Diam-Diam Ketemuan

Sambungan telepon diputus sepihak oleh Anna. Sepertinya gadis itu dengan sengaja melakukan itu semua karena kesal dengan Lukman karena mengaku berstatus jomblo kepada Dini yang tak lain Anna sendiri.

"Dasar cewek. Rumit! Dia sendiri yang mancing masalah dia sendiri yang ngambek!" rutuk Lukman di depan Amir sahabat sekamarnya di asrama tempat ia tinggal.

"Payah, Lo! Makanya berguru dulu sini sama gue bagaimana cara menaklukkan dan memahami perasaan cewek!" seloroh Amir sambil tertawa terbahak.

"Yang bener gua harus belajar sama Lo. Lha, wong buktinya aja Lo sendiri ditinggal nikah sama Ita. Cewek Lo lebih milih laki-laki lain yang lebih pintar dan lebih ganteng dari Lo." Lukman ikut terbahak sekaligus mengejek nasib Amir yang beberapa bulan lalu sempat terpuruk karena wanita yang selama ini dicintainya lebih memilih pinangan pria lain dibanding harus nunggu Amir hingga lulus dari pesantren.

***

Sementara di tempat lain Anna kembali menumpahkan kekesalannya dengan bercerita banyak kepada sahabat dekatnya yaitu Yuli.

"Kata orang-orang obat mujarab karena dikecewain lelaki itu, ya, kita harus cari laki-laki lain." Begitu saran menyesatkan dari Yuli yang Anna terima setelah dirinya bercerita panjang lebar tentang buah dari percobaannya kemarin-kemarin kepada Lukman.

Anna hanya terdiam membisu tanpa sepatah kata pun saat mendapat saran dari sahabatnya itu. Walaupun hati kecilnya membenarkan dan menyetujui dengan apa yang diungkapkan oleh Yuli barusan tadi.

Menjelang Zuhur Anna baru pulang ke rumahnya. Setelah menyelesaikan tumpukkan cucian piring di dapur gadis itu pun bersiap untuk melaksanakan kewajibannya salat Zuhur.

Baru selesai melipat mukena ponselnya berdering dengan sangat nyaring. Mulanya Anna mengira itu telepon dari Lukman dan akan diabaikannya begitu saja. Tapi, setelah ia perhatikan ternyata dari nomor seseorang yang tidak memiliki nama kontak di ponselnya Anna karena memang mungkin belum disave.

Anna mencoba memijit tombol jawab dan tersambung dengan suara lelaki asing di seberang sana. Pria itu mengaku sengaja mengacak nomor dan ternyata dengan tidak disengaja nyambungnya ke nomor Anna. Lalu laki-laki itu pun mengenalkan dirinya dengan mengaku bernama Romy. Anna sebenarnya merasa malas melayaninya.

Namun, ketika ia ingat ucapan Yuli yang menyuruhnya untuk mencari lelaki lain selain Lukman akhirnya Anna berusaha sebisa mungkin tetap merespon yang sedang menelponnya itu dengan sikap sebisa mungkin tetap ramah dan bersahabat.

Pria bernama Romy itu pun meminta untuk ketemuan dalam waktu dekat dengan alasan ingin mengenal Anna secara langsung. Sedangkan Anna tidak memberikan jawaban iya ataupun menolaknya. Karena dirinya pun sebenarnya masih belum bisa terlepas dari Lukman walaupun merasa sudah dikecewakan dan dibuat sakit hati secara berulang.

***

Pagi hari sekitar jam setengah sembilan pagi kini Anna sudah berdiri di tepi jalan raya. Dirinya baru saja turun dari angkot yang tadi membawanya ke tempat di mana ia akan bertemu dengan pria yang kemarin menelponnya. Hati Anna berdebar-debar menanti waktu akan seperti apakah pertemuannya ke depan mendatang.

Anna sengaja melarang Romy waktu pria itu mengutarakan niatnya akan datang sendiri ke rumah Anna. Karena khawatir dilihat tetangganya dan sampai ke telinga Lukman nantinya.

Bola mata Anna mengerling. Berusaha mencari tempat yang membuatnya nyaman atau sekadar untuk membuat dirinya bisa duduk di kursi. Anna melangkahkan kakinya menyebrangi jalan raya yang terlihat sudah mulai ramai oleh kendaraan dan lalu lalang orang yang berada di sekitaran sana. Karena kebetulan tempat yang dipakai oleh Anna merupakan jalan perapatan yang menyambungkan empat arah jalan serta jalanan menuju kampus terkenal ya berada di daerahnya itu.

