"Kalau dibolehkan nanti saya akan berkunjung ke rumah Neng Anna. Bagaimana keberatan, gak?" tanya Furqon memastikan.
Furqon juga bilang jika dirinya mempunyai teman yang sekampung dengan Anna yang kebetulan masih teman dekat Anna juga yaitu Mira teman sebangkunya waktu di zaman berseragam merah putih.
Namun, karena Mira saat itu tidak melanjutkan sekolah hingga Mira harus menikah di usia dini yakni saat Anna masih duduk di kelas 2 SMP.
Keesokan harinya benar saja Furqon sudah berada di rumah Mira. Dan langsung menelpon Anna agar menemuinya di rumah Mira.
Anna pun datang ke rumah Mira untuk menemui Furqon. Dilihatnya lelaki itu sedang duduk bersila asyik ngobrol dengan tuan rumah. Pria itu mengenakan kaos putih pendek berbahan tipis. Serta sarung khas seorang santri. Ternyata Furqon pun sama dengan Lukman masih berlatar belakang santri salafi.
Tak ada yang istimewa menurut Anna saat pertemuannya dengan Furqon. Penilaian Anna terhadap laki-laki itu biasa saja malah cenderung merasa tak ada kecocokkan. Hatinya masih bertatut kuat kepada Lukman walaupun ia sudah sering merasa dikecewakan oleh Lukman. Tapi tetap hingga akhir ini Anna masih merasa berat kepada Lukman.
Yang membuat Anna merasa tak nyaman dengan Furqon karena karena menurut Anna laki-laki itu terlalu meninggi jika sedang ngobrol dengan Anna. Selalu terkesan membanggakan diri sendiri yang katanya sebagai seorang ustaz muda satu-satunya yang berada di kampung halamannya sendiri. Selain sebagai seorang ustaz juga merangkap sebagai kepala sekolah swasta setingkat SD juga. Begitulah pengakuan Furqon kepada Anna yang membuat Anna sendiri bukannya terkagum-kagum malah sebaliknya ada rasa risih dan ilfeel ketika Anna mendengarnya. Kecuali mungkin Anna bisa tahu semuanya tentang jabatan dan posisi Furqon itu dari mulut orang lain bukan malah dari dirinya sendiri.
Tapi Furqon sepertinya tidak peka dan tidak menangkap sinyal penolakan dari Anna sehingga lelaki itu masih terus percaya diri untuk terus mendekati Anna.
Walaupun Anna sudah berusaha menjelaskan jika dirinya sudah memiliki calon suami yaitu Lukman tapi Furqon sepertinya masih kekeuh dengan ambisinya untuk tetap harus bisa mendapatkan Anna.
"Gak apa-apa Neng Anna dekat dengan banyak lelaki. Asal nikahnya nanti tetap dengan saya." Begitu ungkapnya kepada Anna yang membuat bulu kuduk Anna bergidik ngeri.
"Tapi, saya sudah punya janji untuk cepat menuju ke pelaminan bersama yang lain," kilah Anna berusaha Furqon mengerti dan bisa menghindari dirinya.
"Selama janur kuning belum melambai kan, masih bisa diusahakan, kan, Neng." Furqon masih tetap percaya diri.
Perasaan Anna jadi ketar-ketir dibuatnya. Gadis itu khawatir jika Furqon akan berani berbuat nekat dan bersikap di luar dugaan jika Anna tak berusaha memberikan pengertian secara gamblang kepada laki-laki itu.
"Pokoknya nanti saya dalam waktu dekat akan datang secara langsung ke rumah Neng Anna untuk melamar dan meminta Neng Anna kepada kedua orang tua Neng Anna," tandasnya kemudian yang membuat Anna terhenyak.
Rasa ilfeel Anna semakin memuncak mendengarnya. Anna bisa menyimpulkan perangai sosok pria bernama Furqon itu selain gemagus, tinggi hati juga egois dan penuh ambisi yang tidak bisa ditolak oleh orang lain. Sama sekali tak mencerminkan sebagai sosok seorang pemimpin atau pun seorang ustaz yang nota bene tahu akhlak dan sopan santun dalam bersikap dan berkata-kata.
Untuk menghindari percakapan lebih panjang dan lebih melebar ke mana-mana Anna pun memilih berpamitan dan ingin cepat pulang dari rumah Mira sahabatnya itu agar tak harus berlama-lama menemani Furqon mengobrol.
"Masa Lo mau langsung pulang aja, sih, Na. Belum juga tiga puluh menit di rumah gue," protes Mira.
"Biasanya juga kalo lagi main dan ngobrol di rumah gue Lo gak inget jalan pulang," seloroh Mira menambahkan.
"Iya, Mir. Gue mau ada janji teleponan sama Lukman. Nanti kalau telat Lukman malah ngambek sama gue." Anna beralasan. Sengaja suaranya agak dikeraskan berharap bisa terdengar sekalian oleh Furqon yang masih duduk bersila di ruang depan.
Setelah berpamitan kepada tuan rumah dan juga kepada Furqon Anna langsung mengambil langkah seribu. Rasanya dirinya ingin cepat menghilang dan tak dapat melihat sosok Furqon yang seolah membuat perut Anna terasa mendadak mual.
Tiba di rumahnya Anna langsung menuju kamar tak dihiraukannya di dapur sedang ada banyak orang karena sepertinya sedang ada acara ibu-ibu di kampungnya.
Ketika dirinya sudah berada di dalam kamar perempuan itu langsung meraih ponselnya yang tergeletak di tempat tidur. Anna mencari nama kontak Lukman banyak yang harus ia bicarakan dengan lelaki itu.
Melalui jaringan telepon yang sudah tersambung Anna mulai menceritakan masalah yang sedang dihadapinya saat ini dari mulai awal perkenalannya dengan laki-laki bernama Furqon itu hingga pertemuan sekilasnya tadi yang sudah sukses membuat hatinya ketar-ketir khawatir yang diucapkan Furqon tadi yang ingin melamarnya dalam waktu dekat benar-benar bukan hanya omong kosong belaka.
Oleh karenanya Anna berusaha mengajak Lukman untuk berbicara ke arah lebih serius lagi mengenai hubungannya dengan Lukman saat ini menurutnya agar ada alasan untuk bisa menolak secara halus jika Furqon mendatangi orang tuanya nanti.
"Kakak sih, gimana Anna aja. Kakak percaya Anna lebih tahu mana yang terbaik untuk kehidupan Anna ke depannya nanti." Hanya itu tanggapan Lukman ketika Anna panjang lebar menceritakan semua tentang Furqon yang terus mendesak untuk menerimanya dalam kehidupan Anna.
Mendengar tanggapan dari Lukman barusan sebenarnya cukup membuat hati Anna kecewa dan kesal karena menurut Anna sikap Lukman tak sedikit pun menunjukkan jika dirinya khawatir jika harus kehilangan Anna. Kesannya Lukman hanya memberikan pilihan dan memasrahkan semuanya kepada Anna. Tapi wanita berusia 23 tahun itu seolah menutupi hatinya ia berusaha menetralisir keadaan hatinya yang merasa tak dianggap oleh Lukman.
Padahal, harapan perempuan itu setelah tadi ia menceritakan semuanya kepada Lukman pria itu akan berusaha sebisa mungkin meyakinkan hatinya dengan cara akan datang kepada orang tuanya Anna untuk sesegera mungkin meminang Anna agar tak didahului oleh Furqon atau pun oleh laki-laki lain selain dirinya.
Namun, ternyata kenyataan selalu tak sesuai dengan ekspektasi yang selama ini diharapkan oleh gadis itu. Lagi-lagi wanita itu harus dengan terpaksa menelan pil pahit karena semua ungkapan Lukman barusan terkesan acuh dan masa bodoh. Apa mungkin karena Lukman terlalu percaya diri dan percaya sepenuhnya kepada Anna jika dirinya selalu akan jadi lelaki nomor satu dalam kehidupan Anna. Dan Anna akan selalu menolak pria lain yang datang selain Lukman itu sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments