Seperti Terperangkap Bajak Laut

Sorot mata Anna tak lepas dari pria di seberang jalan sana. Sesekali pandangan mereka beradu. Karena jarak diantara Anna dan laki-laki itu hanya beberapa meter saja yang terhalang oleh jalanan aspal. Secepat kilat Anna mengalihkannya. Berpura-pura seolah dirinya bukan Anna yang sedang akan ditemui lelaki itu.

Hampir lima belas menit kemudian kembali ponsel Anna terasa bergetar menandakan sedang ada panggilan berlangsung. Tepat dihadapannya juga Anna melihat lelaki tadi sedang menempelkan ponsel di telinga kirinya sedangkan bola mata pria itu memutar ke segala arah seolah ingin memastikan apakah Anna sudah berada di sekitaran situ atau belum.

Hati kecil Anna semakin yakin jika sosok lelaki itulah yang mengaku bernama Romy yang akan ketemuan dengan dirinya saat ini. Mendadak hati Anna menjadi merasa ketakutan sendiri membayangkan jika ia harus suka rela menemui orang itu.

Ponsel di dalam tas Anna masih terus berdering. Tak mau lelaki yang masih di seberang sana curiga terhadap dirinya, Anna kembali masuk ke dalam kedai bubur kacang ijo hanya sekadar untuk numpang duduk di dalamnya.

Anna merogoh ponsel di dalam tas. Matanya membulat saat didapatinya ada 7 panggilan tak terjawab dari Romy. Dengan terburu Anna sesegera mungkin menonaktifkan nada dering di ponselnya sendiri berharap ia tak terus mendengar bunyi telepon yang terus-terusan dilakukan oleh lelaki yang sedang berada di seberang jalan sana.

Sedangkan Anna berinisiatif untuk langsung pulang saja. Gadis itu bermaksud untuk duduk di bangku panjang yang berada persis di depan kedai ini sekalian menunggu angkot lewat yang akan dinaikinya menuju perjalanan pulang.

Anna keluar dari pintu kedai dengan berusaha bersikap senormal dan secuek mungkin dengan orang-orang yang berada di sekitar situ. Di bangku panjang itu sudah ada beberapa tukang ojek, dua orang wanita muda yang dilihat dari segi penampilannya seperti seorang mahasiswi.

Anna memilih duduk di bangku panjang sebelahnya yang dilihatnya masih rada kosong. Baru beberapa menit ia mendaratkan pinggulnya di sana. Tak disangka laki-laki yang sedang dihindari Anna dengan santainya menyebrangi jalan lalu berjalan perlahan mendekat dan langsung duduk persis di samping Anna yang hampir pingsan dibuatnya.

'Adduuh ... tolong, Emaak, Bapak ....!' teriak Anna yang tentu saja hanya diucapkan di dalam hatinya saja. Jika suaranya benar-benar keluar dari mulutnya bisa-bisa gadis itu dikira ayan atau kesurupan setan pangkalan ojek oleh orang-orang.

Jantung Anna seakan berhenti berdetak. Aliran darahnya bagai berhenti seketika. Bagaimana tidak? Lelaki bernama Romy yang dalam bayangan Anna itu sosok pemuda yang masih berusia sekitaran 25, 26, 27, 28, atau 30 taunan lah paling tua.

Namun, kenyataanya yang sedang duduk di samping Anna itu seorang bapak-bapak sekitar 50 taunan berkumis tebal dengan warna kulit yang legam pertanda sering terbakar sinar matahari. Anna mengira-ngira lelaki tua itu sudah memiliki sekitar 3 atau 5 anak bahkan mungkin saja sudah mempunyai cucu.

'Dasar kucing garong! Belagak jadi anak muda gak inget anak bini di rumah!' Anna membatin.

'Perasaan tadi malam aku gak mimpi buruk-buruk amat. Tapi, kenapa sepagi ini aku sudah dihadapkan kenyataan yang mengerikan seperti ini.' Dalam hati Anna masih terus sibuk berbicara sendiri.

Anna merasa seperti sedang berada di kandang singa walaupun di sekitar situ banyak orang yang asyik dengan kesibukannya masing-masing. Anna semakin merasa gelisah karena angkot yang gadis itu tunggu seakan sengaja tidak mau lewat. Padahal, ia sudah menunggunya hampir setengah jam lebih duduk bersebelahan dengan makhluk yang bagi Anna saat itu menakutkan. Karena ia khawatir disantet bininya jika Anna dengan terang-terangan melayani tua bangka tak tahu diri itu.

Tidak menutup kemungkinan jika anak perempuan bapak itu sudah ada yang sama persis sepantaran dengan Anna. Karena Anna merasa saat melihat lelaki bangkotan itu seperti sedang melihat bapaknya sendiri.

Kecamuk hati Anna dikejutkan oleh getar ponsel di dalam tas yang kebetulan sedang diletakan di bangku panjang persis di samping tubuhnya untuk pembatas dengan lelaki yang masih setia duduk di tempatnya itu. Suara getar ponsel itu begitu terasa kencang karena posisinya sedang menempel di kursi walaupun posisinya di dalam tas.

Anna sigap meraih tasnya yang berwarna putih dengan tali pink itu ke pangkuannya dengan masih terdengar suara getar yang tak kunjung berhenti. Dilihatnya laki-laki di sebelahnya pun sedang melakukan panggilan yang tak kunjung dijawab. Ekor mata pria di samping Anna itu sesekali melirik Anna mungkin merasa penasaran dengan suara getar di dalam tas Anna. Karena ketika bapak tadi menelpon ponsel Anna tak lama langsung bergetar dan ketika sambungan telepon dimatikan suara getar di ponsel Anna pun turut berhenti.

Muka Anna mulai memerah menahan resah. Gadis itu khawatir lelaki itu sudah mulai curiga dengan dirinya walaupun hingga detik itu pria itu tidak berani menyapa Anna secara langsung. Hanya sorot matanya saja yang sesekali mengerling genit ke arah Anna yang membuat Anna merasa sawan.

Lelaki itu sepertinya semakin penasaran dengan terus melakukan panggilan ke nomor Anna sehingga ponsel Anna pun kembali terasa bergetar. Untuk menyamarkan Anna mulai berdiri dari duduknya sengaja mendekap tasnya di depan dada berharap getar ponsel itu tersamarkan dan tidak membuat curiga bapak yang masih menelpon nya terus-terusan.

'Duh, sial! Kenapa tadi aku gak sekalian menonaktifkan getarnya juga, sih. Kenapa hanya nada dering nya saja yang aku matikan kalau kejadiannya bakalan jadi seperti ini.' Anna hanya mampu menggerutu di dalam hatinya.

Anna melangkahkan kakinya untuk lebih menjauh dari bangku yang sedang duduki oleh bapak berkemeja kotak-kotak hitam itu. Seandainya di saat genting seperti itu Anna melihat ada sosok Lukman di sekitar situ mungkin gadis itu akan segera berlari ke arah Lukman dan menarik tangannya agar bapak-bapak tadi tidak merasa penasaran lagi dengan dirinya.

Namun, itu semua hanya andai-andai seorang Anna karena kenyataannya saat ini Lukman sedang berada jauh di tempat yang berbeda dengannya. Mungkin sedang tidur atau sedang sibuk dengan cucian bajunya karena beberapa hari yang lalu sempat bilang ke Anna jika baju kotornya katanya sudah mulai menggunung belum sempat dicuci karena hampir tak ada waktu disibukkan dengan kegiatan di pondoknya.

Hati Anna seketika melonjak kegirangan. Matanya berbinar senang ketika dilihatnya dari arah barat seperti kepala angkot muncul dari belokan yang menuju ke arah Anna. Anna merasa seperti terselamatkan dari perangkap bajak laut karena kini dirinya bisa dengan cepat melarikan diri dengan angkot yang sebentar lagi melintas di hadapannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!