya.
Sintia masuk ke dalam rumah, dia berjalan santai mengabaikan tatapan dari beberapa pegawai di rumah nya.
"Dari mana saja kamu?"
Suara bariton yang terdengar nyaring di telinga Sintia membuat dia menghentikan langkahnya.
Danrem meneliti penampilan putrinya, mata nya menajam saat melihat jas hitam milik seorang pria yang di tebak, itu milik Verrel.
"Pulang kencan" jawab nya acuh, kemudian melanjutkan langkah nya.
"Sintia, papa mama ngomong sama kamu"
"Tidak ada yang perlu di bicarakan lagi"
Sintia terus menaiki anak tangga, mengabaikan teriakan papa nya yang terus memanggil namanya.
Blam.
Pintu kamar tertutup dengan hempasan kuat, tak lupa gadis itu juga langsung mengunci nya. Agar tidak ada yang bisa masuk ke dalam kamar nya.
Di depan cermin, Sintia menatap pantulan dirinya. "Cantik" hanya satu kata itu yang keluar dari mulutnya.
Sintia melihat jas hitam milik Verrel, dia memeluk nya erat, seakan sedang memeluk pria itu.
"Apa dia bersungguh sungguh?"gumam nya. Pikiran Sintia melayang pada pembicaraan nya dengan Verrel di cafe pinggiran tebing tadi.
Dengan jelas pria itu ingin menjadikan dirinya sebagai wanita nya. Yah, walaupun tanpa cinta.
"Huaaaahhh...Melelahkan sekali" lenguh Sintia sembari merenggangkan otot otot tubuhnya. Setelah itu, gadis cantik itu memutuskan untuk membersihkan diri.
Sedangkan di ruang tamu, Sela melihat papa nya melampiaskan amarahnya dengan memukul mukul bantal sofa.
"Papa. Ada apa?"
Sela duduk di samping papa nya, mengusap lengan papa nya sebagai tanda simpatinya.
"Apa papa bertengkar dengan Sintia lagi?"
Danrem menggeleng.
"Lalu, kenapa papa terlihat marah?"tanya Sela penasaran, meskipun dia sudah tahu apa yang terjadi, dia hanya ingin papa nya menceritakan langsung padanya.
"Dia semakin keras kepala, papa ingin berbicara dengan nya, tapi dia tidak mau! Bahkan dia mengabaikan panggilan ku!"
"Dia memang sudah berubah pa, dia pasti termakan hasutan pria itu. Papa ingat, bagaimana sombong nya pria itu" balas Sela.
Bukan nya membuat masalah segera selesai, gadis itu malah membuat masalah semakin rumit. Hati Danrem semakin marah pada Sintia.
"Karena itulah, papa tidak ingin adik mu terjerumus dengan pria itu. Dia itu sangat kejam, papa tidak yakin jika dia mendekati adik mu tanpa maksud" danrem menggeram, menahan amarah yang seakan meletup letup di ubun ubun.
Melawan Verrel tidak lah mudah, tidak ada satupun yang bisa melawan nya. Seluruh dunia tahu, betapa gilanya mafia licik itu.
"Memangnya dia itu siapa pa, mengapa papa begitu benci dengan nya?" tanya Sela, dia berusaha memancing papa nya untuk mengorek informasi tentang Verrel. Sela ingin tahu, mengapa pria itu dulu nya berpura pura miskin bersama nya.
"Kamu tahu, dia itu sangat licik. Semua harus sesuai yang dia inginkan. Bahkan perusahaan kita hampir bangkrut karena dirinya."
"Dia musuh kita, meskipun dia tidak meluluh lantakan bisnis kita hingga ke akarnya. Tapi, bisnis kita tidak bisa berkembang, hanya stuk di situ situ saja. Dia itu bajingan!semua orang membencinya, tapi tidak bisa melawan nya!"
Sela terdiam, mendengarkan semua cerita papa nya. Sekarang, muncul pertanyaan di dalam benak nya.
"Apa tujuan Verrel menerima nya? Mengapa dia berpura-pura miskin kepadanya?"
Sela memeluk lengan papa nya, berpura-pura merasa bersalah atas apa yang terjadi.
"Maafkan aku pa, karena aku semua ini terjadi"lirih nya.
Danrem menggeleng, dia mengusap jemari putri nya. "Tidak nak, ini bukan salah mu"
"Tapi pa, ini salah ku. Karena aku Sintia jadi dekat dengan pria itu"
"Ssttt...Sudah, lebih baik kamu perhatikan kondisi kesehatan mu, Pastika bayi mu juga sehat"
Sela mengangguk, dia semakin memeluk lengan papa nya erat. Dalam hati, dia bertekat untuk merebut kembali Verrel dari genggaman tangan adik nya.
"Ya sudah pa, papa ke kamar gih. Istirahat, tenangkan pikiran papa, biar gak kalut mikirin Sintia" ujar Sela perhatian.
Danrem pun mengangguk pasrah, dia menuruti permintaan putri sulung nya.
Sangat cepat berubah, semua situasi sudah berubah begitu saja. Awal nya Sela yang menghancurkan pernikahan adik nya. Kini malah Sintia yang di salahkan karena dekat dengan pria seperti Verrel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments