BAB 7

"Tunggu, biar aku yang mengantarkan kamu pulang, Ayana!" ucap Adrian.

Ayana yang sudah di ambang pintu tiba-tiba menghentikan langkah nya saat Adrian berusaha menahan langkah kakinya. Bahkan Adrian kembali memeluk tubuh Ayana dari belakang serta merta kembali menciumi tengkuknya. Ayana kembali bagaikan disengat aliran listrik dengan tegangan tinggi. Adrian tentu sangat paham bagian mana yang menyebabkan Ayana seketika lemah lunglai karena ada titik-titik yang membuat Ayana menjadi lemas kedua kakinya.

"Tidak perlu kak Adrian! Bagaimana kalau istri kakak mengetahui nya. Ini akan merusak rumah tangga kak Adrian. Lebih baik aku cepat pergi setelah menyelesaikan tugasku," kata Ayana. Namun Adrian menarik tangan Ayana dan mengajaknya menuju ke tempat dimana mobilnya telah diparkirkan.

"Di mana tempat tinggal kamu sekarang?" tanya Adrian. Kini mereka sudah di dalam mobil. Dan Adrian mulai menjalankan mobilnya.

Cukup lama mereka terdiam dan tidak berkata-kata. Namun ketika sampai di gapura masuk perumahan elit, Ayana menyuruh Adrian menghentikan mobilnya.

"Kak Adrian! Berhenti di sini saja," ucap Ayana. Adrian menepikan mobilnya sebelum mobilnya masuk ke gapura perumahan tempat tinggal Ayana.

"Kenapa turun di sini, Ay?" tanya Adrian.

"Di sini saja kak! Hanya beberapa meter saja kok, dari sini," sahut Ayana. Ayana melepaskan sabuk pengaman di mobil itu. Namun sebelum Ayana membuka pintu mobil itu Adrian kembali menarik lengan tangannya hingga Ayana berada lebih dekat dengan Adrian. Kedua netra itu saling berpandangan. Adrian kembali mengecup dahi Ayana.

"Kak Adrian!?" gumam Ayana.

"Lusa aku pastikan, aku akan membuat kesepakatan kembali dengan mami Susi supaya aku bisa berkencan kembali dengan kamu, Ayana," ucap Adrian. Ayana mengerutkan dahinya lalu Ayana hanya bisa tersenyum saja mendengar ucapan Ayana.

*****

Ayana berjalan kaki menuju rumahnya. Namun kembali Ayana dikejutkan dengan sosok pria yang sudah duduk di terasnya. Benar saja, gerbang rumahnya tidak pernah Ayana gembok hingga siapapun bisa masuk ke dalam. Walaupun hanya sampai di depan teras rumahnya. Pintu utama rumahnya selalu Ayana kunci jika Ayana bekerja.

"Sunny!?" ucap Ayana.

Tanpa rasa curiga Sunny menyambut kedatangan Ayana di pagi itu. Sunny sudah terlihat berpakaian rapi. Sepertinya sebelum dirinya berangkat bekerja ke kantor dia menyempatkan dirinya mampir ke rumah Ayana pagi itu. Bahkan Sunny membawakan makanan untuk sarapan pagi itu.

"Halo, Ayana! Astaga, kamu baru pulang?" tanya Sunny yang melihat Ayana dengan berpakaian minim. Tentu saja membuat Sunny meneliti penampilan Ayana dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Kenapa Sunny? Kamu melihat ku seperti itu?" tanya Ayana.

"Tidak apa-apa! Kemari lah, duduk di sini! Aku membawakan makanan untuk kamu, Ayana! Pasti kamu belum makan bukan?" kata Sunny.

Setelah Ayana duduk di sebelah Sunny, kini Ayana mulai membuka makanan apa yang telah dibawa oleh Sunny untuk dirinya. Ayana malah membuka pintu utama rumahnya.

"Sunny, kamu mau kopi atau teh? Aku bikinkan dulu yah minuman untuk kamu," kata Ayana. Sunny yang melihat pintu utama rumah itu sudah dibuka, dia tanpa disuruh langsung saja masuk dan mengikuti langkah Ayana yang langsung berjalan menuju ke dapur untuk membuatkan minuman untuk Sunny.

"Ayana, aku boleh bertanya sesuatu tidak?" tanya Sunny.

"Hem, kamu ingin tanya soal apa Sunny?" tanya Ayana.

"Soal kerjaan kamu? Sebenarnya apa pekerjaan kamu selama ini, Ayana. Kenapa kamu selalu saja pulang pagi," ucap Sunny.

"Eh em itu itu yah??" sahut Ayana.

Sunny merangkum kedua pipi Ayana. Bola mata Ayana tentu saja membulat sempurna saat melihat Sunny begitu dekat wajahnya dengan wajah Ayana.

"Aku sangat kasihan dengan kamu, Ayana! Kamu seperti bekerja keras hingga sampai pulang pagi. Aku bisa mencarikan kamu pekerjaan baru yang mungkin saja lebih membuat kamu senang dan pekerjaan ini hanya sampai sore hari kamu sudah bisa pulang dan menikmati hidup kamu. Bagaimana Ayana? Kamu mau kan?" ucap Sunny.

"Kamu mau mencarikan pekerjaan untuk ku? Di mana Sunny? Dan pekerjaan apa untuk aku yang hanya tamatan sekolah menengah atas saja? Apakah bisa bekerja di kantor? Lalu gajinya berapa?" sahut Ayana.

"Ayana, berapa yang kamu butuhkan setiap bulan, hem?" kata Sunny terdengar sombong oleh Ayana.

"Sunny, kebutuhan ku banyak Sunny! Sudahlah, sementara ini kamu jangan banyak tahu soal pekerjaan apa yang aku jalani selama ini. Oke?" ucap Ayana. Sunny mengerutkan dahinya.

"Ayana, tidak boleh kah aku ingin tahu pekerjaan kamu? Sedangkan aku sangat peduli dengan kamu, Ayana! Aku tidak ingin kamu sakit jika dengan pekerjaan yang kamu jalani menghabiskan banyak waktu dan juga tenaga kamu. Sedangkan kamu juga harus butuh menikmati hidup," kata Sunny.

"Aku enjoy dan menikmati pekerjaan ku kok," sahut Ayana. Ayana menyodorkan satu cangkir kopi itu pada Sunny. Kini keduanya sama-sama duduk di kursi tamu.

"Kamu tidak bekerja, Sunny!?" tanya Ayana. Sunny mengerutkan dahinya mendengar pertanyaan dari Ayana.

"Kenapa, kamu ingin mengusirku?" sahut Sunny. Sunny kini mulai berpindah tempat duduknya di dekat Ayana. Sunny nekat meraih pergelangan tangannya Ayana.

"Sepertinya aku sudah mulai menyukai kamu, Ayana! Kamu mau kan jika menikah dengan ku??" ucap Sunny tanpa basa-basi.

"Hahaha astaga Sunny! Baru beberapa minggu kita berkenalan dan beberapa kali juga kita bertemu. Ini kamu langsung bilang suka dan mengajakku menikah. Apakah kamu tidak sedang bercanda, Sunny?" sahut Ayana.

"Ayana, aku serius! Semalam aku tidak bisa tidur, Ayana. Dalam pikiranku selalu kamu. Aku sudah jatuh hati dengan kamu, Ayana. Aku sudah jatuh cinta dengan kamu," kata Sunny.

"Hahaha, Sunny! Sunny bangun Sunny! Sudahlah, kamu harus segera berangkat ke kantor karena sudah jam delapan pagi. Nanti kamu kesiangan, Sunny!" sahut Ayana sambil mendorong Sunny ke pintu utama rumahnya. Namun Sunny tiba-tiba saja meraih tubuh Ayana dan mendekapnya erat.

"Menikah lah dengan ku Ayana!" Aku serius mengajak kamu menikah. Dan jadilah istriku, Ayana!" ucap Sunny.

Kembali Sunny merangkum kedua pipi Ayana lalu mulai berani mengecup bibirnya. Ayana tentu saja membulat matanya dengan tindakan nekat Sunny.

"Sunny, eh em aku aku tidak bisa. Maaf, Sunny! Kau harus pergi sekarang! Maaf aku harus istirahat, Sunny!" kata Ayana yang tiba-tiba menjadi sangat gugup.

Kembali tubuh Sunny didorong hingga keluar pintu utama rumah itu. Lalu serta merta Ayana menutup pintu rumah itu. Sunny tidak menyerah saat Ayana mengusirnya dari rumah itu pagi ini.

Tok.

tok.

"Ayana, Ayana! Bukakan pintu nya dong! Ayana, aku serius Ayana! Aku ingin menikah dengan kamu!" teriak Sunny.

"Baiklah, kamu istirahat dulu Ayana. Kamu pikirkan baik-baik aja kan aku untuk menikah. Nanti sepulang dari kantor, aku akan datang lagi ke rumah ini," kata Sunny. Ayana yang masih berdiri dibalik pintu itu hanya bisa menangis sedih. Dia tentu sadar diri jika seorang pria baik-baik mengajaknya untuk menikah. Sedangkan dirinya sudah sangat kotor karena setiap malam berpelukan ke satu pria ke pria yang lain.

"Sunny, aku bukan wanita baik-baik Sunny! Aku wanita hina yang tidak pantas kamu nikahi," gumam Ayana saat Sunny sudah menjalankan mobilnya meninggalkan rumah itu.

Terpopuler

Comments

⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾

⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾

Banyak yg naksir Ayana....☺️☺️
Apakah kamu gak lelah bekerja sebagai PSK....kamu gak mau tobat😔😔
siapa nanti yg akan menjadi jodoh Ayana .....??

2023-03-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!