"Sekarang Anna lagi di Serpong. Main di rumah teteh sepupu. Tapi nanti menjelang idul Fitri insyaallah pulang, kok." Anna memberikan penjelasan.
***
Idul Fitri sudah terlewat 7 hari yang lalu.
Lukman pun menepati janjinya untuk mendatangi rumah Anna. Hampir separuh perjalanan lelaki itu merasa aman-aman dan lancar-lancar saja.
Namun, ketika dirinya mendapati jalan yang sesuai dengan arahan dari Anna melalui sambungan telepon beberapa hari yang lalu Lukman mendadak ragu dan gamang. Karena jalan yang harus ia lalui berupa jalanan yang mengarah ke perkebunan karet yang begitu luas dengan akses jalan yang sangat terjal.
Hanya berupa jalan tanah dengan bebatuan sebesar kepala kebo. Untuk meyakinkan hatinya pria bersarung itu pun merogoh ponselnya dari kantong jaket yang ia kenakan.
Setelah sebelumnya ia mencari kontak yang bernama Anna lalu ia pun memijit tombol panggilan. Beberapa kali tersambung. Tapi, tak jua dapat jawaban dari perempuan bernama Anna itu.
"Ini sekarang Kakak sudah berada di pertigaan jalan yang sebelah kirinya ada gedung sekolah SD. Dari sini ambil jalan ke arah mana lagi? Lurus apa belok kanan?" tanya Lukman setelah hampir 5 kali panggilan baru diangkat oleh Anna di seberang sana.
"Serius, Kakak sudah sampe situ? Belok kanan saja, Kak!" Anna memberikan arahan jalan.
Walaupun hatinya diliputi rasa ragu dengan jalan yang barusan diintruksikan oleh Anna Lukman pun membelokkan kendaraan roda duanya itu untuk menyusuri jalanan yang rusak parah disertai licin karena mungkin tadi malam sempat terguyur hujan.
Setelah beberapa ratus meter lelaki itu memasuki area perkebunan dilihatnya seperti ada sebuah kampung di tengah kebun itu. Ia pun kembali menelpon Anna. Memastikan rumah Anna apa berada di daerah kampung situ atau bukan.
"Bukan, Kak, rumahku masih jauh banget dari sana. Kakak lurus saja ikutin arah jalan yang berada di kebun karet itu hingga nanti masuk perkampunganku." Jawaban dari Anna hampir membuat Lukman putus asa karena ia merasa sangat kewalahan saat harus melintasi jalanan yang tak layak dilalui itu.
Namun karena rasa penasaran yang tinggi terhadap sosok Anna dan pria itu pun tak ingin mengecewakan Anna karena sudah berjanji akan datang menemuinya langsung ke rumah wanita yang selama ini sudah membuat hari-harinya terasa lebih berwarna.
Didorong perasaan penasaran yang tinggi akhirnya Lukman kembali melajukan sepeda motornya.
Dalam hatinya terbersit perasaan negatif terhadap Anna. Ia khawatir wanita itu sudah menipunya dengan memberikan alamat palsu yang tidak bisa dituju.
Namun, pria itu pun berusaha menepis semua persangka buruknya yang tiba-tiba saja muncul begitu saja terhadap Anna.
Tak mungkin Anna melakukan hal tidak baik seperti itu karena menurut penilaian Lukman Anna merupakan wanita yang baik, tulus,. dan lembut walaupun ia baru mengenal lewat suara merdunya saja.
***
Sementara di rumahnya Anna kelimpungan sendiri karena ia belum sempat mandi dan membersihkan diri apalagi berdandan rapi dan wangi. Karena sehabis Subuh tadi ia disibukkan dengan pekerjaan rumah yang lumayan menguras waktu dan tenaga.
Menyapu sekeliling rumah, halaman depan dan samping, mencuci piring dan pekerjaan rumah lainnya. Hingga tak terasa ternyata jarum jam dinding yang nempel di dinding dapur sudah menunjukkan ke angka setengah sepuluh pagi.
Dengan jurus seribu bayangan Anna pun berlari ke arah kamar mandi setelah sebelumya ia menyambar handuk yang tergantung di kastok kamarnya. Gadis berusia 23 tahun itu pun mandi dengan perasaan tak karuan. Karena harus buru-buru mengejar waktu. Jangan sampai nanti pria yang akan menemuinya itu tiba di rumahnya tapi Anna dalam keadaan belum rapi. Itu sangat memalukan buat Anna sendiri. Maklum kepercayaan diri yang dimilikinya sangat minim.
Setelah menggosok gigi. Anna tak lupa mencuci muka dengan sabun khusus cuci muka yang selama ini ia gunakan yaitu sabun cuci muka dari produk Tje-puk untuk sekadar mencerahkan kulit mukanya agar tak terlihat terlalu kusam dan gelap.
Anna pun menyudahi aktifitas membersihkan dirinya di kamar mandi dengan terburu ia melangkahkan kaki jenjangnya menuju kamar.
Mata gadis itu pun menyapu seisi lemari yang penuh sesak oleh pakaiannya sendiri. Ia bingung dalam menentukan pilihan baju yang akan ia kenakan untuk menyambut kedatangan Lukman dalam hitungan menit ke depan. Karena begitulah insting perempuan. Baju yang sudah berjejal satu lemari pun, tapi ketika ia akan memilih salah satunya menjadi bingung sendiri dan akhirnya berkata, "Aku gak punya baju." Padahal, sudah jelas baju-baju yang numpuk di lemari itu jika dihitung satu persatu jumlahnya mungkin bisa hingga puluhan. Bahkan mungkin ada yang sampai ratusan.
Tangan kanan Anna tertuju ke baju atasan berlengan panjang warna putih dengan motif bunga di bagian depan seta dilingkari seperti renda membentuk garis. Sedangkan untuk bawahan ia mengenakan rok hitam panjang favoritnya yang berbahan katun. Tak lupa hijab segi empat dengan warna yang sengaja disenadakan dengan rok ia pakai yaitu sama-sama berwarna hitam.
'Gak papalah, kek pake seragam calon tes CPNS,' Anna bergumam dalam hatinya sendiri.
Wanita itu pun mulai mematut diri di depan kaca besar yang menempel di lemari kamarnya. Melihat pantulan dirinya sendiri di dalam cermin berbentuk oval itu. Dengan telaten ia mulai mengoles wajahnya dengan cram siang dari produk Tje-puk berwarna cokelat kekuningan itu hingga menghasilkan kulit muka yang sedikit tercerahkan. Setelahnya ia memakai bedak padat Charing lalu diratakan hampir ke setiap inci wajah.
Sudah. Hanya itu make up Andalan Anna yang rutin ia gunakan. Tak ada lipstik, maskara maupun sipat alis.
Belum sempat memasang hijab segi empat ya tiba-tuba saja Anna dikejutkan oleh suara kendaraan roda dua yang berhenti mendadak tepat di halaman.
Terdorong rasa penasaran Anna auto melonjak dari dalam kamar dan mengintip dari kaca depan rumah. Dilihatnya seorang lelaki berjaket merah bertuliskan KTM di bagian punggungnya khas jaket tukang ojek. Tak lama langsung berjalan menuju arah rumah Anna seraya mengucap salam yang langsung dijawab oleh Bu Asih. Sang ibu yang secara kebetulan sedang duduk santai di tempat duduk berupa amben bambu.
"Assalamualaikum, Mohon maaf, Bu, mau tanya rumahnya Anna Althafunnisa sebelah mana, ya?"
"Rumah Anna?" Bu Asih balik nanya.
"Iya, Bu." Lukman mengiakan dengan pasti.
"Ini rumahnya Anna." Bu Asih menjawab sambil berbasa-basi dan menyilakan tamu untuk Anna agar duduk di amben. Lalu Bu Asih berlalu menuju dapur untuk membuatkan segelas kopi.
Sedangkan Anna di dalam kamar merasakan detak jantungnya semakin cepat berlalu karena kini di depan rumahnya sudah ada lelaki yang kini sedang menunggunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments