"Aaaaaaa..." teriak panjang Arumi yang sedih dengan tangisnya yang putus asa di atas jembatan besar malam itu. Jika orang lain melihat nya, pasti Arumi seperti ingin menceburkan tubuhnya ke dasar sungai dibawah jembatan besar tersebut. "Kamu jahat Dewa... Kamu jahat!" teriaknya marah dan kecewa.
Arumi memandang derasnya air sungai di bawah sana. Isak tangisnya belum berhenti dan malah bertambah, tatkala kilasan-kilasan peristiwa yang baru saja terjadi terus mengingatkan nya.
Isi kepalanya menyuruh dia terjun. Namun berbeda dengan hati kecilnya, yang menyuruhnya menjauh dari jembatan itu. Namun setelah nya dia tersadar, kaki satunya sudah tidak berpijak dan ternyata siap mencebur.
"Aaaaaa..." teriak Arumi pasrah. Namun untungnya ada seorang pria yang menarik tubuhnya dengan cepat.
"Aw..." ringis keduanya saat tubuh mereka terjatuh di trotoar jalan.
Arumi sadar, jika tubuhnya berada di atas tubuh kekar seorang pria yang tidak di kenali. Melihat kedua sikut pria itu mengeluar kan darah saat menolongnya.
"Maaf." Reflek, Arumi kemudian beralih posisi. Dan pria itu bangun dengan rasa perih di kedua sikut nya. "Apa kamu tidak apa-apa? Biar saya obati." Arumi yang kemudian mengambil kotak obat di dalam mobilnya. Setelah diberikan obat merah dan selesai. Barulah keduanya berbicara.
Keduanya berkenalan dan pria itu bernama Niko. Arumi berkurang kesedihan nya, ternyata pria itu terlihat baik dan tidak memiliki niat jahat pada nya. Meskipun pria itu bertanya, apa yang menjadi penyebab aksi nekat nya malam itu. Namun Arumi enggan terbuka terkait perihal rasa kecewa nya yang teramat untuk kekasihnya.
Di lain sisi. Dewa mengantar Mega pulang seolah dia tenang, padahal dalam hatinya berkecamuk rasa yang sedang dia pikirkan untuk memberi penjelasan kepada Arumi.
Dewa tahu, jika kakak Mega yang tukang pukul itu sudah berada di rumah. Terlihat lampu teras menyala dan seperti ada tamu. Namun Dewa tetap tidak gentar, meskipun harus mengulang kata bonyok lagi pada pipi yang bisa saja kena tinju dari kakak Mega.
Masih menatap pipi mulus nya baik-baik pada kaca spion mobil nya. Memiringkan nya ke kanan dan ke kiri seolah Dewa harus siap, kapan saja Akhyar akan memberinya pukulan.
"Sebaiknya kakak tidak usah turun," ucap Mega yang takut jika Dewa akan dihajar oleh kakak nya.
"Enggak. Aku harus turun dan aku harus siap."
Dewa dan Mega turun, berikut membawa semua barang belanja nya.
"Kamu bawa kemana adikku?" tanya Akhyar tanpa basa-basi seolah enggan pria keparat itu menginjak teras rumah nya.
Regi dan Zahrin ternyata berada di rumah itu juga. Zahrin betul-betul ingin bicara kepada Mega.
"Kak..."
"Diam kamu Mega!"
Zahrin dan Regi bangkit dari duduk nya. Mencegah pertikaian yang akan menjadi besar jika Akhyar tidak mengendalikan emosi nya.
"Dari mana kamu Mega?" tanya Zahrin.
"Aku mengantar nya cek kandungan kak. Dan aku ajak makan dan belanja juga," sahut Dewa kepada Zahrin.
Zahrin menyuruh mereka berdua masuk dan duduk. Yang membuat Mega tidak tahu dengan apa maksud kedatangan mantan kakak iparnya datang ke rumah.
"Apa ada yang kalian sembunyikan tentang pernikahan kalian?" tanya Zahrin yang langsung pada pokok permasalahan.
Dewa dan Mega saling bertatap. Dan keduanya tanpa janjian menggelengkan kepala pelan bersamaan.
"Apa kalian tidak berbohong?"
Keduanya dengan gerakan yang sama dan jawaban yang tidak berubah.
"Sudahlah sayang, kamu tidak seharusnya mengintrogasi mereka hingga demikian," sahut Regi yang jujur tidak sependapat dengan tindakan Zahrin.
"Itu karena aku sayang sama Mega. Jadi harapan ku, pernikahan mereka berakhir bahagia seperti kita," jawab Zahrin yang nyata membuat luka Akhyar menganga. Dan tentu sampai pada telinga Mega, dimana mantan kakak ipar nya memiliki harapan yang sama seperti perempuan yang menikah pada umum nya.
"Baguslah kalau tidak ada perjanjian kata cerai setelah anak kamu lahir Mega." Perkataan Zahrin yang membuat detak jantung Mega dan Dewa seakan berhenti saat itu juga.
"Misal iya kenapa kak?" Mega yang memberanikan diri bertanya, jika benar apa yang menjadi prasangka mereka. Mega bangkit dari duduk nya dan berganti dia yang bicara. "Dewa punya kekasih. Dan aku juga. Dia tidak siap berpisah dari kekasihnya. Begitu pun aku. Apa kita salah? Misal kita akan bercerai sampai anak di perut aku ini lahir. Minimal ada nama ayah nya di akta kelahiran nya. Supaya apa? Supaya dia tidak bertanya saat usianya mengerti arti kata ayah. Aku harus jawab apa? Jika kelak dia bertanya. Bunda... Siapa nama ayah ku?" Mega yang kemudian terisak dengan tangis nya yang kemudian dipeluk oleh Zahrin yang ikut merembes juga dua matanya.
Dewa teriris pilu mendengarnya. Menyesali hal remeh menurutnya. Yang ternyata itu sangat berarti untuk Mega.
Bola mata Akhyar pun berkaca. Sedih bercampur geram nya pada pria pengecut yang kini berada tidak jauh darinya. Akhyar kemudian menarik dua sisi kerah kaos milik Dewa. Hampir dilayangkan nya bogem mentah untuk menghajar pria yang sudah membuat hidup adiknya hancur seketika.
Regi berhasil mencegahnya. Meskipun Dewa pasrah dan dia ikhlas menerimanya karena dia memang pantas mendapatkan nya.
Emosi Akhyar berhasil redam. Mega masih menangis sesenggukan di kamarnya dengan Zahrin. Sementara Regi. Regi berusaha mengajak bicara sepupunya itu di luar rumah setelah diusir oleh Akhyar untuk pergi.
"Aku sebenarnya tidak ingin ikut campur. Tapi apa benar demikian pernikahan kalian? Apa ucapan Mega benar?"
Dewa yang cukup lama bungkam, akhirnya dia mengangguk juga.
Regi cukup kecewa mendengar nya. Pantas saja jika Akhyar mengamuk tidak ada kata habis-habisnya. "Apa pernikahan mu dengan Mega tidak akan kamu perjuangkan?"
"Aku tidak tahu."
"Kamu belum mendengar suara anak kamu yang memanggil mu dengan sebutan papa, ayah, daddy atau apa pun itu. Dan ketika kamu mendengar nya, hati kamu tentram seketika. Terlebih jika anak dalam kandungan Mega itu perempuan. Seperti Arsyla. Kamu akan sangat menyesal telah meninggalkan dan menceraikan Mega."
Dewa menoleh ke arah Regi. Takut, jika apa yang dikatakan pria yang duduk di kursi mobilnya benar suatu saat nanti.
"Apa kamu benar-benar tidak siap memutus jalinan asmara kamu dengan Arumi?"
"Kenapa hanya aku yang ditanya? Kenapa tidak Mega? Apa Mega juga akan mencintai aku? Misal aku benar-benar telah siap memutuskan Arumi."
"Kamu pikir Zahrin mencintaiku awalnya? Tidak Dewa. Zahrin mencintaiku seiring berjalannya waktu. Disitu dia mulai sadar, jika aku memberinya bahagia dan aku terus berjuang mendapatkan cinta nya. Semua tergantung kamu. Keputusan ada pada kamu. Termasuk urusan Satrio." Setelahnya Regi tertawa kecil. Mengingat peristiwa-peristiwa dimana dia dan Akhyar sering bertengkar dan berkelahi fisik. Regi juga menyampaikan nya kepada Dewa.
"Oh ya?"
Regi mengangguk dan tersenyum. "Ya, mungkin itu akan kamu alami nanti saat Satrio tahu jika kekasihnya kamu renggut terlebih kamu nodai. Dia pasti akan marah besar dan akan memukul mu habis-habisan. Tapi percayalah. Itu hanya sebentar dan tidak akan berlangsung lama."
Dewa seketika mengingat wajah adiknya. Banyak penyesalan yang malam itu cukup menyadarkan nya. Kedatangan Zahrin dan Regi. Sedikit banyak membuka hatinya. Jika dimana memang dia harus mengambil keputusan terkait masalah rumah tangga nya dengan Mega.
Apa Arumi terima?
Jika aku ingkar janji padanya.
Tadi saja, dia sudah menangis padahal yang hanya aku tidak angkat telepon dari nya dan hanya pergi dengan Mega.
Bagaimana kalau dia mendengar aku memutuskan nya dan memilih Mega?
Tadi saja dia sudah mendorong Mega.
Apa yang akan dilakukan nya?
batin Dewa.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments