Kecewa

Usai mengobrol dengan Lukman hampir satu jam penuh Anna berpamitan kepada Yuli untuk kembali pulang ke rumahnya.

"Tumben Lo gak nginep?" tanya Yuli.

"Lain kali aja, yes."

Tiba di rumahnya sendiri Anna langsung bersiap hendak tidur di kamarnya. Baru saja merebahkan tubuh Anna dikejutkan oleh dering telepon dari Lukman ke nomor barunya yang ia pakai tadi siang untuk ngetes Lukman. Anna mencoba mengabaikan panggilan itu hingga Lukman merasa bosan sendiri

Setelahnya laki-laki itu mengirim SMS.

["Kenapa teleponnya gak diangkat? Neng Dini lagi sibuk, ya?"]

["Iya."] balas Anna dengan malas.

["Ganggu dong, saya."]

["Enggak, juga, sih."]

Kembali Anna menanyakan status Lukman masih jomblo apa sudah pacar. Ternyata di luar dugaan. Lukman dengan merasa bersalah dan berdosa mengaku jika dirinya belum sama sekali memiliki kekasih yang sontak saja membuat Anna mendadak terdiam seribu basa. Ada gelenyar nyeri yang tiba-tiba bagai menusuk bagian dada perempuan itu.

Anna tak menduga sebelumnya jika idenya itu akan membuahkan rasa kekecewaan yang harus ia reguk sendiri. Lukman yang selama ini Anna kenal sebagai pria baik, perhatian tapi ternyata dengan sengaja telah menorehkan luka di hati Anna. Hati wanita mana yang tak kan merasa sakit dan terluka jika kehadirannya selama ini tak pernah dianggap keberadaannya. Kini Anna hanya mampu berurai air mata menikmati rasa nyeri yang mendera ulu hatinya.

Tiba-tiba ingatan Anna teringat akan kejadian beberapa bulan yang lalu ketika itu ada temannya Lukman yang pernah mengatakan sesuatu kepada Anna yang membuat Anna kecewa dan terluka.

Lukman pernah bercerita kepada temannya yang bernama Bayu. Jika dirinya suatu waktu pernah didesak oleh orang tuanya Anna untuk cepat menikahi Anna. Tapi Lukman tetap menolak dengan alasan menunggu dirinya hingga lulus dari tempat ia mondok terlebih dulu.

Bayu pernah menyampaikan kepada Anna jika Lukman katanya pernah bilang, jika dirinya tak pernah ada niat untuk sampai menikah dengan Anna selain hanya memacarinya untuk memanfaatkan waktu kekosongan di sela-sela kegiatannya selama ia tinggal di asrama pondok.

Saat mendengar kabar yang membuat hati Anna kecewa waktu itu Anna langsung menelpon Lukman untuk menanyakan kebenaran tentang apa yang sudah disampaikan oleh Bayu kepadanya. Dan saat itu Lukman malah mengelak dan tidak mau mengakuinya.

"Mungkin si Bayu itu naksir sama kamu. Hingga dirinya tega berbicara seperti itu," kilah Lukman ketika Anna mendesaknya agar supaya Lukman berkata jujur dan mengakuinya.

Hingga membuat Anna sendiri merasa bingung entah harus percaya kepada Lukman apa kepada Bayu yang sudah menyampaikan sesuatu yang membuat hati Anna bersedih.

Tapi jika dipikir secara logika. Jika benar Lukman tidak pernah berbicara seperti itu dari mana Bayu bisa tahu tentang itu semua coba? Tidak mungkin temannya itu mengarang cerita tentang semua yang disampaikannya kepada Anna.

Karena tak bisa menguasai hatinya sendiri sambil berurai air mata Anna akhirnya Nekat menelpon Lukman langsung menggunakan nomor yang tadi ia pakai sebagai nama samaran seorang Dini.

Lukman tanpa curiga sedikit pun langsung menjawab panggilan itu dikira yang sedang menelponya itu yang bernama Dini bukan sebagai Anna.

Anna menangkap suara Lukman begitu antusias dan semringah ketika menjawab telepon yang dikiranya dari Dini.

Anna sengaja tidak langsung mengeluarkan suaranya berharap Lukman tak curiga kepadanya.

Namun, setelahnya dengan terisak Anna mulai berbicara sebagai dirinya sendiri yang membuat Lukman sendiri terhenyak karena kaget. Laki-laki itu mungkin sebelumnya tak pernah menyangka jika dirinya sedang menjadi target percobaan oleh Anna.

"Maksudnya apa ini?" tanya Lukman masih tak percaya jika yang menelponnya itu bukan Dini tapi ternyata Anna yang dengan sengaja sedang menjebaknya.

"Harusnya aku yang nanya kenapa Kakak tega sekali melakukan semua ini kepadaku? Jadi selama ini aku dianggap sebagai apa coba?" serang Anna tanpa ampun.

"Apapun alasannya Kakak gak suka dijadikan percobaan seperti ini." Lukman seolah berusaha membela dirinya sendiri.

"Tapi setidaknya aku jadi tahu watak kamu yang sebenarnya. Dasar lelaki buaya. Mata keranjang!" histeris Anna masih disela tangisnya.

Mendengar Anna sedang menangis entah timbul rasa kasihan atau gimana tiba-tiba Lukman pun merendahkan suaranya dan langsung bilang meminta maaf kepada Anna jika sikapnya selama ini sudah sering membuat Anna terluka dan kecewa.

"Kakak minta maaf jika memang salah. Tapi, kalau bisa kejadian seperti ini jangan sampai terulang kedua kali. Karena jujur Kakak gak suka dipermainkan seperti ini."

"Apa? Gak salah tuh, merasa dipermainkan? Bukannya sebaliknya ya, kamu sendiri yang mempermainkan perasaanku selama ini?" Anna masih meradang dengan emosi yang meluap-luap seperti tak terkendali.

"Iya, tapi Kakak minta jangan diulang lagi."

"Kenapa gitu? Takut terbongkar kedok sebagai lelaki mata keranjangnya, ya?" sindir Anna masih dengan nada sinis.

"Kakak minta ma'af." Lukman masih terus berusaha melunakkan hati Anna.

Bagi Anna sendiri baginya hal memaafkan bukan hal perkara yang sulit. Mudah saja mulutnya berkata iya memaafkan. Tapi, tetap jauh di lubuk hatinya perasaan luka itu akan tetap tersimpan rapi dalam hati kecilnya tanpa seorang pun yang tahu

Anna sebenarnya merasa senang dengan sikap Lukman yang tidak pernah merasa sulit untuk langsung meminta maaf kepadanya jika sudah melakukan kesalahan kepada Anna. Karena mungkin di luaran sana banyak type laki-laki yang merasa enggan untuk hanya sekadar meminta maaf duluan walaupun dirinya sudah menyadari bentuk dari kesalahannya.

Biasanya yang dilakukan oleh Lukman jika ia sudah membuat Anna kecewa dan merasa tersakiti lelaki itu akan memperlihatkan perhatiannya yang lebih kepada Anna. Seolah kemauan Anna yang Anna utarakan akan diwujudkan saat itu juga. Sikap Lukman yang seperti itulah yang kadang membuat hati Anna merasa gampang luluh dan memaafkan Lukman.

"Sebenarnya dari dulu Kakak sudah mempunyai niat pengen sekali memberikan suatu hadiah buat Anna tapi belum terlaksana juga sampai saat ini." Lukman berusaha merayu Anna berharap gadis itu tidak berlarut-larut dengan tangis dan rasa kecewa atas sikapnya tadi.

"Gak perlu sok-sokan memberikan hadiah jika menjaga perasaanku saja gak pernah mampu," ketus Anna kemudian.

Keadaan hari Anna masih belum bisa stabil. Dirinya tak menyangka jika Lukman tega mengkhianatinya dengan mengaku jomblo kepada perempuan lain yang baru saja dikenalnya walaupun itu hanya setingan Anna sendiri. Karena menurut Anna sangat tidak menutup kemungkinan jika itu bukan setingan darinya Lukman bisa saja melakukan hal seperti itu bahkan mungkin saja bisa lebih dari itu.

"Kakak pengen beliin Anna mukena nanti jika udah punya rezeki," ungkap Lukman terdengar tulus.

"Gak perlu!" tolak Anna

"Teruskan saja petualanganmu menjadi buaya dan lelaki mata keranjang!" pungkas Anna masih meluapkan kekesalannya yang masih bersarang di dalam dada.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!