Sehingga setiap kali turun dari angkot di sekitar situ Anna kerap selalu ditanya oleh para tukang ojek yang berkeliaran dan mangkal di sana dengan bertanya ramah ke arah Anna. "Kampus, Neng? Ayo diantar ojek?" Padahal, biasanya Anna di situ hanya sekadar nongkrong atau sedang menanti seseorang yang sedang ditunggunya seperti saat ini yang sedang ia lakukan.

Setelah menyeberang jalan Anna sengaja langsung menuju ke arah kedai bubur kacang ijo langganannya yang terletak persis di pinggir jalan raya. Di depan kedai tersebut sudah disediakan bangku panjang untuk umum baik yang sedang memesan bubur ataupun orang-orang yang sengaja sekadar sedang menunggu angkot lewat.

Anna sengaja mengulur waktu. Perempuan itu memilih memesan satu mangkuk bubur kacang ijo kesukaannya saat itu juga. Menurutnya agar dirinya bisa lebih rilex jika nanti sudah bertemu dengan laki-laki bernama Romy itu.

Biasanya Anna menikmati bubur kacang ijo berdua dengan Yuli ketika ia mengantar Yuli sedang ada kegiatan di kampus tempat sahabatnya itu sedang menyelesaikan S.1 bahasa Inggris.

Kali ini Anna hanya seorang diri karena sengaja agar Yuli tidak sampai tahu jika dirinya sedang ketemuan dengan pria yang kemarin menelponya lewat telepon nyasar. Jika Yuli mengetahuinya Anna khawatir sahabatnya itu akan mengadukannya kepada Lukman dan malah bisa membuat keadaan menjadi semakin runyam nantinya.

Bubur kacang ijo pesanan Anna sudah terhidang di hadapannya. Membuat selera makan gadis itu semakin bertambah saat melihat tampilannya yang cantik nan menarik dengan campuran ketan hitam serta guyuran santan berwarna putih juga irisan daun pandan yang menguarkan aroma wangi dengan asap yang masih mengepul di atasnya.

Kurang dari hitungan lima belas menit Anna sudah menghabiskan jajanan beratnya itu. Perempuan itu langsung bangkit dan membayar bubur kacang ijo yang kini sudah berpindah tempat ke dalam perutnya yang tetap rata kek potongan triplek tipis walaupun sudah diisi semangkuk bubur.

Baru saja langkah kaki Anna hendak keluar dari pintu kedai langganannya itu ia merasa ada getar dering ponsel dari dalam tas yang ia cangking di pundaknya. Dengan sigap tangan kanan perempuan itu merogohnya. Dilihatnya nama kontak Romy sedang melakukan panggilan.

Anna menjawab telepon dari pria itu dengan tergesa.

"Hallo, Neng Anna sekarang sudah di mana? Saya sudah nunggu di perapatan yang menuju kampus." Romy memberitahukan posisinya saat ini.

Jantung Anna semakin berdegup kencang. Karena dirinya pun kini sudah di tempat yang sama dengan laki-laki itu. Tapi entah kenapa hatinya merasa belum siap untuk ketemuan saat itu juga.

"Hallo ... Kok, diem, Neng, masih di mana?" Suara Romy kembali membuyarkan lamunan Anna.

"Emh, anu ... anu ... saya sekarang masih berada di jalan." Anna terpaksa berbohong untuk menutupi kegugupannya.

"Owh, yaudah, saya tunggu sekarang di perapatan, ya. Hati-hati di jalannya," tutur Romy sok perhatian.

Tanpa menjawab Anna langsung mematikan ponselnya. Tak sengaja dari seberang jalan sana bola mata Anna menangkap salah satu lelaki berperawakan tegap yang sedang duduk di jok motor seperti sedang menyudahi teleponnya lalu memasukkan ponsel ke dalam saku kemeja.

Deg! Jantung Anna seakan berhenti memompa darah. 'What? Apa mungkin lelaki itu yang tadi barusan menelponku?' Tiba-tiba Anna merasa buku kuduknya seperti merinding ngeri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!