["Nanti besok saya akan datang ke rumah Neng Anna. Siap-siap, ya. Jangan lupa kasih tahu juga orang tuanya.]
Sebuah pesan lewat SMS diterima Anna dari Furqon sehingga perempuan itu mendadak panas dingin. Bukan panas dingin karena senang ataupun bahagia tapi sebaliknya. Gadis itu merasa ketakutan sendiri. Entah kenapa setelah membaca chat dari Furqon Anna mendadak merasa jadi horor bak melihat tayangan menyeramkan.
Anna memutar otak bagaimana caranya ia dapat menghindari dan menggagalkan niat kaki-laki niradab itu. Ditolak secara terang-terangan pun masih kek muka tembok apalagi ditolak secara halus pasti tidak akan peka. Begitu menurut Anna merutuki sikap Furqon yang menurutnya gak ada akhlak itu.
Tak ada pilihan lain selain Anna sesegera mungkin menghubungi Lukman. Meminta kepada laki-laki itu agar datang ke rumahnya besok hari juga. Beruntung Lukman pun mengiakan permintaan dari Anna walaupun mendadak.
***
Keesokan harinya belum jam delapan pagi Lukman sudah tiba di rumah Anna. Anna yang sudah rapi langsung mengajak Lukman untuk pergi saat itu juga dari rumahnya.
"Kemana?" tanya Lukman belum paham dengan maksud dan tujuan Anna.
"Kemana aja yang penting kita cepat pergi." Anna menjawab asal.
Lukman mulai menghidupkan mesin kendaraan roda duanya. Setelah Anna berpamitan kepada orang tuanya ia pun lalu duduk di bagian belakang jok motor yang dikendarai Lukman.
Sepanjang perjalanan ponsel Anna tak berhenti berdering terus menerus hingga membuat Anna merasa risih.
"Angkat dulu tuh, teleponnya berisik!" titah Lukman di tengah perjalanan sambil menepikan kendaraan roda duanya di tepi jalan.
Anna dengan malas merogoh ponselnya dari dalam tas yang ia cangking. Dilihatnya panggilan tidak terjawab dari nomor Furqon hingga puluhan kali serta SMS yang berderet panjang memenuhi kotak masuk di ponsel Anna. Tanpa membacanya terlebih dulu Anna langsung membalas SMS Furqon agar lelaki itu paham jika kini dirinya sedang bersama Lukman.
"[Maaf, saya sedang di luar bareng Lukman. Jadi mohon jangan diganggu."]
Anna mengirim balasan dengan secepat kilat agar cepat dibaca oleh Furqon dan berharap pria itu berhenti meneror dirinya baik lewat panggilan telepon maupun lewat SMS.
["Iya, gak apa-apa saya tunggu di jalan perapatan pangkalan ojek."]
Pesan balasan dari Furqon cukup membuat Anna ternganga.
'Nekat bener itu laki-laki sudah sengaja dikasih tahu aku sedang bareng pria lain pun tuh orang masih maksa,' rutuk Anna dalam hati.
"Kenapa?" Lukman bertanya melihat ekspresi Anna seperti sedang risau.
"Lelaki itu malah mau nyegat kita di jalan katanya," ucap Anna sembari menatap gusar ke arah Lukman.
"Mau ngapain, ceunah?"
"Ya, enggak tahu. Mungkin mau ngajak kamu gulat," jawab Anna sembarangan.
"Ogah amat ngelayanin orang yang kagak jelas kek gitu." Lukman menimpali.
Anna mulai mengajak Lukman untuk meneruskan perjalan mereka yang tadi sempat terjeda karena teror telepon dari Furqon.
Anna meminta diantar ke alun-alun Menes untuk sekadar bisa makan kupat tahu kesukaannya sedari kecil itu sekalian untuk menghindari pertemuan dengan Furqon yang masih bersikukuh dengan pendiriannya jika harus bertemu Anna hari itu juga.
Lukman melajukan kendaraan roda duanya dengan kecepatan agak tinggi sehingga Anna mau tak mau harus mencengkeram pinggang Lukman untuk bisa berpegangan dengan kuat agar dirinya tidak terjatuh di jalanan.
Memang dari pertama Anna dibonceng Lukman laki-laki itu sepertinya tidak bisa dan tidak biasa membawa motor secara perlahan dan hati-hati.
Tiba di alun-alun Menes setelah turun dari motor kaki perempuan itu langsung melangkah menuju kedai jajanan yang bertuliskan Sedia Kupat Tahu. Sementara Lukman memarkirkan kendaraan roda duanya di pinggir jalan persisi samping alun-alun yang sudah mulai dipadati pendatang dari berbagai arah sekitaran kota Menes dan daerah terdekat lainnya.
Usai memerkirakan motornya langkah kaki Lukman pun langsung menyusul Anna yang dilihatnya sedang memesan makanan berbumbu kacang itu untuk mereka berdua.
Lukman masih berdiri tepat di hadapan Anna. Sedangkan Anna sendiri sudah duduk di bangku panjang yang sudah disediakan boleh yang punya kedai di situ.
Bola mata Anna membulat ketika tatapannya tertuju ke arah bagian depan tubuh Lukman. Dilihatnya beberapa kancing kemeja warna biru kotak-korak berlengan pendek yang saat ini dikenakan oleh Lukman sudah terlepas dari tempatnya. Alhasil sebagian perut laki-laki berambut cepak itu terlihat karena baju yang dipakainya tidak dapat menutup dengan sempurna.
"Ini kancing baju pada kemana?" tanya Anna. Jemarinya menyodor ke arah kemeja Lukman yang memang ada beberapa kancing yang sudah tidak ada di tempatnya.
"Gak tahu. Padahal tadi waktu dipakai kancingnya masih lengkap. Mungkin karena kamu tadi mencengkeramku terlalu kencang sampe gak terasa melepaskan kancing baju yang kupakai." Lukman berbicara dengan raut muka antara kesal dan seperti menahan malu karena di dalam kedai itu. selain ada Anna dan dirinya juga ada beberapa orang pengunjung serta bapak sang pemilik kedai tersebut.
Hampir saja tawa Anna meledak jika saja ia tidak membekap mulutnya sendiri dengan telapak tangan kanannya.
"Kok, bisa? Serius itu gara-gara aku tadi pas pegangan kencang?" Anna bertanya ragu.
"Lha, buktinya ini kancing pada raib. Padahal tadi sebelum aku bonceng kamu masih utuh," rutuk Lukman masih menatap kesal ke arah Anna.
Anna pun kemudian berusaha meminta maaf berharap Lukman tak menunjukkan sikap sebal lagi kepada dirinya. Walaupun dalam hati gadis itu ia rasanya pengen ketawa ngakak melihat Lukman memakai baju seperti anak kecil yang sengaja kelihatannya bagian perutnya.
Gawat! kalau sampai laki-laki itu ngambek dan ninggalin dirinya di alun-alun. Siapa yang akan membayarkan kupat tahunya yang sudah terlanjur ia pesan tadi. Anna juga takut jika dirinya nanti tak ada yang mengantar pulang ke rumah.
'Gak mungkin kan, kalau aku harus minta anter bapak penjual kupat tahu atau minta anter ke supir angkot? Bisa-bisa nanti aku dikejar-kejar bininya kang angkot dan bini kang kupat tahu,' batin Anna dalam hatinya.
Lukman mulai duduk tepat di sebelah Anna. Anna mulai menerima dua piring kupat tahu pesanannya tadi satu untuknya sendiri sedangkan piring satunya Anna letakkan tepat di hadapan Lukman.
Tangan Anna langsung menyendok sesuatu yang ada di dalam mangkuk yang terletak persis di hadapan Anna. Anna mengira itu adalah saus kacang untuk penambah bumbu kupat tahu yang ada di piringnya. Anna pun menyendok dengan semangat tanpa curiga pikirnya jika semakin banyak bumbu kacangnya maka akan jadi semakin nikmat nanti saat dirinya menyantap makanan favoritnya itu.
Anna pun tak lupa menawari Lukman agar piringnya pun ikut ditambahi bumbu yang tadi disendok oleh Anna.
Namun, Lukman berusaha menolaknya sambil bergidik ngeri ke arah Anna.
"Enggak, cukup segini aja," tolak Lukman kemudian.
Setelah semuanya dirasa cukup. Anna mulai bersiap untuk menyantap kupat tahunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments