Hari Minggu yang dinanti pun datang .
Mia sedang menyapu teras depan rumah ketika Zaskia datang dibonceng oleh seorang laki-laki yang baru kali pertama dilihat oleh Mia.
Mia menjawab salam yang diucapkan oleh Zaskia dan pria yang bersamanya hampir secara bersamaan. Tak lupa Mia langsung menyilakan kedua tamunya itu untuk masuk dan menyuruhnya duduk di kursi ruang tamu yang sudah rapi karena memang sudah dibersihkan dan disiapkan semaksimal mungkin.
"Sebentar, ya, aku tinggal ke belakang dulu buat nyiapin minum," pamit Mia seraya berlalu menuju dapur. Kebetulan di rumahnya sedang sepi tidak ada siapa-siapa kecuali dirinya. Bapaknya Mia yang seorang guru PNS di sebuah sekolah Negeri masih aktif mengajar dan berangkat setiap hari. Dan ibu walaupun hanya sekadar seorang ibu rumah tangga sejati tapi, selalu aktif diberbagai kegiatan dan organisasi yang berada di kampungnya sendiri.
Kakaknya Mia, yaitu Lukman tinggal di pondok sudah hampir 5 tahun lamanya pulang ke rumah hanya sesekali dalam satu bulan. Itu pun kadang tak pernah sampai nginap di rumah karena tujuannya hanya untuk mengambil bekal berupa beras dan uang selama ia tinggal di asrama pesantren.
Sedangkan, adik perempuan Mia saru-satunya masih duduk di sekolah setingkat SMA sambil mondok di sebuah pondok pesantren elit yang berada di tetangga kabupaten.
Sehingga hanya Mia lah yang sering tinggal di rumah bersama kedua orang tuanya. Karena jarak kampus yang ditempuh dari rumah oleh gadis itu masih bisa terjangkau pulang pergi setiap hari. Oleh karenanya Mia tak perlu mencari tempat kost-kostan yang seperti dilakukan oleh sebagian teman-temannya yang memang berasal dari jauh di luar daerah.
Tangan Mia sedang sibuk membuat teh hangat sebanyak tiga gelas. Satu untuk Zaskia, satunya untuk lelaki yang datang bareng Zaskia serta satu gelas lagi untuk dirinya sendiri sebagai tuan rumah.
Tangannya memasukkan gula ke dalam setiap gelas yang sudah ditatanya di nampan berukuran sedang warna biru itu. Sedangkan hati Mia sibuk dengan pikirannya sendiri.
'Itu cowok yang barusan membonceng Zaskia ganteng banget, gantengnya gak ketulungan. Duh, kenapa Zaskia yang dibawa malah aku yang deg-degan.' Mia hampir saja mengucurkan air dingin ke dalam gelas teh yang sedang dibuatnya jika saja tidak ditegur oleh Zaskia yang tiba-tiba sudah muncul dari pintu dapur dan menghampiri Mia.
"Kamu sebenarnya mau bikin es buah apa teh panas sih, Mi. lihat ini tuh tulisannya cool bukan hot," ujar Zaskia sembari tangannya menunjuk ke arah kran dispenser yang terletak di sebelah kiri pintu dapur.
"Pantesan lama. Dari tadi bikin minum, kok, gak rampung-rampung kek lagi nanem padi satu hektar saja," sambung Zaskia. Tangannya mencomot gorengan di piring yang terletak di meja makannya Mia.
"Ini gorengan dapet beli apa bikin sendiri, Mi?"
"Bawel, tinggal makan doangan juga." Mia menjawab pertanyaan sahabatnya itu tanpa menoleh karena sedang mengaduk teh.
"Zas, itu di depan siapa?" Alis Mia terangkat beberapa kali ke arah Zaskia sebagai kode.
"Mau tahu aja apa mau tahu banget?" Zaskia malah sengaja menggoda Mia.
"Mau tahu gejrot!" jawab Mia melengos.
Setelah siap dua sahabat itu pun berjalan beriringan menuju arah ruang tamu. Zaskia membawa dua piring penuh gorengan beraneka macam sedangkan di belakang Zaskia Mia menenteng nampan berisi teh manis panas untuk mereka bertiga.
Farid sedang asyik dengan ponselnya sendiri ketika Mia dan Zaskia memasuki ruang tamu. Seketika kepala pria itu terangkat dan menoleh ke arah dua gadis itu seraya tersenyum manis.
"Duh, jadi gak enak, nih, ngerepotin," ungkap Farid berbasa-basi sambil tersenyum ke arah pemilik rumah yang terang saja membuat Mia hampir salto dan kayang di tempat karena mendapat hadiah senyum menawan dari lelaki yang sedari tadi membuat hatinya berdebar tak karuan.
"Gak papa ngerepotin sekali-kali asal jangan keseringan. Iya, kan, Mi?" sahut Zaskia tertawa ke arah Mia.
"Iya," jawab Mia spontan.
"Eh, ih, enggak, Ding," sangkal Mia setelah sadar dengan apa yang dikatakan Zaskia.
Dalam hati sendiri Mia berkata, 'Gak apa-apa aku rela bin ikhlas setiap hari bahkan setiap detik pun direpotin lelaki seganteng kamu, Mas.'
Memang lebay jika seseorang jika sudah berurusan dengan masalah hati ini. Yang kadang tak masuk logika pun bisa jadi wajar dibuatnya. Begitu pun yang sedang dialami oleh Mia ini. Walaupun dirinya belum tahu lelaki itu siapa. Entah abangnya Zaskia, kakak sepupunya atau hanya sekadar teman Zaskia yang belum sempat dikenalkan oleh sahabatnya itu kepada dirinya.
Yang jelas Mia berharap banyak jika yang datang bersama Zaskia itu masih ada hubungan darah atau hubungan kekeluargaan dengan Zaskia biar dirinya bisa mendapat secerah harapan yang indah tentang laki-laki yang memesona itu.
Hidungnya yang mancung, alis tebal dipadu dengan sorot mata tajamnya serta bibir tipis kemerahan yang dimiliki lelaki bernama Farid itu telah mengaduk-ngaduk hati Mia tanpa kompromi.
Mia belum menyadari jika Farid itu merupakan belahan hati dari sahabatnya sendiri yang sudah memiliki niat untuk menikah dalam waktu dekat.
Di sela-sela obrolannya Zaskia mulai mengutarakan niatnya kepada Mia jika Sabtu depan di rumahnya akan ada acara keluarga dan Zaskia meminta agar Mia bisa hadir lebih awal untuk menemaninya nanti di sana.
Namun, Zaskia dengan sengaja tidak pernah mengasih tahu sebelumnya kepada sahabatnya itu jika acara itu adalah acara lamaran dirinya sendiri dengan Farid yang memang sudah direncanakan dengan matang beberapa waktu bulan kemarin usai mereka menyelesaikan kegiatan KKN.
Zaskia berpikir dirinya ingin membuat kejutan untuk Mia di hari H acara lamarannya nanti aga Mia tidak merasa sedih dan merasa sendiri jika sampai tahu dari awal atau dari sekarang-sekarang tentang acara lamarannya Zaskia dengan Farid.
Zaskia masih ingin menghabiskan waktu lajangnya lebih lama lagi bersama Mia dengan berkumpul, pergi hang out bareng, makan-makan dan acara seru lainnya yang membuat mereka lupa dengan tugas kuliah dan masalah yang kadang membuat mereka merasa jenuh.
"Ada acara apa, sih, Zas? Kok, ngedadak banget. Jangan bilang kalau kamu mau nikah dalam waktu dekat sementara nasib aku sampai sekarang ini masih jomblo kek gini," tanya Mia sekaligus seolah mengancam sahabatnya.
"Semua orang, ya, pastinya mau menikah, lah, Mi, jika memang sudah tiba waktunya dan datang jodohnya," timpal Zaskia meluruskan.
"Jadi, beneran Sabtu depan itu memang acara nikahan kamu, Zas?" cecar Mia tak sabar.
"Mana calonnya? Kenapa sampai sekarang gak kamu kenalin ke aku, sih, Zas?" sambung gadis itu lagi penasaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments