Menikmati Jajanan favorit

Tepat saat melintas di depan pos ronda yang dipenuhi oleh makemak. Jaket milik Adi yang tadi disampirkan di pundaknya tiba-tiba jatuh. Sehingga mau tidak mau motor yang sedang dikendarai Adi harus berhenti.

"Turun dulu Neng, tolong ambilkan jaket!" titah Adi kepada Anna.

"Ciee ... Dibonceng siapa tuh, Anna?" terdengar teriakkan seorang ibu-ibu yang disambut cekikikan buibu yang lain.

"Lukmannya kemana, Na?" sindir ibu bertubuh gempal membuat kuping Anna terasa memerah.

Setelah memungut jaket yang tergeletak begitu saja di pinggir jalan Anna kembali ke arah motor dan mulai naik kembali dengan masih posisi yang sama yaitu duduk menyamping menghadap kiri jalan.

Kendaraan roda dua itu kembali melaju dengan perlahan. Setelah hampir satu jam di atas jok motor Adi membelokkan motornya ke arah warung bakso yang terkenal dengan ukuran besarnya di daerah situ.

Hati Anna tentu saja bersorak girang karena akan mendapatkan makanan favoritnya itu secara nol rupiah. Gak mungkin juga, kan, dia yang akan bayarin?

Adi memesan dua porsi mangkuk. Sedangkan Anna langsung mencari meja yang masih kosong. Gadis itu memilih tempat duduk yang kebetulan kosong di sebelah pojok kanan ruangan yang lumayan luas itu.

Adi datang dengan dua teh botol di tangannya. Salah satunya disodorkan ke arah Anna dengan tutup botol masih tertutup rapat. Anna membiarkan botol teh itu di depannya tanpa disentuh sedikit pun.

"Gak minum?" tanya Adi kemudian.

"Lha, gimana mau minum botolnya aja masih tertutup rapat kek gitu."

"Owh, iya lupa."

Adi kembali meraih botol itu lalu mencoba membukanya dengan bantuan ujung meja.

"Silakan tuan putri. Minum sudah siap," ucap Adi seraya menaruh botol bertuliskan Sosro itu di hadapan Anna.

Tanpa menyahut ledekkan dari Adi Anna langsung meraih botol lalu mulai menyedot isi minuman manis itu dengan perlahan sehingga hampir menyisakan setengahnya.

Tak lama dua mangkuk yang tadi sudah dipesan pun datang diantar oleh pelayan yang membawa nampan berukuran sedang seraya menaruhnya persis di hadapan Anna dan Adi yang duduk bersisian.

Aroma khas makanan berkuah itu pun seketika menguar memenuhi penciuman Anna membuat gadis itu menelan ludah membayangkan dalam hitungan menit ia akan melahap bakso berukuran kepala orok yang baru brojol itu.

Tangan Anna meraih sendok dan garpu kemudian membubuhi sedikit sambal cabe ke dalam mangkoknya setelah diaduk sebentar, Anna langsung memulai membelah dan menyendok lalu memasukkan ke mulut dan mengunyahnya dengan nikmat.

"Gak pakai saos dan kecap?" tanya Adi menawarkan.

Anna hanya menggelengkan kepala karena mulutnya sedang penuh dengan potongan bakso.

Bagi Anna sendiri cara menikmati makanan yang berasal dari bahan dasar daging sapi itu lebih nikmat dengan kuahnya yang bening tanpa campuran saos, kecap ataupun cuka. Hanya sedikit sambal cabe supaya terasa ada pedas-pedasnya.

Hanya dalam hitungan menit kini isi mangkuknya telah kosong dengan kuah yang tak tersisa sedikit pun. Anna mengelap mulutnya dengan tisu yang diambilnya dari dalam tasnya sendiri. Lalu kemudian menyedot minumannya yang tadi masih tersisa setengah hingga tandas.

Setelah menghabiskan baksonya Adi kemudian berdiri dan menuju kasir untuk membayar semuanya.

Dalam hati Anna ingin sekali minta dibungkus beberapa porsi untuk nanti bisa dimakan di rumah dan untuk kedua orangtuanya. Tapi, Anna tak ada keberanian untuk menyampaikannya kepada lelaki yang tadi sudah mentraktir gadis itu. Jadilah keinginanannya itu hanya disimpannya dalam hati.

'Dasar lelaki di mana-mana sering gak peka,' ucap Anna yang tentu saja hanya diucapkan dalam hati agar tak terdengar oleh Adi.

Adi kembali melajukan sepeda motornya setelah dipastikan penumpangnya duduk dengan posisi aman walaupun lelaki itu agak merasa risih juga karena Anna masih tetap dengan memilih posisi duduk yang menurutnya seperti mbok-mbok yang hendak diantar ke pasar.

"Lha, kok, lurus, sih? Bukannya jalan pulang ke rumahku belok kanan, ya?" Anna berteriak berharap Adi mendengar suaranya karena keadaan jalanan yang berisik oleh suara klakson dan knalpot dari kendaraan lain.

"Masih siang. Main dulu bentaran." Adi menjawab tanpa menoleh ke belakang.

Walaupun hati kecil Anna diliputi banyak pertanyaan dirinya akan dibawa kemana tapi perempuan itu berusaha tetap tenang dan berpikir positif terhadap lelaki yang kali pertama ditemuinya itu.

Menurut Anna. Dilihat dari penampilan dan raut muka teduh yang dimiliki pria berperawakan tinggi itu sepertinya Adi merupakan sosok laki-laki yang baik dan bisa menghargai wanita. Bukan type lelaki jahat yang bisa memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan terhadap setiap perempuan yang dikenalnya.

Di tengah perjalanan tiba-tiba Adi berteriak kencang. "Pake helmnya Neng. Tutup kacanya sampai ke bawah!" titahnya membuat Anna terkejut sekaligus bertanya-tanya. Karena dilihatnya pria itu pun melakukan hal yang sama dengan yang diperintahkan kepada Anna barusan. Menutup kaca helm sehingga mukanya hampir tidak terlihat karena tertutup kaca helm yang berwarna hitam.

Walaupun merasa janggal dan aneh Anna pun mengikuti instruksi dari Adi tadi tanpa banyak bertanya.

'Mungkin cowok itu takut ketahuan pacarnya yang rumahnya kebetulan ada sekitaran sini.' Batin Anna mengira-ngira sendiri.

Dua puluh menit kemudian Adi membelokkan kendaraan yang dibawanya menuju suatu gang seperti pintu masuk sebuah tempat wisata pantai.

Adi memarkirkan roda duanya di tempat yang sudah disediakan lalu mengajak Anna duduk di bangku yang memang banyak di sekitar tepi pantai sebagai fasilitas yang menghadap langsung ke pemandangan laut lepas yang berwarna biru dengan deburan ombak yang tidak terlalu besar.

"Tunggu sebentar di sini, ya, saya mau ke warung dulu beli rokok," pamit Adi kemudian berjalan meninggalkan Anna yang sedang duduk seorang diri.

"Awas aja kalau berani-berani ngerokok dekat aku. Aku tinggal pulang!" gumam Anna yang tentu saja tidak terdengar oleh Adi karena lelaki itu sudah berdiri di depan warung kecil yang berjejer di tempat khusus jualan di tempat wisata tersebut.

Adi kembali dengan dua botol air mineral di tangannya serta keresek putih berisi cemilan ringan yang dibawanya.

"Mau ngerokok di sini?" tanya Anna memastikan.

"Iya, nih, dari tadi belum sempat ngerokok mulut terasa pahit." Adi menjawab seraya mengeluarkan sebungkus rokok dari celana Levis berwarna biru yang ia kenakan.

"Yaudah, aku pergi aja kalau gitu," ucap Anna dirinya buru-buru bangkit dari duduk dan melangkahkan kakinya mencoba menjauh dari bangku yang tadi dudukinya.

"Hey ... Mau kemana?"

Anna mengabaikan teriakan dari Adi. Kakinya terus melangkah menyusuri bibir pantai dengan pasir putihnya yang tebal.

"Dasar cewek aneh. Orang mau ngerokok doang malah kabur kek ngelihat hantu." Adi bersungut-sungut sendirian.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!