Ayah Eva dan Baim segera berlari masuk ke dalam kamar Eva yang kala itu tertutup dan mereka mendengar suara tangisan Eva yang sedang memanggil-manggil nama ibunya.
Dengan perasaan cemas Aya Eva segera membuka pintu kamar kemudian diikuti oleh Baim dibelakangnya.
ketika pintu kamar sudah terbuka ayah Eva melihat Eva menangis.
"Va, sudah apa lagi yang kamu pikirkan Nak bukankah semua sudah berlalu kamu tidak perlu memikirkannya lagi pasti Ibumu juga akan memaafkanmu cuma ibumu masih membutuhkan waktu biarkan dia sendiri.
" Benar, Va Nanti lama kelamaan ibumu Akan bisa memaafkanmu, kamu harus maklum mungkin ibumu sedang syok dan merasa bersalah saja." ucap Baim menjelaskan.
Eva mulai menghapus air matanya kemudian menatap Baim dengan pandangan mata penuh harap seperti orang yang sedang memohon.
"Kamu kan pernah bilang kamu akan membantuku untuk mencari Mbak Nesa, apakah kamu mau membantu ku tolong pertemukan aku dengan Mbak Nesa Bukankah kamu seorang pimpinan polisi, pasti kamu memiliki teman yang banyak kamu juga bisa memiliki informasi yang cukup luas tolong Aku, pertemukan aku dengan Mbak Nesa Aku ingin minta maaf padanya, Aku ingin bisa segera bertemu IBu, Aku rindu padanya. "
Baim tersenyum mendengar perkataan Eva kemudian berjalan mendekati efek dan menepuk bahunya.
" Berhenti menangis, berhenti bersedih Aku akan carikan informasi tentang kakakmu semoga saja kali ini berhasil, karena selama ini kami mencari cukup kesulitan karena kakakmu tidak meninggalkan jejak sama sekali seolah-olah orang yang mengajak dan membawa kakakmu memang sengaja menghapus jejak dari kakakmu. "
"Baim, trima kasih Maaf merepotkanmu selalu, "
"Tidak apa apa, "
"Ehemm..! "Ayah Eva berdaham kecil ketika melihat kedua orang yang ada di depannya sedang sibuk berbicara dengan serius yang mana kehadiran sang ayah di situ seolah-olah tidak mereka anggap untuk itu sang ayah padahal kecil untuk menarik perhatian mereka berdua agar mereka berdua sadar jika di tempat itu masih ada sang Ayah.
"Ok, kalian lanjutkan ayah akan pergi keluar sebentar, "
dengan malu-malu Baim menganggukkan kepala dengan sangat santun, dengan bibir mengulum senyum sang ayah keluar dari dalam kamar kini tinggallah Eva berdua bersama dengan Baim.
" kamu tenang saja Pak aku akan mencarikan informasi tentang kakakmu secepatnya aku akan berikan kabar dan sekarang kamu beristirahat saja dulu Besok baru datang ke sini lagi Aku harap besok kamu lebih baik daripada hari ini dan kalau bisa kita akan mencari bersama-sama kakakmu.
"Baim..! trima kasih kamu selalu membantuku Aku tidak tahu harus dengan apa membalasnya Terima kasih banyak atas bantuanmu, " lirih Eva dengan Melambaikan tangan ketika Baim berpamitan akan pulang.
Tidak ada jawaban dari Baim yang ada hanya sebuah senyuman di mana Baim mengulum senyum sambil menggelengkan kepala kemudian menunjukkan jempol jarinya ke arah Eva.
Mendung menggantung di mana suasana siang itu mulai terlihat bagaikan malam di mana kabut putih yang tebal berpadu dengan warna gelap seolah-olah hari telah menjadi malam, sebuah mobil mulai memasuki sebuah halaman rumah yang cukup luas meskipun rumah itu tidak terlalu megah akan tetapi rumah itu cukup bagus dan indah.
Perlahan-lahan seorang pengemudi turun dari mobil kemudian mulai menaiki tangga kecil masuk ke halaman rumah dan mulai mengetuk pintu.
"Tok..
"Tok..
" Tok..
Tidak lama kemudian terdengar suara pintu dibuka dari dalam setelah pintu terbuka tampaklah sosok laki-laki muda sedang mengernitkan dahinya ketika melihat Siapa yang datang menemui dirinya.
"Hei, Boss, Tumben lu ke sini mau apa? "
"Apa kamu tidak menyuruhku masuk memangnya aku nggak kamu suruh berdiri di depan pintu saja. "
terdengar suara tawa dari sosok laki-laki yang ada di depannya yang tak lain adalah Robi.
" Masuklah Ren, tumben kamu siang-siang seperti ini ke sini ada apa? "
"Mana, surat-surat yang akan dibawa ke London biar aku yang bawa aku khawatir jika kamu yang bawa nanti lupa Bukankah Bapak memberikan berkas-berkasnya semua kepadamu Kamu itu ceroboh untuk itu aku datang ke sini karena besok kita harus pergi dan aku tidak mau harus kembali lagi karena kamu lupa tidak membawanya.
"Hahaha, itu, Tenang saja aku pasti akan membawanya kamu tidak perlu khawatir. ' jawab Robi sambil mendudukkan bokongnya di atas kursi akan tetapi tidak lama kemudian Robi bangkit berdiri dan pergi ke dapur setelah memberikan penawaran kepada Rendra. " Kamu mau minum apa Ren? "
" Aku tidak yakin kamu tidak akan lupa lebih baik kamu berikan padaku saja, untuk minum apa sajalah yang penting jangan racun. "jawab Rendra sekenanya membuat Robi mendelik seketika.
" Lo, pikir gue tega, hahaha, Aku tidak akan seberani itu, Ren, baiklah sebentar Aku akan buatkan kamu kopi saja Kebetulan aku juga punya sedikit gorengan pisang yang baru saja digoreng oleh Bi Nani. "
Di kala Robi masuk ke dapur untuk membuat kan kopi, Rendra bangkit berdiri sambil melihat lihat keadaan Rumah Robi yang mana masih bertahan dengan jomblo berkarat, tidak ada satu gadis pun yang mampu membuat nya bertahan selalu berganti ganti pacar dan suka main main dan tidak mau serius dalam hubungan membuat Robi bisa bebas kemanapun dia pergi.
Berkali-kali Rendra menggelengkan kepalanya ketika melihat jajaran foto gadis yang pernah dikencani Robi di mana foto-foto itu berjajar di sebuah almari kecil seperti bufet yang ada di ruang tamu ketika Rendra sibuk mengamati foto-foto itu tak sengaja tangan Rendra menjatuhkan sebuah kertas yang ada di atas lemari kecil tempat foto-foto itu di pajang, dengan gerakan refleks Rendra membungkukkan badannya kemudian meraih kertas dan meletakkan kembali ke atas lemari yang tidak terlalu tinggi dan berbentuk seperti bufet di mana di atasnya bisa diletakkan apa saja yang ada.
Ketika Rendra meletakkan kertas tak sengaja kedua bola mata Rendra membaca satu undangan.Sebuah Promo baju di butik ternama di London.
"Ada ada saja ini Robi ngapain juga menyimpan Promo baju memangnya dia juga mau beli baju apa, ada ada saja, " gumam Rendra dalam hati yang mana langsung meletakkan kertas brosur udangan.
Ketika Rendra hendak duduk tiba-tiba terlintas dalam pikirannya untuk mengerjai Robi.
"Lebih baik Aku kerjain dia, akan Aku sembunyikan kertas undangan ini pasti dia akan panik, ini pasti ulah pacar barunya yang ingin di bawain oleh oleh baju dari London, pasti seru, " desis Rendra sambil tersenyum menyeringai.
Melihat Robi datang Rendra buru-buru memasukkan kertas promo undangan ke dalam sakunya kemudian berpura-pura duduk sambil membaca baca koran yang ada di atas meja.
"Ini, Ren kopinya, jangan di tertawakan kalau rasa nya tidak enak, Aku cowok mana bisa bikin kopi enak,"
"Tidak masalah, Oh ya Rob Aku harus cepat pulang tadi Alena menelpon katanya Arsel mencari ku, "
"Aduh, Ren kok kamu itu mau maunya nuruti Wanita yang bukan istrimu, biarin sajalah kamu disini saja kita ngobrol ngobrol. "
"Tidak bisa Anarkku bisa bengkak matanya karena menangis sudah, Aku pulang dulu, " Rendra bangkit dari duduknya kemudian berjalan menuju pintu.
"Ren pisang nya belum kamu makan, "
"Oh, ya, sini Aku makan di mobil saja, " Rendra menggambil dua potong pisang goreng kemudian melangkah keluar pintu.
Di dalam mobil Rendra tersenyum.
"Pasti dia binggung mencari kertas ini, rasain sekali kali ngerjain dia asik juga, " gumam Rendra dalam hati.
Sementara di dalam Rumah Robi sedang kebingungan mencari kertas yang dia simpan diatas bufet Almari.
"Di mana kertas Brosur itu, jangan sampai hilang Aku belum hafal Alamatnya, Arman bilang Vanessa ada di butik itu, dan kalau hilang gagal dah Aku pertemukan Rendra dan Nesa, Astaga mana Arman bilang dia sedang ke Amerika untuk tugas, bagaimana Aku meminta brosur itu, Ah sial, apa Bik Nani yang buang ya, coba Nanti Aku tanyakan, kalau sampai hilang gawat dah, "desis Robi dengan wajah yang panik dan bingung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 354 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
suka 😍
2023-02-22
0