Ceklek.
Suara pintu terbuka, kemudian tertutup kembali terdengar di telinga Sintia. Namun, dia terlihat enggan untuk melihatnya, atau sekedar melirik untuk melihat siapa yang masuk.
"Sintia, apa kamu baik baik saja?"
Suara lembut masuk ke dalam Indra pendengaran nya, Sintia tahu jika suara itu adalah suara mama nya. Wanita yang telah melahirkan nya, dan juga telah menyakitinya dengan memberikan tamparan keras.
Rea duduk di samping putrinya, meraih jemarinya, lalu menggenggam erat.
"Maaf, jika tadi mama menampar mu. Mama tidak bermaksud tidak adil Sintia." Lirih Rea menyesali perbuatan nya.
"Mama emosi, mama tidak suka melihat kamu kurang ajar pada kakak mu!"
Sintia tertawa getir, mama nya marah ketika dia kurang ajar kepada sang kakak. Lalu, bagaimana dengan kasus kakak nya yang melakukan hal yang tidak pantas denga calon suaminya.
"Sintia, mama tahu ini tidak adil pada mu. Mama tahu semua ini salah, kakak kamu memang melakukan kesalahan. Mama sangat marah dan kecewa pada nya. Tapi nak-"
Sintia menarik nafas, dia sudah tahu kelanjutan ucapan mama nya. Dia tidak perlu mendengarkan nya.
"Sudah ma. Lakukan saja yang terbaik, aku akan membatalkan pernikahan ku!"lirih Sintia memotong ucapan mama nya.
"Tidak hanya itu nak, kamu harus memaafkan kakak kamu. Walau bagaimanapun dia tetap kakak kamu, ada bayi yang tidak berdosa di dalam perut nya. Kamu harus mengalah yah"
Seperti yang sudah Sintia ketahui, tugas nya selalu seperti itu. Mengalah dan memaafkan setiap kali kakak nya melakukan sebuah kesalahan pada dirinya.
Entah itu wajar atau tidak wajar, tetap sama. Sintia harus memaafkan dan mengalah. Itulah yang selalu di tegaskan oleh kedua orang tua nya. Alasan di balik semua itu, adalah karena dia seorang adik.
Tidakkah menurut kalian ini sudah keterlaluan? Tidak kah semua ini terbalik? Harusnya yang tua lah yang mengalah kepada adik nya. Setidaknya kedua orang tua mereka adil dalam berperilaku pada anak anak nya. Bukan malah mengutamakan yang lebih tua.
"Ma, tidak bisakah sekali ini saja mama lebih memperhatikan aku? Aku juga anak mama. Aku hancur ma, aku jauh lebih hancur dari pada wanita ****** itu"
"Sintia!!"Rea mengeraskan suaranya.
"Mama sudah bilang, kamu tidak boleh bersikap seperti itu terhadap kakak mu. Dia itu kakak mu!"
"Aku tahu dia kakak ku, tapi apakah dia juga tahu, jika aku adalah adik nya? Tidak bisa kah dia memikirkan sedikit saja perasaan ku? Atau dia bisa memandang nama baik keluarga kita!" bantah Sintia.
Sejak kecil, baru kali ini Sintia berani membantah mama nya. Seumur hidup dia tidak pernah melawan, meskipun hatinya sakit karena ketidak adilan Keluarga nya.
"Tidak bisakah kamu memperhatikan nama baik keluarga? Apa kata orang jika nanti kakak kamu melahirkan tanpa seorang suami? Bagaimana perasaan anak nya jika dia tahu suami mu adalah ayah nya!"
Sela! Sela!! Dan sela, selalu perasaan nya yang selalu di perhatikan.
"Tidak kah kalian juga memikirkan aku? Bagaimana perasaan ku nanti ketika orang orang mengolok ku gagal menikah? Tidak kah kalian memikirkan nya?" Lirih nya terisak.
Sintia menunduk di hadapan mama nya, dia tidak tahu lagi harus melakukan apa.
Melihat kerapuhan putri bungsu nya, Rea pun memeluk nya erat. Seperti yang di harapkan oleh Sintia sejak awal.
"Maafkan mama nak, maaf. Mama sudah mengacaukan hidup mu. Tapi kita tidak bisa melakukan apapun lagi. Semuanya sudah terjadi, kamu harus sabar yah, pasti ada hikma di balik semua ini"
Sintia tidak mendengarkan lagi, dia terus menangis meluapkan emosinya. Hingga setelah beberapa menit, dia pun menyudahi tangisan nya.
Sintia beranjak dari ranjangnya, menatap wanita yang selama ini sudah dia anggap melebih dewa.
"Turun lah ma, katakan pada keluarga Rendi, aku membatalkan pernikahan ini"
Mendengar penuturan putri bungsunya, Rea langsung tersenyum. Dia bangkit, lalu memeluknya erat.
"Terimakasih nak, terimakasih karena kamu tidak egois!"
Jleb.
Bagaimana mungkin mama nya bisa berkata seperti itu. Bagaimana mungkin dia di katakan egois. Sedangkan yang egois itu adalah kakak nya. Kakak nya yang telah berselingkuh dengan calon suaminya sendiri.
"Kalau begitu, mama turun dulu. Mama akan memberitahu semua orang tentang kebaikan mu"
Sintia menatap kepergian mama nya, dunianya hancur. Dalam sekejap mama nya langsung terlihat bahagia, walaupun itu menghancurkan hidup putri bungsu nya.
"Sebegitu tidak pentingkah aku bagi kalian? Sampai hati ku hancur kalian tidak peduli" lirih nya.
Di ruang tamu, seluruh keluarga menunggu kedatangan Rea. Apa keputusan Sintia, apa dia ingin melanjutkan pernikahan ini, atau dia membatalkan nya.
"Bagaimana, apa dia baik baik saja?"
suara Danrem menyambut kedatangan istri nya. Sejujurnya, dia mengkhawatirkan keadaan putri bungsu nya itu.
"Dia sudah membuka pintu hati nya, dia merelakan Rendi dan Sela menikah"
Sela tersenyum senang, dia sudah tahu ini yang akan terjadi pada akhirnya. Sejak kecil, posisi adik nya akan selalu berada di bawahnya. Tidak akan pernah berada di atas nya.
"Aku mau, pernikahan kami berbeda dan akan di lakukan 5 hari ke depan!" ucap Sela.
"what? 5 hari lagi? dan kamu ingin merubah semua rancangan pernikahan ini?" ucap Sia.
"Yah Tante, rancangan pernikahan Sintia terlalu sederhana, aku ingin menikah seperti seorang ratu" balas nya.
Mama Rendi mulai emosi, dia hendak mengatai Sela. Tapi, Asmar lebih dulu menahan tangan nya.
"Ini akan kita bicarakan nanti saja. Lebih baik kita pulang sekarang" ucap Asmar.
Sia mendengus kesal, mengikuti suaminya yang telah berdiri.
"Ayo Rendi, kita pulang!" seru Sia.
Rendi menurut, dia segera bangkit dan mengikuti kedua orang tuanya.
Rea menatap putrinya, mengusap lengan putrinya penuh kasih sayang.
"Dasar anak nakal" dengus nya menggerutu.
"Mama.." Rengek Sela manja.
Danrem menghela nafas berat, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang. Kedua wanita ini adalah emas Keluarga nya.
Rea melirik suaminya, dia tahu apa yang saat ini suaminya pikirkan.
"Sudahlah pa. Sintia pasti akan baik baik saja, jika gagal dengan satu pria. tapi Sela, dia pasti akan kesulitan jika tidak memiliki seorang suami"
Danrem tidak merespon, bagi nya kedua putrinya adalah sama. Namun, martabat keluarga jauh lebih penting bagi nya.
Apalagi, mereka yang di kenal sebagai keluarga kalangan atas. Tentu harus memperhatikan nama baik keluarga.
Sikap Sela, memang sangat tercela. Namun, menikah dengan keluarga yang juga dari kalangan atas seperti mereka tidak akan menyebabkan masalah terlalu besar. Gosip akan berubah sangat cepat, dan itu akan membuat mereka menjadi lebih baik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments