Pagi itu Ayana berbelanja di supermarket. Ayana berbelanja kebutuhan sehari-hari untuk satu bulan. Hampir satu jam, Ayana berkeliling di supermarket itu, memasukkan beberapa barang yang dibutuhkan ke dalam troli. Setelah dirasa cukup, Ayana masuk ke antrian kasir nomer tiga. Sampai akhirnya, kini giliran barang-barang milik Ayana sekarang mulai dihitung oleh salah satu kasir yang bertugas.
"Semua totalnya tiga juta lima ratus tujuh puluh lima ribu dua ratus rupiah," ucap kasir itu. Ayana segera mengambil dompet yang ia letakkan di dalam tas kecilnya. Ayana mulai memberikan lembaran uang kertas seratus ribuan. Kasir itu segera menghitungnya.
"Kak, uangnya kurang seratus ribu," kata kasir itu.
"Oh, masih kurang yah! Kalau begitu, saya pakai debit card saja, mbak!" ucap Ayana.
Di belakang Ayana seorang pria muda yang sejak tadi antri menunggu terlihat kesal. Kasir sudah lama menghitung uangnya ternyata masih kurang. Di tambah Ayana menarik kembali uang kas nya dan digantikan dengan kartu debit. Pria itu menyodorkan uang satu lembar ratusan ribu itu dan memberikan nya pada kasir.
"Ini kekurangan seratus ribu nya, mbak!" ucap pria muda itu yang berusia sekitar dua puluh satu tahun sambil menyodorkan uang satu lembaran kertas seratus ribuan. Ayana mengerutkan dahinya melihat ke arah pria itu.
"Hem, terimakasih! Anggap saja saya berhutang yah, mas!" ucap Ayana.
"Tidak usah! Anggap saja saya membantu kaum duafa," sahut pria muda itu. Ayana melebar matanya dengan sempurna. Karena malu ribut di tempat umum, Ayana tidak menanggapi lagi pria muda itu. Ayana meninggalkan tempat kasir itu setelah beres dengan semua transaksi nya.
Ayana sudah berdiri menunggu taksi pesanannya. Namun kembali pria muda yang memberikan uang seratus ribu itu berdiri di samping nya.
"Menunggu siapa?" tanya pria muda itu.
"Eh?" Ayana melihat pria muda itu. Lalu teringat dirinya memiliki hutang seratus ribu pada pria muda itu.
"Oh, iya saya masih berhutang seratus ribu pada, mas! Sebentar, saya narik dulu ke ATM yah? Atau kalau boleh minta nomer rekening nya biar saya transfer sekarang juga," ucap Ayana.
"Hahaha, tidak perlu! Saya ikhlas kok, memberikan nya pada nona. Oh iya, namaku Sunny. Kamu??" ucap pria muda itu seraya mengulurkan tangannya.
"Eh, aku Ayana!" sahut Ayana seraya membalas uluran tangan pria muda yang mengaku bernama Sunny itu.
"Kamu nunggu siapa? Bagaimana kalau ikut di dalam mobilku? Barang belanjaan kamu mana?" tanya Sunny.
"Itu masih di dalam troli. Apakah tidak merepotkan? Aku tinggal di perumahan Sunderland," kata Ayana.
"Loh, kok bisa kebetulan sekali sih? Aku juga tinggal di sana loh," sahut Sunny. Ayana mengerutkan dahinya.
"Masa sih?" tanya Ayana.
"Hehehe, maksudnya perumahan Sunderland masih maju dikit. Tapi kita satu arah kok. Mau yah, ikut dengan ku? Gratis, aku antar kamu kok! Hemat ongkos taksi bukan?" ucap Sunny.
"Tapi aku sudah memesan taksi. Kasihan dong kalau aku tinggal dan menggagalkan. Eh, itu dia taksinya," ucap Ayana.
Saat taksi itu berhenti di depan Ayana dan Sunny berdiri, Sunny memberikan dua lembar ratusan ribu itu pada sopir taksi.
"Pak, maaf! Pacar saya tidak jadi naik taksi bapak. Tapi sebagai gantinya, ini saya bayar. Kira-kira cukup kan?" kata Sunny sambil memberikan dua lembar uang kertas seratus ribuan pada sopir taksi itu. Sopir taksi itu tersenyum ramah lalu meluncur pergi meninggalkan tempat itu. Ayana hanya bisa menatap heran pada Sunny.
"Hai, malah bengong! Ayo, ikut aku ke parkiran. Aku memarkirkan mobil ku tidak jauh dari sini kok," kata Sunny.
"Hem, astaga! Baiklah!" ucap Ayana sambil mendorong troli belanjakan nya yang di dalam nya ada barang-barang belanjaan nya.
"Sini biar aku saja yang mendorong troli belanjaan kamu," kata Sunny.
"Eh, jangan! Maksudku jangan tidak jadi!" sahut Ayana.
"Hahaha, bisa saja kamu!" sahut Sunny.
Sampai di parkiran, Sunny memasukkan barang-barang belanjaan milik Ayana ke dalam bagasi mobilnya. Ayana tentu saja ikut membantu.
"Terimakasih, mas!" ucap Ayana setelah semua barang-barang nya masuk ke dalam bagasi mobilnya.
"Hai, bahkan aku belum mengantarkan kamu pulang! Ayo masuk!" ajak Sunny. Ayana tanpa banyak bicara masuk ke dalam mobil Sunny. Sunny mengantarkan Ayana sampai di rumah tinggal nya.
Sampai setengah jam mereka menempuhnya dari supermarket itu sampai di perumahan Sunderland. Sampai di depan rumah Ayana, Sunny menghentikan mobilnya. Sunny membantu membawakan barang-barang belanjaan Ayana masuk ke dalam rumah. Setelah itu, Sunny langsung permisi pulang.
"Kok langsung pulang sih? Tidak minum atau makan dulu?" tanya Ayana.
"Tidak! Aku harus kembali ke kantor, Ay!" kata Sunny.
"Eh, maaf! Jadi aku sudah membuat kamu repot dong, mas?! Bagaimana kalau kamu jadi di pecat bos kamu?" tebak Ayana asal.
"Hahaha, tenang, tenang, itu tidak akan terjadi," sahut Sunny sambil terkekeh. Ayana hanya mengerutkan dahinya.
"Oke, aku langsung cabut yah, Ayana! Lain waktu boleh kan, aku main ke rumah kamu?" kata Sunny.
"Tentu saja! Tapi jangan lupa telepon dulu kalau mau ke rumah. Aku sering keluar soalnya. Sedangkan di rumah hanya aku sendiri tinggal di sini," ucap Ayana.
"Oke, baiklah! Bye, Ayana! Sampai jumpa lagi!" kata Sunny sambil masuk ke dalam mobilnya.
*****
"Darimana saja, kamu? Sudah siang begini baru sampai kantor," tanya seorang pria dewasa yang berumur kurang lebih empat puluh dua tahunan.
"Biasa, daddy!? Cuci mata dulu sebentar," jawab Sunny.
"Ya sudah! Kalau kamu sudah di kantor, harus kembali fokus. Oh iya, jangan lupa nanti sore temui om Risman di hotel X. Daddy ada sedikit urusan," kata pria dewasa itu yang tidak lain adalah ayah kandung Sunny. Dia bernama tuan Apollo.
"Kemana, daddy?" tanya Sunny.
"Usaha, nyari istri muda!" jawab tuan Apollo asal. Sunny melebar bola matanya.
"Awas saja kalau daddy benar-benar mencari istri muda! Aku beritahu mommy, loh!" ancam Sunny.
"Hahaha, itu tidak mungkin daddy lakukan, putra ku. Daddy lebih baik berkencan dalam satu malam dengan seorang pelacur daripada membuat sakit hati, mommy kamu, nak. Daddy sangat mencintai mommy kamu. Tapi karena mommy kamu dalam keadaan sakit, daddy tentu saja tidak bisa menuntut kebutuhan biologis itu pada mommy kamu," urai tuan Apollo dengan jujur.
"Kamu sudah cukup dewasa dan mengerti dengan keadaan daddy kamu," sambung tuan Apollo.
"Baiklah! Saya mengerti, daddy butuh kesenangan soal itu," sahut Sunny.
"Terima kasih, putra ku. Kamu sangat memahami kebutuhan daddy saat ini," ucap tuan Apollo seraya memeluk putra nya Sunny.
"Tapi saran ku, daddy harus hati-hati dong! Jangan lupa pilih-pilih wanita pelacur dan jangan lupa harus tetap pakai pengaman," kata Sunny.
"Tentu saja. Anak-anak dari mami Susi semuanya sehat dan mereka bersih dari penyakit kelamin," ucap tuan Apollo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
Anak n Bapak gak ada yg beres 🤭🤭🤭🤦🤦🤦
2023-03-13
0
🤗🤗
sadis amat😀😀😀
2023-03-06
1
Aini
Tibang 100.000 PST iklhas
2023-02-17
0