Makan malam keluarga, Sintia terlihat tidak bernafsu makan. Dia hanya memain mainkan sendok nya saja.
"Segera lah makan Sintia, tidak baik memain mainkan makanan seperti itu" tegur Danrem.
"Aku sudah kenyang"ucap Sintia hendak beranjak pergi. Namun, Rea menghentikan nya.
"Apa karena gagal menikah, kamu jadi kehilangan sopan santun mu!"
Sintia berbalik, menatap sang mama.
"Malengaoa semua hal harus di kaitkan dengan masalah itu?
Aku gagal menikah ok, aku tidak mempermasalahkan nya. Aku sudah merelakan pria sampah itu pada kakak ku. Lalu, mengapa semua yang aku lakukan selalu di salahkan?"
Sintia mulai hilang kendali, dia sudah lelah menghadapi situasi rumah nya sendiri.
"Sintia!" suara Rea semakin keras.
Brak!
Danrem mulai murka, dia menggebrak meja dengan sangat keras.
"Apa pantas berdebat di depan makanan?" Bentak nya.
Sintia menarik nafas, dia melirik kakak nya yang malah tetap lanjut memakan makanan nya.
Menyadari tatapan adik nya, Sela pun membalas tatapan nya.
"Mengapa menatap ku? Apa kamu ingin menyalahkan aku?"
"Tidak, tentu saja tidak. Karena semua itu tidak ada gunanya.
Kamu sudah membuatkan semua orang. Dan aku tidak akan membuang buang waktu ku untuk hal itu"
"Bagus" balas Sela santai.
"Mama tidak habis pikir, kamu jadi seperti ini. Semakin kurang ajar!" Lirih Rea, matanya menatap nanar pada putri bungsu nya.
"Begitulah, aku memang selalu mengecewakan kalian, dan kakak ku adalah yang paling membanggakan kalian. Seperti merebut calon suami adik nya sendiri!"
"Sintia!" Teriak Danrem dan Rea secara bersamaan.
Sintia tercengang, dia sumringah melihat kekompakan papa dan mama nya dalam meneriaki nya.
"Apa ini yang selama ini mama ajarkan sama kamu? Berbicara sinis dan tajam seperti itu!"
"Kalian tidak mengajarkan aku dmbegini, tapi sikap kalian lah yang membuat aku begini!"balas Sintia. Matanya sudah berkaca kaca, rasa kecewa dan marah bercampur menjadi satu.
"Ma pa, seperti nya. Kita harus segera mencarikan adik suami. Agar sikap nya tidak seperti ini!"
Sintia menoleh, apa yang baru saja kakak nya bicarakan. Mencarikan dirinya suami??
"Tidak perlu! Karena aku sudah memiliki nya. Aku akan menikah!"tegas Sintia.
Rea dan Danrem terbelalak mendengar ucapan putri nya.
"Bagaimana mungkin kamu sudah memiliki calon suami dalam waktu 1 Minggu!" Sela berdiri dan menatap sang adik.
"Kenapa tidak, aku mendapatkan seorang pria yang jauh lebih baik dari pada sampa seperti Rendi!" Sintia berbalik pergi, dia memilih untuk pergi dari ruangan makan , sebelum pertengkaran itu semakin parah.
"Sintia akan menikah?"
"Dengan siapa?"
"Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?"
Sela menggeleng cepat, dia tidak percaya adik nya memiliki seorang yang mau menikahinya.
Gaun. Sela jadi teringat dengan gaun indah yang ia lihat tadi.
Rea kembali duduk di kursi nya, begitu juga dengan Danrem. Mereka tampak sedih melihat perubahan putri bungsu nya.
"Mungkin Sintia terlalu frustasi, aku menyesali semua yang terjadi" lirih Sela berakting.
"Tidak nak, kamu perlu merasa bersalah. Adik mu pasti akan memaklumi semua ini. Dia hanya butuh waktu".
"Iya kan pa?"
Danrem tertegun, kemudian mengangguk pasrah. Sela dan Sintia adalah harta baginya. Namun, tidak lebih berharga putri pertama.
Menurut kepercayaan mereka, putri pertama adalah yang paling membawa keberuntungan. Meskipun putri kedua atau ketiga juga sama, tapi anak sulung lah yang paling mereka perhatikan.
Sedangkan di dalam kamar nya, Sintia memukul mukul kepalanya. Betapa bodoh dirinya mengatakan bahwa dia telah memiliki seorang calon suami.
"Lihat lah Sintia! Karena perbuatan mu. Kau dalam masalah besar.
Siapa yang mau menjadi suami mu? Bahkan mereka hanya menginginkan wanita yang **** seperti kakak mu!"
Dia terus menggerutu sendiri, merutuki kebodohan yang baru saja dia buat.
"Arrgggg Sintia , kau memang bodoh!"
Sintia mengerang frustasi, bergolek golek di atas tempat tidurnya.
Drrrttt....
Sintia berhenti, dia mengangkat kepalanya untuk melihat kearah nakas. Dimana di sana ponselnya tengah tergeletak dengan layar yang menyala.
"Siapa yang mengirimi ku pesan?"
Sintia meraih ponsel nya, melihat siapa yang mengirimi nya pesan.
Verrel?
Sintia dengan cepat membuka pesan WhatsApp yang dikirimkan oleh pria yang dia temui tadi, pria yang mengirimnya hadia berubah gaun yang indah.
08xxxx
Apa kau suka gaun nya? Jika ya, maka datang lah ke resort a untuk berbicara dengan ku. Aku tunggu jam 8 malam.
Sintia membaca kata demi kata pesan yang Verrel kirimkan. Dia mulai bimbang, antara pergi atau tidak menemui pria itu.
"Bodo ah"
Sintia bersiap, dia mengambil gaun pemberian Verrel. Kemudian memakainya. Dia akan pergi menemui Verrel, tawaran pria itu sangat berguna bagi nya.
Setelah bersiap, Sintia langsung pergi ke resort yang Verrel katakan. Dia melewati ruang tengah rumah nya begitu saja. Mengabaikan kakak nya tengah menatapnya penasaran.
Sintia mengendarai mobil sendiri, bergerak dengan cepat dan melaju pergi.
"Kemana gadis itu?" gumam Sela menatap penasaran kepergian adik nya.
"Apa dia ingin menemui pria yang dia sebut, sebagai calon suami nya?" Sela tersenyum, ini akan baik jika adik nya memiliki seorang pria yang akan menikahinya.
Jadi, dia akan sangat mudah mengejek sang adik. "Kita lihat saja, siapa laki laki yang mau dengan mu. Gadis cupu dan kaku!"
Sintia tiba di sebuah resort, dia tidak terkejut dengan penampilan mewah resort ini. Karena Sintia sudah sering melihat hal hal yang berbau wah.
Baru saja masuk ke dalam resort, tiba-tiba seorang pelayan datang menghampiri dirinya.
"Selamat malam nona, apa anda Sintia?"
"Ya, saya Sintia"
"Kalau begitu, mati ikut saya. Tuan Verrel telah menunggu anda"
Sintia mengangguk pelan, dia mengikuti pelayan laki laki tersebut.
pelayan menuntun Sintia, menuju ke ruangan VIP.
"Silahkan nona, tuan telah menunggu anda di dalam"
Verrel berdiri, dia tersenyum melihat gadis yang sejak tadi dia tunggu ada di hadapan nya.
Verrel menarik kursi, mempersilahkan gadis cantik itu duduk.
Sintia jadi salah tingkah, ini pertama kali nya dia di perlakukan sangat baik oleh seorang pria.
"Terimakasih" lirih nya.
Sintia terkesan, selama dia berpacaran dengan Rendi. Pria itu tidak semanis Verrel. Bahkan, ketika ulang tahun nya saja Sintia akan memilih kado nya sendiri. Verrel hanya membayarnya sebagai tanda dia yang memberi kado.
"Aku tidak menyangka, akhirnya kamu datang menemui ku!"
"Sudahlah, cepat katakan. apa yang mau kamu bicarakan!"
"Ops ops...Jangan terlalu terburu buru sayang. Mari kita nikmati dulu hidangan lezat di resort ini"
Hufff Haa...
Sintia hanya bisa menarik nafas dalam, kemudian menghembuskan nya secara perlahan. Menghadapi pria ini tidak lah semudah yang dia pikirkan. Jadi, Sintia harus lebih berhati hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments