Aurin sudah menunggu Acher di tempat yang telah mereka janjikan kemarin.
Aurin merasa bahwa saat ini dia tidak perlu berpura-pura untuk terlihat kuat lagi di depan Acher karena pria itu sudah mengetahui apa yang terjadi pada dirinya saat ini.
Maka Aurin bisa bersikap sebagaimana dirinya yang sebenarnya bahwa dia tidak sekuat itu untuk bertahan dan tersenyum seolah dia baik-baik saja di hadapan banyak orang.
Dia juga lelah dengan sandiwara yang di bangunnya sendiri. Sandiwara yang di buatnya untuk menutupi kesedihan hatinya yang di goreskan oleh kedua orang tuanya sendiri.
Saat Aurin tengah menikmati hembusan angin yang menerpa wajah dan tubuhnya, suara berat Acher membuyarkan lamunannya saat ini.
" Ace, ehm...maksud ku Ax..." Aurin tidak ingin membuat Acher merasa tidak nyaman dengannya nanti.
Melihat Aurin yang terus memanggilnya dengan panggilan Ace membuat Acher menghela nafas panjang untuk itu.
" Kau bisa memanggilku Ace jika memang itu yang membuatmu nyaman. " Senyum Aurin langsung mengembang saat dia mendapatkan izin dari Acher untuk memanggilnya dengan panggilan Ace.
Memang dia lebih nyaman untuk itu, tapi rasanya dia tidak seberani itu. Apalagi Acher pernah mengatakan bahwa panggilan itu hanya untuk anggota keluarganya saja.
Maka Aurin menolaknya. Dia tidak mungkin memanggil Acher dengan panggilan itu.
" Ax saja, aku akan membiarkannya. " Memberikan senyuman indah pada Acher berharap pria itu membalasnya.
Namun tidak terjadi, apa yang di inginkan Aurin tidak akan terjadi semudah itu.
" Terserah! " Acher berjalan lebih dulu meninggalkan Aurin yang segera mengikutinya.
Dia cukup tau diri untuk tidak berada di satu mobil yang sama lagi dengan Acher. Dia langsung memasuki mobilnya saat Acher juga sudah memasuki mobilnya dan meninggalkan halaman kampus mereka.
Sementara Mario terlihat tidak suka dengan Aurin yang semakin dekat dengan Acher. Apalagi kemarin Vidio wawancara Aurin dengan Acher mendapatkan nilai terbaik dan di siarkan di radio kampus dan mereka semua bisa mendengar apa yang di katakan pria dingin itu.
" Hey Mario, are you oke?" Jessi bertanya pada kekasihnya yang terlihat tidak baik-baik saja setelah melihat Aurin yang pergi bersama Acher dengan mobil yang berbeda.
Bukan hanya hari ini saja, tapi kemarin mereka juga melihat bahwa Aurin berada di dalam satu mobil yang sama dengan Acher dan pergi bersama.
Itu membuat Mario sangat marah dan tidak terima dengan semua itu. Apa bedanya dia dengan Acher?
Dia juga orang kaya, lalu kenapa Aurin tidak menerima dirinya dan malah sibuk dekat dengan pria yang sangat tidak di sukai ya di kampus ini.
" Mario, hey. " Jessi mengejar Mario yang berlalu begitu saja meninggalkannya dan masuk ke dalam mobilnya.
Sementara di sisi lain, Aurin dan Acher baru saja sampai di tempat yang di janjikan oleh Acher kemarin.
" Kita dimana?" Tanya Aurin yang merasa asing dengan tempat ini.
Sementara Acher tidak menjawabnya, dia malah sibuk berjalan meninggalkan Aurin menuju tempat dimana mereka akan menghabiskan waktu.
" Sungai? kamu mengajak ku ke sungai, apa yang akan kita lakukan di sungai Ax?" Tanya Aurin yang berusaha untuk mensejajarkan langkahnya dengan Acher yang sudah berjalan lebih dulu di depannya.
" Aku sudah mengatakannya beberapa kali padamu bahwa aku tidak menyukai wanita yang banyak bicara! jadi tutup mulutmu dan diam lah. " Aurin pun terdiam dan memilih untuk mengikuti Acher.
Akhirnya mereka sampai di tepi sungai dan ada sebuah bangku kayu di dekatnya. Acher duduk di bangku tersebut.
" Ax..."
" Lakukanlah. Lepaskan semua yang kau ingin lepaskan saat ini. Waktu ku tidak banyak. "
" Maksud kamu?" Acher kembali mengembuskan nafasnya dengan berat saat Aurin terus saja bertanya seperti ini padanya.
" Kau menangisi masa lalu mu yang menurutmu itu menyakitkan tapi kau tidak ingin menangis. Jadi lepaskan semua. Keluarkan isi hati mu dan maki mereka yang membuat hatimu sakit dan terluka. "
" Ax .." Aurin menatap pada Acher yang yang tengah memfokuskan dirinya pada objek yang tengah di tatapnya saat ini.
Dia tidak menyangka jika Acher memiliki sisi lain yang begitu peduli pada orang di dekatnya dan Aurin merasa bangga bahwa dia mendapatkan setitik perhatian kecil dari Acher seperti ini.
" Aku tidak akan mendengar mu jadi mengertilah sesuka hatimu. " Acher memasang earphone di telinganya dan membuka buku yang menang sengaja di bawanya.
Sementara Aurin menatap haru pada pria yang telah membuatnya jatuh hati akan sosoknya yang dingin dan terkesan tidak perduli dengan orang di sekitarnya ternyata memiliki hati yang begitu hangat.
" Thanks Ax, " Ucap Aurin dengan perasaannya yang semakin tidak menentu...
Dia memejamkan matanya sambil mengingat bagaimana kedua orang tuanya yang terlalu egois hingga membuat dirinya menjadi korban atas perceraian dan ego mereka sendiri.
Aurin memejamkan matanya sambil mengingat apa yang telah di lewatinya dan apa yang telah terjadi padanya waktu itu.
Tanpa sadar air matanya mengalir begitu saja dari sudut matanya. Betapa sakit hatinya saat mengingat perpisahan kedua orang tuanya hingga memilih untuk menikah lagi dan memiliki kehidupan baru mereka tanpa memikirkan dirinya saat itu.
" Ayah, ibu..." Acher yang sebenarnya tidak benar-benar mendengarkan musik itu menatap ke samping.
Dia melihat betapa sedihnya sosok gadis mungil yang memiliki senyuman indah itu saat ini.
Gadis yang selalu di lihatnya penuh dengan senyuman saat dia masuk ke universitas, gadis yang berhasil mengalihkan pandangannya saat itu kini terlihat sangat menyedihkan dan begitu banyak memendam kesakitan yang luar biasa.
Tangan Acher terulur hendak menghapus air mata itu tapi terhenti. Acher tidak seberani itu untuk melakukannya.
Dia tidak berani melakukan itu karena takut Aurin akan menganggapnya sebagai pria yang tidak baik.
" Terima kasih karena telah menorehkan luka untuk ku Ayah, ibu. Terima kasih karena telah membuat aku merasakan sakit yang luar biasa ini. Terima kasih karena tela melahirkan ku kedua ini dan pernah merasakan kebahagiaan yang hanya sesaat itu. Sekarang aku tau, bahwa kalian tidak benar-benar mencintaiku karena kalian hanya mencintai diri kalian sendiri. " Air matanya semakin mengalir dengan deras.
Angin menerpa wajahnya hingga menerbangkan rambutnya. Acher yang berada di sampingnya hanya bisa diam memaku saat merasakan bagaimana angin berhembus dan menerbangkan rambut Aurin hingga mengenai wajahnya.
" Aroma sakura? Dia memiliki aroma yang sama dengan nai-nai. " Acher mengingat nenek Tarisa yang memiliki aroma tubuh serta rambut yang sama seperti neneknya .
" Ax..." Acher berpura-pura seolah dia tidak mendengar apa pun yang di katakan Aurin tadi.
Dia bersikap seakan-akan dia tidak berada di dekatnya saat ini.
" Acher..." Pria yang di panggil itu hanya menatap datar saat Aurin melepas sebelah earphone di telinganya hingga bisa melihat bagaimana Aurin yang sudah kembali tersenyum setelah tadi dia menangis.
" Terima kasih untuk waktunya. Setelah ini, bisakah kita untuk terus berteman?"
" Aku tidak memiliki waktu lebih untuk terus menemani mu menangis di tempat ini. " Aurin tersenyum dan menghapus air mata yang masih ada di sudut matanya.
Dia tertawa mendengar jawaban dari Acher, dia tidak menyangka jika melupakan masa lalu akan semudah ini.
Memang benar apa yang di katakan Acher jika ikhlas adalah kunci utama untuk ketenangan hatinya dan itu sudah terbukti saat ini.
...💙💙💙...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 269 Episodes
Comments
membaca dalam diam
tp gasemua org bisa ikhlas ridho aja blm tentu masi ga terima kalo gragra perempuan itu kehidupan gue jdi kaya sekarang masi sakit rasanya gragra dia ekonomi keluarga jdi turun drastis seakan rezeki itu di tutup apalgi keluarga cewenya emg paham sama hal mistis kaya gitu bahkan dia nyembah nya aja ke pocong sama aja kaya jin dong ya🙂
2024-01-02
1
Taaaaaa
Seneng bgt bikin bolak balik suasana hati
2023-02-23
0
Taaaaaa
Hallo thor,
2023-02-23
0