Entah dapat ide dari mana tiba-tiba Anna mendapatkan ide iseng itu. Tanpa sepengetahuan Lukman Anna membeli kartu telepon baru. Setelah memasangnya pada ponsel miliknya. Anna mulai melancarkan aksinya berpura-pura mengirimkan SMS nyasar ke nomor ponsel Lukman.
[Halo ... Kak. Boleh kenalan enggak? Aku Dini orang Tangerang]
SMS pertama Anna dikirim. Tidak sampai hitungan menit SMS yang ia kirim langsung direspon dan dibalas oleh Lukman.
["Boleh, dong. Aku Iwan. Ngomong-ngomong bisa dapet nomor ini dari siapa, ya?"]
Balasan Lukman yang sengaja memakai nama samaran Iwan.
["Dari teman."]
Balas Anna.
Setelah mengawali chat dengan perkenalan dan basa-basi Anna tak sabar ingin segera mengirim SMS kepada intinya. Iya, intinya ia melakukan itu semua tidak lain hanya ingin mencoba dan ngetes laki-laki itu.
["Ngomong-ngomong Kak Iwan sudah punya pacar belum, ya? Nanti pacarnya marah lho, kalau tahu Kak Iwan malah chatan sama cewek lain."]
Dilihatnya di layar ponsel bagian atas milik Anna Lukman sedang mengetik ....
Lama sekali hingga hati Anna bertanya-tanya sedang mengetik apakah laki-laki itu. Jantung Anna mulai berdebar ia khawatir jika jawaban yang Lukman berikan malah membuatnya kecewa dan sakit hati.
["Dini masih sekolah apa udah kerja?"]
Jawaban dari Lukman malah tidak nyambung. Sepertinya lelaki itu dengan sengaja mengabaikan SMS pertanyaan barusan yang dikirimkan oleh Anna.
["Dini masih sekolah SMA, Kak. Kalau Kak Iwan sendiri?"]
Dengan sabar Anna membalas pertanyaan dari Lukman agar pria itu tak merasa curiga kepadanya.
["Kak Iwan belum menjawab pertanyaannya yang tadi. Pasti udah punya pacar, kan? Makanya gak bisa jawab."]
Anna mulai memancing Lukman.
Tapi, lagi-lagi Lukman tetap mengabaikan pertanyaan Anna. Tidak menjawab iya ataupun tidak. Sehingga membuat perasaan Anna geregetan sendiri.
["Kak, aku boleh curhat gak?"]
["Boleh, dong. Dengan senang hati Kakak akan mendengarkan curhatan dari Neng Dini."]
'Dasar ganjen,' rutuk Anna dalam hati.
Bisa-bisanya lelaki itu merelakan. waktunya untuk mendengarkan curhatan perempuan lain selain dirinya sedangkan untuk Anna sendiri Lukman seringnya banyak alasan ketika Anna sengaja meneleponnya.
Anna berusaha menahan gejolak kekesalan yang mulai bercokol di dalam dadanya. Sebisa mungkin perempuan itu bersikap wajar dan biasa saja dengan harapan niat awalnya untuk ngetes Lukman berhasil. Walaupun mungkin berakhir dengan. rasa kekecewaan yang akan ia dapat dari ide konyolnya itu.
["Kenapa, ya, Kak. Semua orang seolah tidak pernah mau mengerti dengan perasaanku. Semuanya seolah tak ada yang peduli dengan keadaanku."]
Anna sengaja mengirim SMS seperti itu kepada Lukman.
Lukman membalas chat SMS Anna yang diketahuinya sebagai Dini itu dengan sangat responsif.
["Mungkin itu hanya perasaan Neng Dini saja. Gak usah terlalu dipikirkan. Kan, masih ada orang tua dan keluarga dekat yang masih sayang sama Neng Dini."]
Begitu balasan dari Lukman yang seolah sok perhatian.
["Tapi, aku pengen sekali punya pacar yang setia, perhatian, dan bisa mengerti dengan perasaanku."] balas Anna seakan sekaligus mengutarakan isi hatinya sendiri kepada Lukman.
["Jangan terlalu memikirkan hal yang tidak terlalu penting seperti itu. Neng Dini mending tetap fokus ke sekolah dan keluarga saja."] Lukman memberikan balasan.
Yang membuat bibir Anna seketika mencebik sesaat setelah membaca chat dari Lukman yang menurutnya sok bijak itu.
***
Setelah Maghrib untuk sedikit menghilangkan kekesalannya gara-gara sikap Lukman yang dengan jelas-jelas melayani chat dari perempuan lain Anna memilih bermain ke rumah Yuli yang hanya terhalang oleh satu rumah saja.
Setelah mengucap salam Anna langsung menuju kamar Yuli yang terletak di bagian depan. Bagi Anna kamar sahabatnya itu sudah seperti kamar keduanya setelah kamarnya sendiri. Karena terkadang sebagian waktu Anna dihabiskan di situ sekadar untuk curhat tipis-tipis tentang kejadian sepele ataupun masalah berat yang sedang dihadapinya. Terkadang Anna pun sering menginap di situ karena Yuli kerap kali membujuknya untuk minta ditemani tidur dengan dalih biar ada teman ngobrol menjelang tidur.
Anna mulai menceritakan semuanya dari awal hingga akhir tentang idenya yang tadi siang sempat ngetes Lukman kepada Yuli, yang sedang berjibaku dengan segunung setrikaan di dalam kamar sahabat dekatnya itu.
"Laki-laki itu paling tidak suka jika dites-tes gitu, lho, Na. Kalau sampai nanti ujungnya Lo ketahuan sama dia bisa-bisa nanti Lukman malah marah besar sama Lo," ungkap Yuli memberikan tanggapan setelah ia mendengarkan curhatan Anna barusan.
Ketika Anna sedang ngobrol dengan Yuli. Tiba -tiba ponsel Anna yang diletakan begitu saja di sampinya itu berdering nyaring. Saat dilihat tertera nama Iwan di sana yang membuat hati Anna berdegup kencang tak karuan.
"Yul, lihat, tuh, orangnya malah nekat nelpon. Gimana ini?" ucap Anna seolah meminta saran dari Yuli.
"Gak usah diangkat, lah. Kalau diangkat sama aja Lo dengan bunuh diri. Karena Lukman sudah hapal betul dengan suara Lo yang cempreng," ujar Yuli kemudian.
Anna membiarkan Lukman menelpon ke nomor barunya itu hingga lebih dari 5 kali panggilan.
Setelah itu entah kenapa Lukman mengalihkan panggilannya ke nomor Anna yang asli. Karena memang ponsel Anna memiliki tempat untuk dua kartu sim sekaligus di dalamnya. Dan dua-duanya bisa aktif dengan berbarengan pada waktu yang sama. Sehingga menurut Anna bisa meminimalisir kecurigaan dari Lukman.
Bola mata Anna melirik ke arah Yuli sambil memperlihatkan layar ponselnya.
"Angkat," bisik Yuli.
Sebelum Anna memijit tombol jawab. Wanita itu melangkahkan kakinya ke luar dari kamar Yuli dan memilih duduk di pojok teras depan rumah sahabatnya itu sekalian untuk mencari jaringan signal yang cukup bagus. Karena jika sedang di dalam ruangan atau kamar suaranya sering kurang jelas karena signal yang putus-putus.
Anna menjawab telepon seperti biasa. Seolah tidak pernah terjadi apa-apa diantara mereka berdua. Padahal jauh di dalam hatinya Anna sedang memendam rasa kekesalan yang berlipat kepada laki-laki yang sedang menelponnya itu.
"Lagi di mana sekarang," tanya Lukman berbasa-basi.
"Di rumah Yuli." Anna menjawab pendek.
"Ngapain malam-malam malah di rumah orang?"
"Ya, pengen main aja. Daripada di rumah sendiri bosan gak ada teman." Anna berkilah.
"Jangan sampai malam-malam," ucap Lukman mengingatkan.
Jika menurutkan kata hatinya ingin sekali saat itu juga Anna langsung melabrak Lukman karena tadi siang sudah berani-beraninya melayani chat perempuan lain dengan sikap so perhatian juga.
Tapi, sebisa mungkin Anna mencoba menahannya karena menurutnya misi yang sedang ia jalankan belum selesai secara tuntas. Anna penasaran akankah Lukman mengaku jomblo atau bersedia jujur apa adanya kepada perempuan lain jika sebenarnya lelaki itu sudah memiliki kekasih yaitu Anna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments