Tapi aku cemburu sayang

Arumi kemudian turun dengan lambaian tangan untuk kekasihnya. Namun di tengah jalan, Dewa menghentikan mobilnya. "Pindah ke kursi depan!"

Mega tidak banyak bicara dan langsung pindah ke kursi depan.

Selama perjalanan, suasana dalam mobil hening dan tidak ada yang memulai kata. Hingga mobil mereka akhirnya sampai.

"Assalamualaikum ma."

"Waalaikum salam. Kalian sudah pulang? Bagaimana hasilnya?"

Mega kemudian menyerahkan hasil dari USG sore tadi kepada ibu mertuanya. Ibu Rahma membuka nya dan terharu sekali melihat nya. Tentu akan menjadi cucu pertama yang dinanti mereka. "Sehat-sehat ya cucu Oma," ucapnya sembari mengelus perut menantunya.

Mega tersenyum. Setelah cukup perih melihat Dewa dan Arumi bermesraan. Ibu mertuanya memperlakukan nya dengan penuh kasih sayang.

"Ya udah, sekarang kita makan malam yuk."

"Kita udah makan ma," jawab Dewa.

"Yah, mama dan papa pacaran dong makan nya."

"Kita mau istirahat dulu ya ma," pamit Dewa yang merangkul pundak Mega dan naik ke lantai dua.

"Iya sayang, Mega istirahat ya." Ibu Rahma yang perhatian sekali dengan menantunya.

Di dalam kamar. Dewa berdiri dengan berkacak pinggang sembari berpikir. Mengatur tempat nya tidur yang dimana tidak satu ranjang dengan Mega. Dia kemudian mengeluarkan bed cover lebih dari satu untuk dia gunakan alas di atas karpet tepat di depan tv.

"Ngapain lihat-lihat? Tidur!" sentak Dewa pada Mega yang kemudian dia menyalakan tv kamar nya.

Mega kemudian tidur tanpa tahu apa yang dilakukan oleh suaminya. Dan ternyata apa? Dewa ternyata cukup penasaran dengan hasil USG yang dilakukan Mega. Dewa mencarinya dan berhasil ia ketemukan. Meskipun tadinya sempat acuh dan tidak peduli dengan anak yang dikandung Mega. Nyatanya, malam itu rasa ingin tahunya membuncah.

Dewa tertegun dengan buku kecil yang dipegang nya. Melihat hasil USG Mega yang cukup menyentuh hati nya. "Aku mau punya anak," lirihnya tidak percaya. Mengacak kasar rambutnya. Mengembalikan hasil USG di laci nakas nya. Dan menatap wajah Mega baik-baik yang kemudian dia mengalihkan nya.

.

.

Keesokan pagi. Mega mual-mual dan tentunya heboh. Membuat Dewa terganggu dengan aksi Mega. Dewa bangkit dan mendekat ke Mega. Namun setelah Mega keluar bathroom dan tidak tahu jika ada Dewa. Mega memuntahkan cairan tepat di kaos suami nya. Tepatnya bagian dada.

"Sorry... sorry."

Sementara Dewa ternganga tentu dengan wajah kesalnya. Yang kemudian dia menarik nafas panjang dan menghamburkan nya. "Mega..." kesalnya lirih dengan keratan seluruh gigi dalam mulutnya. Dewa stres melihat Mega yang mual tidak ada hentinya. "Sampai kapan kamu mual-mual seperti itu?"

Mega menggeleng, sembari membasuh area mulutnya dengan air keran di wastafel.

Sampai ibu Rahma mengetuk pintu kamar mereka.

"Kamu nggak apa-apa Mega?" tanya ibu Rahma di depan pintu kamar.

Astaga.

Bed cover, alas tidur, selimut.

Dewa yang bergegas melipatnya. Supaya tidak ketahuan mama nya.

"Saya hanya mual-mual tante."

"Nggak apa-apa memang begitu, kalau diawal kehamilan." Ibu Rahma kemudian mengajak Mega turun ke dapur dan dibuatkan nya minuman hangat supaya mual Mega mereda.

"Dewa, kamu sebaiknya awasi pembangunan hotel baru papa. Toh nantinya kamu juga yang pegang hotel itu."

"Iya pa. Seperti nya besok saja ya pa, Dewa mulai kerja nya."

Pak Hendarto mengangguk, melanjutkan makan pagi nya. "Ma, papa berangkat dulu ya," pamit nya kepada istrinya. Mengecup kening ibu Rahma lalu pergi ke garasi menuju mobilnya.

"Hati-hati pa."

Ibu Rahma kembali ke meja makan. "Dewa, kan besok kamu sudah mulai sibuk bekerja. Mumpung hari ini kamu ada waktu. Kamu ajak Mega itu ke salon. Manjakan istri kamu. Karena kalau mama lihat, kulit Mega sedikit kusam pengaruh kehamilan nya."

Dewa belum menjawab nya. Rasanya mamanya selalu punya cara untuk dia supaya dekat dengan Mega. "Iya ma."

"Ayo Mega, kamu siap-siap."

"Iya tante."

.

.

Tin tin

Suara klakson mobil Dewa tepat di depan rumah Arumi. Mega sadar diri, dia langsung pindah tempat duduk di kursi belakang sebelum Arumi mengusirnya dan Dewa menyuruhnya.

"Hai sayang," sapa Arumi yang kemudian keduanya berpelukan di dalam mobil.

Dewa menyentuhkan kedua tangan nya pada batas pipi kekasihnya. Menatap wajah Arumi dengan jarak sangat dekat. "Sepertinya ada yang berubah?" Dewa yang mengendus aroma parfum milik Arumi. "Parfum?"

Arumi tersenyum, mencubit gemas hidung kekasihnya. Dan tentu semua tidak luput dari penglihatan Mega yang duduk di kursi barisan kedua.

Sadar, Dewa melirik ke arah Mega. Yang dia kemudian melepas sentuhan nya.

"Kita mau kemana sayang?"

"Ke salon."

"Wah, kebetulan sekali. Jadi pas banget, aku mau perawatan wajah."

Dewa melajukan mobilnya. Sesekali melihat Mega dari spion yang tergantung tepat di atas dasboard nya.

Apa yang kamu lakukan Dewa?

tanya nya tentu hanya berani dalam hati.

Mobil yang mereka tumpangi akhirnya sampai di salah satu salon kecantikan. Lagi-lagi. Mega berjalan di belakang keduanya. Mega mendengar percakapan santai mereka sebelum memasuki salon. Dewa memberitahu kepada kekasihnya. Jika mulai besok dia akan mengawasi pembangunan hotel baru milik papa nya. Dan otomatis, jadwalnya akan disibukkan untuk bekerja.

Sesampainya masuk salon. Arumi sudah meminta perawatan dari ujung rambut sampai kaki nya kepada petugas salon. "Dia juga sayang?" tanya Arumi apakah Mega juga akan melakukan perawatan yang sama dengan diri nya.

"Em..." Dewa yang bingung menjawab nya. Jika menjawab iya, pasti Arumi akan sangat tidak suka.

"Nggak, kamu tenang aja. Kita berdua hanya mengantar kamu. Ya kan kak?" sahut Mega yang menyelamatkan Dewa dari amukan Arumi.

Dewa tersenyum dalam hati.

"Oh, bagus. Karena memang kamu tidak pantas mendapatkan nya. Kalau begitu aku belikan makanan ringan dan minuman apapun di minimarket seberang jalan." Arumi yang kemudian mengeluarkan lembaran uang yang diberikan kepada Mega.

"Biar aku aja sayang."

"Sejak kapan kamu kasihan pada perempuan ini?"

"E-enggak. Aku juga mau beli sesuatu di minimarket. Jadi biar aku aja."

Arumi menahan Dewa. Menarik pergelangan tangan kekasihnya. "Biar Mega, kamu bisa titip dia."

Dewa tidak berkutik.

"Biar aku aja kak, kakak mau nitip apa?" sahut Mega untuk mengakhiri debat keduanya.

"Permen karet." Dengan cepat Dewa menjawab asal. Karena sebenarnya, Dewa ingin menggantikan Mega karena kasihan terhadapnya yang tengah hamil.

Mega kemudian pergi ke minimarket seberang jalan.

Sementara Dewa sibuk melihat tumpukan majalah yang tersaji diatas meja.

Tidak lama berselang, Mega sudah kembali dan tentunya membawa apa yang diinginkan Arumi. Sayangnya tidak sesuai. Dan dilempar lah satu kantong berisi makanan ringan yang menurut Arumi itu adalah selera Mega dan bukan seleranya.

"Apa yang kamu lakukan Arumi?" sentak Dewa terkejut terhadap apa yang dilakukan kekasihnya.

"Ini semua tidak sesuai dengan seleraku. Lebih tepat nya ini semua selera Mega."

"Astaga Arumi... Kenapa kamu tidak memberi catatan kepada Mega?"

"Jadi kamu membela perempuan ini?"

Dewa dan Arumi bersitegang. Arumi marah yang kemudian menghentikan perawatan nya yang setengah jalan. Menyambar tas nya dan bergegas pergi meninggalkan Dewa yang sebelum-sebelumnya tidak pernah menyentak nya.

"Arumi... Arumi..." panggil Dewa yang mengejar kekasihnya. Dia berhasil meraih lengan kekasihnya, namun detik itu juga di hempas oleh Arumi. "Arumi tunggu Arumi!"

Arumi acuh dan terus saja menjauh. Sedih dengan sikap Dewa yang sejak kehadiran Mega menjadi berubah.

Sampai dimana Dewa berhasil memeluknya. "Maafkan aku sayang."

Arumi berusaha lepas dari pelukan Dewa. "Tidak usah perduli kan aku! Perduli kan saja itu istri kamu!" marahnya. Arumi masih terisak di dekapan Dewa. Luluh, dan malah mendekapnya erat. "Kamu tidak mencintai dia kan?"

"Astaga sayang. Percayalah, hanya kamu yang aku cintai dan bukan Mega. Ya mana mungkin aku bisa jatuh cinta dengan Mega. Kalau bukan hamil, aku juga ogah menikah sama dia."

Yang dimana Mega mendengarnya. Entahlah, ada setitik nyeri di dadanya saat mendengar dan melihat apa yang ada di depan nya. Memang benar, mereka menikah tanpa cinta dan karena dirinya hamil. Namun, mendengar itu semua dari mulut Dewa, cukup membuat hatinya terluka.

Mega, jangan menangis!

Lagi pula, bukankah kamu juga tidak cinta dengan nya?

Kamu harus kuat demi calon buah hati kamu.

nasehatnya pada diri sendiri.

"Tapi aku cemburu sayang. Kamu setiap hari dengan Mega. Dan lama-lama kamu bisa jatuh cinta sama dia," ucap Arumi dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.

"Aku janji tidak akan pernah cinta sama Mega." peluknya yang masih belum dia lepas dan jujur membuat Mega tersiksa.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

Mega hrs Kabur dari dewa dan menjauhi dari keluarga dewa.

Lanjutannnnnnn

2023-02-04

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 53 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!