Sintia menikmati teh manis nya, dia menatap Verrel yang terlihat lahap menyantap sup ayam nya.
"Apa seenak itu?" tanya Sintia penasaran.
Verrel menghentikan pergerakan nya, dia menatap Sintia yang menatap kearah ayam nya.
"Coba lah, setelah itu putuskan kamu ingin memesan nya atau tidak"
Sintia menggeleng, dia tidak suka daging ayam di buat sup. Dia hanya suka goreng ayam, dan rendang ayam sja.
"Ya sudah, aku saja yang makan" ujar nya acuh.
Setelah selesai dengan makanan nya, Verrel menyuruh pelayan untuk membereskan meja mereka.
Gadis itu tersenyum dan garang ketika menatap Sintia. Membuat Sintia sedikit tergelitik untuk mengerjai nya.
"Nona, berhentilah mengedipkan mata mu pada calon suami ku. Itu mengganggu ku" ujar Sintia, membuat pelayan dan Verrel terkejut.
Pria itu tersenyum, dia tidak menyangka kata kata itu akan keluar dari bibir gadis anggun dan kaku seperti Sintia.
"What?" serga pelayan tidak percaya.
"Beb, jelaskan padanya" seru Sintia manja pada Verrel.
"Umm Dia benar, kami akan segera menikah" ucap Verrel membenarkan perkataan Sintia, mata nya menatap wajah cantik Sintia yang terlihat berbeda dengan biasanya.
Pelayan itu cemberut, dia semakin menatap tajam pada Sintia. Setelah menyelesaikan tugas nya, pelayan itu pun langsung pergi.
"Waw, aku tidak menyangka bisa melihat Nona muda Rafs bisa seperti itu!"
"Kenapa tidak bisa? balas Sintia.
Verrel mengangguk, dia tersenyum senang melihat perubahan diri calon istri nya.
"Jadi, apa yang i gin kamu bicarakan sayang?" tanya Verrel dengan ekspresi serius.
Seketika itu, raut wajah Sintia langsung berubah. Dia memperbaiki posisi duduk nya menatap Verrel lekat.
"Begini tuan Verrel Eldor. Terlepas dari siapa kamu, aku tidak peduli. Aku hanya ingi membuat sebuah kesepakatan dengan mu!"
"Aku ingin kita menikah, sesuai yang kamu mau."
"Kamu juga mau"sela Verrel.
"Yah, maksud ku juga begitu." decak nya memutar mata malas.
"Lanjutkan" seru Verrel
"Aku ingin membuat kesepakatan dengan mu,setelah kita menikah dan kamu membuat ku keluar dari rumah laknat itu, kita akan menyelesaikan pernikahan kita" jelas Sintia.
"Maksud mu?"
"Begini tuan Verrel Eldor. -"
ucapan Sintia terhenti,karena Verrel menyela nya.
"Berhenti menyebut nama lengkap ku, panggil aku Verrel atau beb seperti ya g kamu lakukan tadi!"
Huff...
"Ok Verrel, jadi intinya pernikahan kita hanya sementara " lanjut Sintia.
Verrel terdiam, dia tidak setuju dengan kesepakatan yang Sintia tawarkan.
"Aku sedikit kecewa nona Rafs,dari kepribadian mu yang aku ketahui, kau mengecewakan aku karena keputusan ini!" lirih Verrel dengan nada kecewa.
"Pernikahan bukan lah hal yang sepele, aku tidak pernah berniat menikah beberapa kali dalam seumur hidup ku Sintia. "
"Maksud mu?"
Verrel mengangkat tangan nya ke bibir, membuat Sintia langsung menutup mulutnya sendiri.
"Biarkan aku menyelesaikan ucapan ku!" peringat nya penuh penekanan.
Sintia terkejut, baru kali ini dia merasakan aurah intimidasi mencuat dari tubuh Verrel.
"Aku tidak percaya cinta, aku juga lelah bermain dengan banyak wanita. Tapi, aku butuh keturunan. So, selain untuk membalas dendam pada kakak mu, aku ingin kamu jadi wanita Ki,menjadi ibu dari anak anak ku!"
Mata Sintia terbelalak, kini dia yang di buat terkejut oleh Verrel.
"Maksud anda, kita menikah untuk selama nya?"
"tepat sekali. Sejak aku mengantar mu pulang semalam, maka sejak saat itu kau menjadi milik ku! tidak ada seorang pun yang bisa menghalangi ku untuk mendapatkan mu!"
Plak.
Tiba-tiba saja Sintia menampar pelan wajah Verrel. Membuat pria itu memejamkan matanya untuk sejenak.
Pria ini sedang serius, dan wanita ini dengan seenak nya menampar pipi nya meski pun pelan. Bahkan saat ini dia tertawa.
"Bahahaha.....Tuan, wajah anda sangat lucu. Aku tidak menyangka ekspresi mu begitu lucu"
Verrel menatap Sintia, pertama kali seseorang berani melakukan hal ini ketika dia sedang berbicara, bahkan dalam kondisi serius.
Verrel tidak merasa marah, kedua sudut bibir nya tertarik keatas, membentuk sebuah lengkungan.
"Ops, maaf. Lanjutkan ucapan mu, aku tidak akan tertawa lagi"
"Tidak, lanjut kan saja tawa mu"
"Kenapa?" kening Sintia mengerut, "Apa kamu marah pada ku? aku tidak mengejek mu, aku hanya merasa lucu melihat tampang serius mu tadi" jelas Sintia.
"Tidak masalah, lanjutkan saja. Aku juga suka melihat kamu tertawa seperti itu"
Verrel menyeduh teh nya, terasa manis dan pas. Apalagi meminumnya sambil melihat wajah manis Sintia.
"Kau membuat aku menjadi gugup" gumam Sintia menunduk malu.
"Itu juga aku suka, semua yang ada di dalam diri mu, aku suka!"
Jleb.
Sintia mendongak, menatap ke manik mata Verrel yang juga menatap kearah nya.
"Oh God, mengapa jantung ku berdetak dengan sangat cepat???" pekik Sintia di dalam hatinya.
"Jadi, apa yang harus kita lakukan? oh tidak, pertama kita harus menentukan tangga pernikahan terlebih dulu"
"Hei..aku bahkan belum memutuskan soal pernikahan jadi atau tidak " sanggah Sintia.
"Aku tidak meminta persetujuan mu Sintia, Karena kau sudah menjadi milik ku"
"Tapi, tetap.."
Jari Verrel dengan cepat menempel ke bibir Sintia, menghentikan kalimat gadis itu.
"Sttt.... Aku sudah katakan pada mu tadi, sebelum kamu menampar ku dan sebelum kamu tertawa tadi.
Ok baik lah, aku akan mengulangnya sekali lagi. Dan tolong ingat baik baik!"
"Kau adalah milik ku, apapun yang terjadi kau tetap milik ku. Tidak akan ada satu orang pun yang bisa mengambil mu dari ku!"
"Paham?" tanya Verrel dengan sorot mata intimidasi.
Tanpa bisa menjawab apa apa, Sintia hanya bisa mengangguk. Dia seakan terhipnotis oleh tatapan mata Verrel.
"Good girl, Sekarang kita akan membicarakan kapan kita menikah"
Sintia tersadar, dia mulai mengingat kapan kakak nya menikah, karena dia ingin menikah sebelum kakak nya menikah.
"Kakak ku menikah 3 Minggu lagi, maka aku ingin menikah 1 Minggu sebelum nya!"
"Ok baiklah, kita akan menikah tanggal 15 depan" putus Verrel.
"Baik" balas Sintia.
Verrel melirik jam tangan nya, sekarang jam menunjukkan pukul 5 sore. Tanpa di sadari mereka sudah 2 jam berada di sana.
"Baiklah calon istri ku, kita harus segera pulang. Kamu butuh istirahat untuk mempersiapkan segala sesuatu tentang pernikahan kita mulai besok" Verrel menggenggam tangan Sintia, terasa hangat dan mengalir ke hati Sintia.
"Mengapa orang ini yang membuat hati ku terasa damai? mengapa kakak ku mengkhianati orang sebaik dia, mengapa juga papa membenci nya?" batin Sintia. Berbagai teka teki bermunculan di benak nya. Sintia merasa sangat pusing, namun dia berusaha untuk tetap tenang. Hidup nya harus berjalan sesuai dengan keinginannya tanpa ada nya tekanan.
"Aku ingin hidup tenang, damai dan bahagia." lirih nya lagi dalam hati.
"Ayo kita pulang"
Sintia mengangguk, dia mengikuti Verrel yang mengandeng tangan nya menuju ke mobil. Pria itu juga membukakan pintu untuk dirinya.
Sangat manis, Sintia merasa Verrel adalah pria impian nya, seperti pangeran tanpa kuda, melainkan pakai BMW.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments