Robi yang berlari ke dalam kamar segera membuka tas berwarna hitam yang mana kala itu dia gunakan untuk menaruh semua barang ataupun di kertas-kertas yang akan diperlukan dan akan dibawa ke London.
Semua isi yang ada di dalam tas Robi keluarkan akan tetapi Robi kecewa karena tidak menemukan kertas brosur undangan yang dia cari dengan perasaan frustasi Robi menjatuhkan tubuh nya di atas Ranjang.
"Kenapa tidak ada, jika seperti ini apa yang harus Aku lakukan, Aku sudah susah payah meminta izin kepada Paman untuk membawa Rendra mengurus MR Abdullah yang ingin bekerja sama dengan perusahan Admaja, agar dia bisa bertemu langsung dengan Vanessa tapi kini brosur itu tidak ada itu artinya aku akan sulit mempertemukan mereka, karena aku sendiri juga tidak ingat dan tidak hafal alamatnya sungguh aku sangat bodoh Kenapa aku tidak memotretnya biar kalau hilang masih bisa kutemukan, sekarang Aku harus bagaimana mungkin belum terlambat, Lebih baik Aku telepon Arman Siapa tahu dia belum naik pesawat dan bisa memberiku brosur kembali meskipun itu hanya lewat foto, Baiklah Aku telepon Arman dulu daripada Aku pergi ke London sia-sia, karena tujuanku ingin mempertemukan Rendra dan Vanessa.
Robi mulai memencet satu nomor telepon milik Arman Setelah menunggu beberapa saat akhirnya sambungan telepon pun tersambung, Robi dalam hati bernafas lega dan bersyukur karena sambungan telepon masih bisa dilakukan itu artinya Arman belum naik pesawat dan masih bisa dimintai tolong.
"Halo..! "
"Halo, Arman ini gue lo belum Naik pesawat kan?
" Hei, Rob ada apa? Iya Nih gue belum naik pesawat sebentar lagi mungkin 10 menit lagi ada apa? Apakah kamu mau minta oleh-oleh dari Amerika. "
mendengar pertanyaan dari Arman Robi tertawa lepas. "Hahaha, lo tau aja Man begini Waktu itu lu kan yang ngasih gue brosur undangan pembukaan diskon besar-besaran dari bukti terkenal di London nah Kebetulan aku mau bawa ke sana dan setelah aku cari brosur itu tidak ada Apakah kamu bisa memberiku kembali Soalnya aku sangat membutuhkan sekali Bukankah kamu pernah bilang padaku dan mengatakan jika pemilik butik itu salah satunya seorang wanita yang pernah aku kasih lihat fotonya itu padamu, "
"Oh, itu! dia salah satu pemilik butik di London yang terkenal Aku juga tidak terlalu hafal alamatnya karena ini cabangnya yang lagi dia resmikan untuk brosur Aku tidak membawanya karena Brosur itu masuk di dalam Tasku Nanti aku kirim alamatnya ke kamu sekrang Aku tidak bisa karena tas Aku sudah berada di bagasi."
"Begitu, tapi benar ya! kalau kamu sudah sampai jangan lupa kamu kirimkan alamat dari brosur itu secepatnya, karena tujuanku ke London kan ingin ketemu dia. Aku sudah lama tidak bertemu dengannya jadi Aku harap kamu tidak lupa. "ucap Robi yang meminta kepastian.
"Tenang, pasti akan Aku kirimkan sekarang sudah dulu ya, sebentar lagi Aku sudah mau masuk pesawat nih, Selamat jalan Untuk kamu hati-hati Nanti kabari Aku kalau kamu sudah ada di London Aku akan kirimkan alamat Brosur nya. "
"Ok, hati hati juga untuk kamu, smoga perjalanan mu ke Amerika juga lancar selamat sampai tujuan."
Tidak lama kemudian panggilan telepon pun terputus Robi menarik Napas lega karena Arman masih membawa Brosur udangan yang mana Arman berjanji akan mengirimkan nya setelah dia sampai di London.
Keesokan harinya di mana Robi dan Rendra akan pergi ke bandara untuk terbang ke London di mana Rendra dan Robi mendapatkan tugas dari Papa Rendra yang sebenarnya hanya meminta dan menyuruh Robi saja untuk menangani satu klien yang berniat untuk melakukan kerjasama dengan perusahaannya, Akan tetapi karena di tempat itu Robi yang sejak lama mencari informasi tentang keberadaan Vanessa dan akhirnya sudah menemukan dengan alasan tidak bisa akhirnya Robi meminta kepada Papa Rendra untuk mengizinkan Rendra ikut bersamanya.
Sebuah teriakan dan tangisan histeris dari Arsel ketika Rendra pergi dengan membawa satu koper ditangannya, Arsel mengira Papanya sedang marah sehingga dia pergi meninggalkan Rumah Hal itu membuat Arsel menjadi sangat sedih dan menangismenangis dengan histeris.
"Papa... huaa...huaaa... hizk.. hizk jangan pergi...! Papa...!
Melihat putranya menangis dengan sangat histeris Alena yang saat itu berada di samping Arsel merasa sangat sedih dan Terpukul Karena bagaimanapun juga kepergian Rendra meskipun hanya untuk urusan kerja akan tetapi hal itu membuat Alena juga merasa sangat sedih, di mana dia dalam beberapa hari tidak akan melihat wajah Rendra sang Pujaan Hati.
"Tenang sayang, Papa hanya pergi kerja Arsel yang tenang ya, jangan menangis, Nanti Papa juga akan pulang. "
"Huaa... huaaa... hizk.. hizk Arsel mau ikut Papa. "
"Tidak bisa sayang, Papa kan kerja bagaimana mau bawa Arsel, sudah Arsel jangan menangis lagi, "
"Papa, ikuuuuuut..!
Mendengar tangisan dan teriakan putranya Rendra yang kala itu berjalan menuju ke mobil bersama Robi di sampingnya secara mendadak menghentikan langkah kakinya kemudian berniat untuk berbalik dan menghampiri Arsel akan tetapi Robi melarang dan mengingatkan karena waktu penerbangan sebentar lagi.
"Waktu kita tidak banyak Ren, sudah jangan hiraukan Nanti kamu telpon saja setelah sampai di London."
Akhirnya Rendra cuma berbalik sambil melambaikan tangan dan tidak lupa memberikan ciuuman jarak jauh.Arsel yang mendapatkan ciuuman jarak jauh tapi hati Alena yang berdebar debar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 354 Episodes
Comments